Sebenarnya, Aku Istri Dia
Bekerja sebagai seorang Sekretaris di perusahaan besar, sungguh sangat menggiurkan bagi sebagian orang. Karena tentunya gajinya juga besar. Tapi, tidak dengan Ayana. Setiap hari dia berencana untuk mengundurkan diri, andai saja dia tidak memikirkan tentang hutang almarhum ayahnya untuk biaya pendidikannya dulu.
"Sabar Ayana, dua tahun lagi semua hutang itu akan segera lunas." Ujarnya menyemangati dirinya sendiri.
Saat ini wanita berusia 32 tahun itu masih fokus menatap layar komputer didepannya. Tangannya dengan cekatan mengetik tombol tombol keyboard itu. Meski matanya sudah sangat lelah, tetap saja dipaksakan untuk tetap melek. Dia harus segera menyelesaikan jadwal mingguan itu malam ini juga sebelum tengah malam. Jika tidak, dia akan kehilangan gajinya bulan ini.
"Harusnya aku tidak mengacaukan jadwalnya. Kenapa semuanya jadi kacau begini." Rutuknya menyalahkan keteledorannya sendiri.
Sementara Wanita bernama lengkap Ayana Yunita itu sedang fokus pada pekerjaannya. Sayup sayup terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat kearahnya.
Tap, tap, tap…
Suara langkah kaki itu semakin dekat. Tapi, Ayana sama sekali tidak menghiraukan itu. Dia terus fokus dan berharap pekerjaannya bisa diselesaikan malam ini juga. Dia sudah sangat lelah dan ingin segera pulang untuk beristirahat.
Tap, tap…
Langkah kaki itu berhenti tepat didepan meja kerja Ayana. Menyadari seseorang berada didepannya, membuat Ayana mendongak untuk melihat siapa orang itu.
"Pak Farraz!"
Ayana langsung berdiri dan sedikit menunduk untuk memberi hormat pada atasannya itu.
"Masih belum selesai juga?"
Farraz bertanya sambil menatap Ayana dengan tatapan tegas dan mengintimidasi.
"Sedikit lagi, pak Farraz." Jawabnya ragu.
"Pulanglah. Lanjutkan besok saja." Ujarnya.
Mendengar itu Ayana merasa sangat bersyukur. "Terimakasih, pak Far… Raz…" Ucapnya terputus putus, karena Bos mudanya itu sudah menghilang dari hadapannya.
"Datang tiba tiba, pergipun tiba tiba. Dasar jelangkung." Rutuk Ayana.
Lalu dia pun segera menyimpan hasil kerjanya dan membawa pulang pekerjaan yang belum selesai.
"Kenapa Farraz Ehsan selalu menyusahkan aku. Kalau memang jadwal ini bisa dikerjakan besok, kenapa tadi siang dia bilang harus diselesaikan malam ini juga. Dasar tukang siksa. Senangnya melihat orang lain menderita." Celotehnya sambil melangkah menuju lift.
Ayana pulang menggunakan mobilnya sendiri. Meski hanya mobil bekas, tapi sudah sangat membantunya untuk pulang pergi bekerja.
"Eeh, tunggu!" Dia mengingat sesuatu.
"Alamak, Handphone aku ketinggalan." Pekiknya khawatir.
Ayana kembali keruangannya untuk mengambil handphone yang tergeletak diatas meja kerjanya.
"Syukurlah, kamu tidak menghilang. Jangan suka ketinggalan lagi..." Ucap Ayana.
Dia bicara pada handphone yang sudah ada dalam genggamannya.
"Sekarang saatnya kita pulang..." Melangkah dengan riang gembira.
Kini Ayana benar benar akan pulang. Dia sudah berada di lift yang terus turun membawanya ke lantai dasar bagian belakang gedung, dimana mobilnya di parkir.
Cuit… cuit…
Suara si hijau kesayangan Ayana.
Klekk…
Ayana membuka pintu mobil dan langsung duduk nyaman disana. Dia menutup rapat pintu mobil. Sebentar dia menyandarkan punggungnya disandaran kursi mobil untuk meluruskan tulang belakang yang terasa kaku karena terlalu lama duduk didepan komputer. Dia juga memejamkan mata sejenak untuk merilekskan mata yang terasa lelah menatap layar komputer seharian.
Disaat mata Ayana mulai terpejam, ingatannya pun membawanya pada awal pertemuannya dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja saat ini.
"Selamat datang diperusahaan, nona Ayana Yunita." Sapa Direktur dengan ramah.
Sapa ramah itulah yang membuat Ayana terus berusaha menjadi karyawan lebih baik lagi setiap harinya.
"Oh, ternyata sudah hampir tujuh tahun aku bekerja disini. Dan aku masih belum bisa melunasi hutang Ayah." Gumamnya dengan mata yang masih terpejam.
Tiga tahun awal Ayana bekerja sebagai Karyawan biasa diperusahaan ini sangatlah menyenangkan. Ayana tidak pernah merasa tertekan dan lelah seperti saat sudah menjadi sekretaris langsung Direktur utama yang garang.
Bukan garang sebenarnya. Lebih tepatnya tegas dan disiplin. Maklum, dia seorang Direktur muda yang diangkat langsung oleh pemilik perusahaan ini disaat usianya masih sangat muda. Dan Ayana adalah saksi pertama keberhasilan direktur muda itu.
Tapi, selama lima tahun bekerja sebagai sekretaris Direktur utama, membuat Ayana kehilangan kebebasannya dan juga waktu liburannya. Dia harus ikut kemanapun saat direktur harus mengadakan jumpa klien di berbagai kota. Sungguh pekerjaan yang melelahkan bagi Ayana.
Sempat berpikir untuk berhenti. Tapi, dimana lagi Ayana akan mendapat pekerjaan dengan gaji yang sangat pantastis ini. Sayang sekali untuk dilewatkan. Sehingga Ayana memutuskan untuk bertahan, dengan segala keadaan yang ada.
...🍀🍀🍀...
Sebuah mobil sport memasuki perkarangan rumah yang sangat mewah dan megah. Mobil itu langsung masuk ke garasi. Sesaat kemudian pemilik mobil itu turun dari mobil kesayangannya.
"Tuan muda sudah pulang!" Seru Kokom yang datang menghampiri majikannya itu.
"Sudah, bik." Jawabnya sambil memberikan tas dan kunci mobil pada wanita separuh baya itu.
"Mobil siapa itu, bik?" Dia bertanya saat menyadari ada mobil lain yang parkir di halaman rumahnya.
"Mobil tuan Timo."
"Om Timo datang lagi?" Ujarnya tidak suka.
Lalu, dia melangkah masuk ke rumah, diikuti oleh Kokom dari belakang.
"Farraz, kamu sudah pulang, nak?" Sambut Irma senang.
"Sudah, Ma." Mencium kening mamanya itu.
"Ada Om Timo sama Putri tuh. Katanya Putri rindu berat sama kamu." Bisik Irma ditelinga putra bungsunya itu.
"Aku capek banget, Ma. Aku keatas dulu." Melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Irma kecewa melihat Farraz tidak mau menemui Putri sebentar saja.
"Putri keatas gih, sayang. Bawain sup ini ke kamar Farraz." Perintah Irma.
Awalnya Putri ragu ragu, tapi setelah mendapat izin dari papanya dan juga papanya Farraz, akhirnya diapun mau mengantarkan sup itu pada Farraz.
Beberapa saat kemudian, Putri tiba di depan pintu kamar Farraz. Dia pun mulai mengetuk pintu itu.
Tok, tok, tok…
"Siapa!" Serunya dari dalam kamar.
"Raz, ini aku Putri. Aku bawakan sup kesukaan kamu." Sahut Putri dengan suara lembutnya.
Ceklek…
Farraz membuka pintu itu, dilihatnya Putri berdiri memegang nampan yang berisi semangkok sup dan segelas air putih.
"Masuklah." Ajak Farraz.
Putripun masuk ke kamar itu dengan perasaan senang. Lalu dia menaruh nampan sup itu diatas nakas samping tempat tidur Farraz yang berukuran king size itu.
"Udah, kan? Keluar sana!" Ujar Farraz cuek.
Putri tidak mau menyia nyiakan kesempatan itu. Ini pertama kalinya dia masuk ke kamar Farraz Ehsan yang terkenal dingin dengan semua wanita itu.
Dia menatap kearah Farraz yang mulai membuka satu persatu kancing kemejanya. Lalu, dia melepas kemeja itu dari tubuhnya.
'Wuaahh, sungguh mempesona. Baru kali ini aku melihat tubuh seindah ini. Sungguh nikmat yang luar biasa.' Ucap Putri didalam hatinya sambil memandangi perut kotak kotak Farraz dan lengan Farraz yang sangat berotot itu.
Menyadari Putri menatap kearahnya, Farraz melangkah mendekati gadis itu.
"Apa kamu menginginkan tubuhku?" Tanya Farraz tiba tiba.
Putri terlonjak kaget. Dia pun langsung menundukkan kepalanya merasa malu. Pipinya sudah bersemu merah.
"Apa kamu menginginkan tubuhku?" Tanya Farraz lagi dengan nada agak membentak.
"Tidak. Aku hanya kagum memandang keindahan tubuhmu. Aku jadi membayangkan dan tidak sabar ingin segera menikah denganmu." Ucapnya sambil menatap wajah Farraz.
"Semua perempuan sama saja. Tidak pernah bisa tahan melihat tubuh pria yang kekar." Celoteh Farraz yang mulai melepas ikat pinggangnya.
Bukannya takut atau malu, Putri malah semakin senang dan terlihat menunggu moment saat saat Farraz melepas reslering celananya.
"Jangan bermimpi bisa menikah denganku. Aku sudah memiliki pacar." Ucap Farraz sambil melepas resleting celananya dihadapan putri tanpa malu.
Mendengar pengakuan Farraz, membuat hati Putri merasa sedih. Rupanya Farraz masih juga belum bisa menerina dirinya. Putri benar benar merasa sedih. Dia pun keluar dari kamar Farraz dan langsung mengajak Papanya untuk segera pulang.
BANTU AUTHOR!!
LIKE, KOMEN DAN JUGA FAV CERITA INI. 😍😄
AGAR THOR LEBIH SEMANGAT LAGI UNTUK RAJIN UP.👌💪
TERIMAKASIH.🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Mrs. Ketawang
Baru mampir d pghujung th 2023...
smoga menariiikkkk
2023-12-20
1
Nurliana Saragih
Aduh,,,waras sedikit kenapa Faras?!
Baru Bab Pertama dah di suguhin buka resleting celana!!!
🤭🤭🤭
2022-12-06
1
Fay
mampir baca thor
2022-11-12
1