Kesalahan satu malam membuat Lany, gadis yang berprofesi sebagai cabin steward di salah satu kapal pesiar, setiap saat dihampiri kegelisahan karena takut kejadian itu diketahui oleh atasannya, yang bisa mengakibatkan pemulangan karena melanggar peraturan.
Belum lagi, bayang-bayang Andra, pria yang telah menghabiskan malam bersamanya begitu bersikeras ingin menikahi Lany dengan dalih ingin bertanggung jawab.
Masalah terbesar bukanlah saat ia dipecat dan melabuhkan pilihan menikah dengan Andra yang sudah seperti momok mengerikan bagi Lany. Andra mampu menemukannya, meski ke lubang semut sekalipun.
Namun, menikah dengan Andra tidaklah seburuk yang dibayangkan. Dia baik dan bisa membuatnya bahagia. Andra mengubah hidup menyedihkannya menjadi lebih berwarna.
Tetapi, masalah sesungguhnya adalah saat Lany tahu siapa Andra dan bagaimana keluarganya.
__
Ikuti Kisah AndraLany dalam “Takdiku Yang Mengejutkan”
Ya, Mengejutkan! Bahagia atau sedih itu seperti kejutan. Bisa muncul kapan saja tanpa aba-aba
❤️My Startling Destiny❤️
#Arsy_La13:-*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsy_La13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31 [Good Day Is Everyday]
Lany, tubuhnya menggeliat saat cahaya mentari menerpa tepat di wajahnya. Samar-samar telinganya menangkap suara ketukan pintu dan teriakan orang yang dikenalnya dari arah bawah. Hal itu membuatnya langsung beranjak dan menyentakkan tangan Andra yang melingkar di tubuhnya.
“Suka banget sih peluk-peluk! Dasar kang modus!" Cebik Lany pada Andra yang masih tidur nyeyak, dia sama sekali tak terganggu dengan aksi Lany yang menyentakkan tangannya secara kasar.
Lany pun berlalu sambil terus bergumam kesal pada Andra yang suka sekali memeluknya tanpa izin.
“Cowok aneh! Suka nyosor, selalu ambil kesempatan dalan kesempitan.."
...----...
Sementara itu di bawah, Dewi tengah mengetuk pintu rumah dengan brutal. Beruntung Riswan baru memberitahunya tentang pernikahan Lany selepas subuh tadi, jika Riswan memberi tahunya sejak malam. Mungkin dia akan langsung datang saat itu juga.
“Yank, tahu ndak. Aku ada berita viral yang sedang hangat-hangatnya.." Begitu kata Riswan memberi tahu saat ia baru saja selesai shalat subuh dan berniat untuk berberes rumah pasca acara pindahan kemarin.
“Apa? Masih pagi sudah gosip! Dasar bapak-bapak kang gosip!" Begitu ucapnya menimpali celetukan Riswan.
“Ih serius! Ini tentang Lany..”
Mendengar nama Lany disebut-sebut membuat rasa penasarannya memuncak. Tentu ia tidak boleh ketinggalan berita tentang sahabatnya itu.
“Lany sudah menikah!”
“Hah?” Dewi begitu terkejut mendengar penuturan Riswan “Jangan mengada-ngada, Ris! Dia mau nikah dengan siapa? orang Lany sama sekali ndak punya pacar, masa tiba-tiba nikah.” Sunggut Dewi tak percaya.
Tentu saja, pada saat itu Lany sempat cerita jika dia sama sekali tak memiliki pasangan. Jadi bagaimana bisa tiba-tiba menikah? Kecuali pas pulang dia langsung dijodohkan, ya baru masuk akal.
“Ih, serius! Tadi malam dia datang sama laki-laki. Mana itu cowok ganteng sekali lagi!"
Ucapan Riswan yang begitu meyakinkan membuat Dewi semakin penasaran dan segera memutuskan untuk menemui Lany di pagi-pagi buta. Ia ingin mendengar langsung dari mulut Lany. Dewi menitipkan Kiya pada Riswan kemudian langsung tancap gas menuju kompleks perumahan yang pernah ia tinggali itu.
Dan di sinilah Dewi sekarang, masih mengetuk pintu agar si penghuni rumah segera keluar.
“Lan, Melany keluar, Lan! Bangun eh, sudah pagi ini!” Dewi beteriak sambil mondar-mandir, mlirik jendela dan kembali mengetuk pintu secara bergantian.
“Lan, bangun! Anak gadis ndak boleh bangun tengah hari, nanti rejeki mu di patok Ayam..."
Ceklek..
Tak sia-sia teriakan bogar Dewi. Selang beberapa detik dari teriakannya, pintu itu sudah terbuka dan menampakkan Lany yang sedang berdiri dengan muka bantal dan rambut acak-acakan, khas bangun tidur.
Suykur ndak ileran ya, Lan! 😂(Apa-apaan sih Thor? Othor nih ya sebelas dua belas sama Andra, sama-sama nyebelin!😪)
“Ada apa sih, Wi? Pagi-pagi sudah bikin rusuh!" Lany menguap sambil menggaruk kepalanya, seperti orang kutuan saja kamu, Lan.
Tanpa basa-basi, Dewi langsung menarik Lany ke ruang tamu dan mendudukkannya di sana. Bersiap mengintrogasi.
Lany yang melihat itu makin dibuat heran. Tak biasanya Dewi bersikap bar-bar seperti ini.
“Kamu kenapa, Wi?" tanya Lany yang lagi-lagi menguap. Sepertinya ia masih mengantuk berat.
“Lan..” Dewi terdiam sejenak, tatapannya tertuju pada ruangan yang ada di samping ruang tamu “Kamu beneran sudah menikah?"
Lany kembali terpaku mendengar pertanyaan dari Dewi. Pastilah Riswan sudah memberitahu soal pernikahannya.
“Lan, kenapa diam?” Dewi menggoyangkan tubuh Lany, mendesaknya meminta jawaban.
Lany pun menghela napas sambil mengangguk mengiyakan. Tentu itu membuat Dewi kian menguncang tubuh Lany, saking kesalnya pada sahabatnya itu.
“Ih, Kamu kok tega sekali sih! Menikah ndak kasih tau kita. Paling tidak sms kek, telpon atau apa kek..” Gerutu Dewi yang benar-benar kesal
“Ya maaf, Wi.." Lany menghembuskan napas kasar “Riswan pasti sudah ngasih tahu kamu alasannya kan!”
“Ya, tapi apa susahnya mengabari. Kita pasti datang kok kalau dikabari, kamu tega sekali ih!”
Sungguh Lany diterpa rasa bersalah yang begitu mendalam. Ingin sekali ia memberi tahu Dewi tentang kejadian yang sebenarnya. Pasti Dewi akan mengerti, namun ia pun terlalu malu jika harus membeberkan aibnya.
Nyatanya memberi alasan pada Dewi tak semudah seperti memberi alasan pada Riswan yang langsung percaya begitu saja. Tentu saja, wanita dan pria memiliki insting yang berbeda. Wanita yang lebih cenderung mengandalkan perasaannya, sangat sulit menerima sesuatu yang berlawanan dengan naluri. Sangat berbeda dengan laki-laki yang hanya mengandalkan logika saja.
“Jangan bilang ada yang kamu sembunyikan ya dari ku?" sergah Dewi yang melihat perubahan pada raut wajah Lany. Sahabatnya itu terlihat begitu sendu.
“Lany..” Lany mengusap wajahnya kasar. Persahabatan yang terjalin cukup lama, tentu membuat mereka jadi lebih peka satu sama lain “Cerita Lan, jangan dipendam sendiri!"
Mendapat paksaan dari Dewi, Lany pun menceritakan semua rentetan kejadian bersama Andra. Mulai dari saat malam itu, dia dipulangkan dan Andra menyusulnya hingga berakhir pernikahan pun sudah Lany ceritakan sedetail mungkin.
Dewi yang mendengarnya sempat tak percaya atas apa yang terjadi. Namun Lany meminta agar ia tak menceritakan pada siapapun, termasuk Riswan ataupun Celin. Karena sesungguhnya Celin pun sama sekali belum tahu kebenarannya. Ya, walaupun dia sempat menebaknya, namun Lany selalu bisa mengalihkan pembahasan saat bersama Celin.
“...Ya Ampun, jadi ceritanya seperti itu.” Dewi memeluk Lany, berusaha memberi kekuatan padanya. Karea ia paham betul, selama ini kehidupan Lany sangatlah sulit, belum lagi dia harus menjalani kehidupan atas insiden tak terduga itu.
“Menurutku ni ya, bagaimana pun cara kalian betemu. Tapi aku tetap salut sama dia yang mau bertanggung jawab sampai segitunya!” Dewi tersenyum, ia tak lagi marah seperti tadi.
“Ya, walaupun dia bukan Presdir seperti calon suami impian mu, kamu harus tetap bersyukur.” Dewi terkekeh geli, mengingat keinginan konyol Lany yang begitu ingin menikah dengan Presdir seperti yang ada di drakor dan Novel.
“Ih, Dewi!!" Cebik Lany tak suka.
Lama keduanya saling ngobrol, hingga Dewi pun memutuskan untuk pulang. Sebab waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh, itu artinya Dewi sudah harus pergi ke rumah makan Laperpool .
“Aku pulang dulu ya, sebentar lagi harus ke rumah makan.” Dewi beranjak keluar dan disusul oleh Lany yang ikut mengantarnya.
“Aku juga mau ke sana deh, sekalian cari makan, hehe." Lany terkekeh sambil mengusap perut datarnya di balik kaos yang ia gunakan.
“Datang saja, ndak ada yang larang!" sahut Dewi sambil mengenakan helemnya “Pasti anak-anak rindu tuh sama ibu owner mereka.." Kini Dewi sudah mengangkat standar motor dan siap berbelok.
“Suadah mandi aku langsung otw!”
“Oke, ditunggu bu bos!"
“Eh, Wi. Tunggu-tunggu, tunggu!" Dewi yang sudah putar balik pun langsung menoleh dan menatap penuh tanya pada Lany.
“Soal yang tadi jangan kasih tau siapa-siapa ya!” Dengan gaya salah tingkah Lany menggaruk tengkuknya sambil cengar-cengir.
“Idih, memangnya kamu pikir akau mulut ember!" Cebik Dewi “Ah, udah ah. Aku pulang dulu, mau mandiin Kiya. Bye-bye, Lany!"
“Dah, Wi! Hati hati Dije...!" sunggut Lany sambil melambai pada Dewi.
...---...
Begitu kembali ke kamar, Lany sudah mendapati Andra yang baru saja selesai mandi. Tengah duduk di tepi ranjang, Ia menggunakan kaos putih dipadukan celan jeans levis, membuat penampilannya terkesan sederhana namun tetap maco. Tetesan air masih menetes dari rambutnya yang belum kering sempurna, membuat ia kelihatan begitu sexy dan menggoda.
Oh shiit! Bahkan Lany dibuat terpana.
“Good day is Everyday My Girl, banyak-banyak tersenyum biar hari mu menyenangkan..”
Lany mencebik ketika mendengar Andra mengucapkan kata-kata yang menurutnya berunfaedah.
“Apaaan sih, nggak jelas!”
“Itu quote hari ini biar lebih semangat memulai hari, Neng!” Andra tersenyum sambil mngerling.
Namun Lany Justru hanya menatap sebal, kemudian meraih handuknya yang ada di belakang pintu, lalu pergi ke kamar mandi sambil berkata “Teori mulu lu, Bang!"
Namun Andra hanya tersenyum mendengarnya.
Beberapa menit kemudian Lany sudah selesai mandinya, dan Andra masih berada di posisi yang sama, yaitu posisi di atas ranjang. Hanya saja, kini pria itu tengah berbaring dengan wajah ditekuk. Entah apa penyebabnya.
Lany yang tak mau ambil pusing pun meminta Andra untuk keluar. Sebab ingin berpakaian dengan suasana aman, tentram dan damai tanpa adanya kehadiran Andra, si pengganggu.
“Keluar dulu, gih! Aku mau pakai baju!"
Andra yang sepertinya sedang kesambet setan penurut, langsung keluar begitu saja tanpa mengatakan apapun. Selain aneh, Lany merasa Andra itu begitu misterius. Makhluk sejuta teori itu kelihatan berbeda ketika dia tiba-tiba diam seperti ini.
“Kenapa tuh? Tumben banget nggak secerewet biasanya!" Lany bergumam saat Andra sudah keluar dan menutup pintu.
Beberapa menit kemudian Lany pun sudah selesai. Ia keluar dari kamar, namun sama sekali tak menemukan Andra di sana. Lany pun segera turun. Dilihatnya Andra sedang berada di dapur, berdiri tepat di depan kulkas.
“Mau apa?" Lany menarik satu kursi, kemudian duduk di sana.
“Mau masak neng, emang kamu nggak lapar?” tanya Andra sambil mulai mencari sesuatu yang bisa dimasak.
“Pfffft..." Andra menoleh saat mendengar Lany tertawa
“Seriusan mau masak?” Lany kian terkekeh, Ia menganggap ucapan Andra adalah sebuah lelucon. Ya, tentu saja. Memangnya siapa percaya, cowok se cool dan mirip bule Kw itu bisa masak? Tentu tidak kan.
“Kenapa?" Tanya Andra heran.
“Emang kamu bisa masak, bang?" Tentu Lany masih sedang mengejek.
Bukannya marah, Andra justru tersenyum dan berkata “Ya bisalah, masa nggak bisa.” Katanya dengan bangga “Mau bukti? Sini aku buktiin.” Ia pun mulai mengeluarkan tiga butir telur and the genk untuk di masak.
Namun baru ia ingin melangkah meraih mangkuk, Lany sudah mencegahnya terlebih dahulu.
“Udah, nggak usah pake bukti-bukti segala!” Lany mengibaskan tangan agar Andra tak melakukan apapun “Hari ini kita makan di luar aja, di rumah makan ku..” Lany tersenyum sambil mengerlingkan matanya.
“Serius?" Andra meletakkan telur and the genk ke atas etalase, kemudian menatap Lany dengan senyum merekah.
“Iyalah, masa bohongan.” Lany mulai beranjak dari duduknya, kemudian melempar kunci motor pada Andra.
“Emang kamu punya Rumah makan?” Andra mulai menyusul Lany yang sudah melangkah keluar.
“Iya dong.." Sahutnya sambil mendorong Andra keluar, lalu mengunci pintu “Nggak usah banyak tanya deh, ikut aja kenapa!"
“Duh, jangan galak-galak dong Neng! Abangkan cuma nanya..”
“Habis abang banyak tanya banget, Bang. Bikin eneng pengen nabok!"
Sambil terkekeh Andra mulai naik ke atas motor kemudian memakai helemnya dan Lany pun menyusul setelahnya.
“Jangan nabok lah neng, sakit!, Mending Ciuman aja, kan bagus untu kesehatan mental.."
Andra terdengar cekikikan sambil menyalakan mesin motor. Berbeda dengan Lany, gadis itu justru mencubit pinggang Andra, membuatnya menggeliat sambil memekik.
“Adoh, Neng sakit, sayang! Ahkk.."
“Mulut kamu emang kotor ya, kalau ngomong nggak pernah difilter!" ketus Lany galak.
“Ya ampun Lan, aku bercanda kali.” Andra masih meringis sambil mengusap pinggangnya menggunakan sebelah tangan.
Motor itupun mulai melaju meninggalkan halaman rumah dengan Andra yang terdengar mengatakan sesuatu.
“Good day is everyday with neng Lany ku yang super galak.." Selorohnya dengan bernada seperti tengah bernyanyi.
“Mulai, mulai!" Dan Andra hanya tersenyum puas ketika melihat wajah galak Lany dari kaca spiop.
“Bad day is everyday.. Ketika aku bersamamu, oh Alandra.." Balas Lany tak mau kalah.
Kedua pengantin baru itu, benar-benar seperti Tom dan Jerry. Tiada hari tanpa perdebatan, untungnya tidak ada yang namanya baku hantam.
semoga Lany dan Andra selalu bahagia 🤗
Rival menikah dengan Riana aja
lanjut terus kak 💪🤗
Rival pantas mendapatkan bogam
Rival hrs menikah dgn Rihana
Ry Benci Pakpol Mampit
Rasa udh 1 tahun novel ini Gak Up
Ry Benci Pakpol Mampir