Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 31
" Ah...sudahlah...selesaikan makan mu, dan minum obat ini. "
Pram memberikan Dania obat dan kembali ke pekerjaannya. Dania yang sudah menyelesaikan makan malamnya pun, beranjak dari duduknya, dan membawa nampan berisi piring dan gelas kotor miliknya. Pram yang melihat Dania bergerak pun langsung meninggalkan pekerjaannya.
" Mau ngapain?"
" Mau bawa ini ke dapur."
Jawab Dania sambil menunjukkan nampan yang berisi piring kotor bekas makannya. Lalu Pram pun mengambil, dan memerintahkan Dania untuk duduk.
" Duduk sana. Biar aku aja."
" Hah???"
" Pendengaran mu bermasalah ya? Dari tadi hah- huh doang."
Ucap Pram sedikit jutek. Membuat Dania bergumam.
" Dasar aneh."
" Aku mendengarnya Dania."
Ucap Pram yang masih berada di depan pintu. Membuat Dania sedikit terlonjak kaget, dan menampilkan senyum kikuk dan menampilkan deretan gigi putihnya.
Tak lama, Pram datang membawa nampan yang berisi air di teko dan gelas kosong. Dania yang sedang mengamati benda pipih di hadapannya terperangah melihat Pram.
" Kok gelasnya cuma satu?"
" Emangnya mau berapa?"
" Ya, dualah, ntar kalo aku haus gimana?"
" Ya pake aja. Gitu aja kok repot."
" Emang kamu gak jijik minum di bekas aku?"
Pram pun mendekat ke arah Dania. Tangannya berada di sisi sofa, membuat wajah nya dan wajah Dania berdekatan. Bahkan Dania bisa merasakan hembusan nafas dari Pram. Bahkan Dania harus memundurkan wajahnya, karena merasa grogi.
" Sekarang kamu cerewet ya. Jadi pingin ngerasain bibir kamu."
Bisik Pram di telinga Dania. Membuat Dania meremang. Dania pun segera mendorong dada Pram, membuat Pram mundur dan tertawa.
" Dasar manusia aneh."
Umpat Dania dan segera menuju ranjang.
" Pelan-pelan Dania. Perhatikan lutut mu."
Dania pun mendengus, lalu menarik selimut menutup tubuhnya hingga ke wajahnya. Pram tersenyum melihat tingkah Dania. Entah mengapa, hari ini dia sangat senang menggoda Dania.
Pram masih melanjutkan pekerjaannya, hingga tengah malam, Dania pun masih tertidur dengan menutup seluruh tubuhnya. Pram yang melihat langsung membuka selimut Dania, rambut Dania menutupi wajahnya di rapikan oleh Pram. Senyum tipis pun terbit di bibir Pram.
" Ternyata kamu gak seburuk yang aku duga, Dania. Maafkan kesalahanku, karena selalu saja berpikiran buruk tentang mu."
Pram berkata pada Dania yang tertidur sangat lelap. Laku Pram pun masuk ke dalam selimut yang sama. Biasanya Pram akan mengambil selimut lain, tapi malam ini, Pram satu selimut dengan Dania. Guling yang menjadi penghalang diantara mereka pun di singkirkan oleh Pram. Kini Pram pun memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Dania. Dan mulai memasuki alam mimpinya.
Malam panjang kini berganti pagi, Dania mengerjakan matanya, dan kaget karena wajah Pram yang sangat dekat dengannya. Bahkan tangan kekar Pram berada di atas perutnya. Dan saat Dania menggerakkan kepalanya, Dania merasa aneh dengan bantalnya. Dan seketika Dania membulat kan matanya, saat tau, itu adalah tangan Pram. Dania mencoba tenang, pelan-pelan di lepaskan tangan Pram dari perutnya, namun Pram semakin mengeratkan pelukannya.
" Mau kemana sih, ini masih sangat pagi, Dania. Tidur lah lagi."
Ucap Pram dengan suara khas bangun tidurnya. Dania melihat ke arah Pram, ternyata Pram masih memejamkan matanya.
" Mas, aku mau turun."
" Gak usah turun, kamu disini aja. Biarkan mereka melakukan tugasnya masing-masing."
Namun Dania tetap meminta turun, membuat Pram membuka matanya dan langsung beralih ke atas Dania. Dania hampir menjerit, tapi Pram dengan cepat menutup mulutnya.
" Aku tidak suka di bantah Dania. Tetap disini, atau kau akan merasakan " Dia".
Ucap Pram dengan isyarat mata ke arah bawah. Dania pun mengikuti apa yang di katakan Pram Seketika mata Dania terbelalak. Dania pun menggeleng.
" Jadi..."
" Oooke, aaakuu aakkkan disssini..iya..disini..."
" Bagus...aku suka dengan wanita penurut."
Ucapnya tepat di telinga Dania, tangan Pram juga membelai pipi Dania. Membuat Dania bergetar.Lalu Pram pun kembali merebahkan dirinya di samping Dania. Gadis manis itu masih membeku, apalagi saat tangan kekar Pram mulai melingkar di perutnya.
" Bernafas Dania. Atau kau mau aku beri nafas buatan?"
" Hahhhhh????"
Setelah pemaksaan yang dilakukan Pram, akhirnya Dania pun kembali merebah tubuhnya. Dan kembali tertidur, Pram yang mendengar dengkuran halus dari Dania pun tersenyum.
Pukul tujuh tiga puluh, Dania baru terbangun, dan membuatnya gelagapan, karena kesiangan. Dania pun bergegas turun, dan semua orang sudah berada di meja makan. Untuk memulai sarapan.
" Pagi..."
Sapa Dania dengan wajah yang memerah menahan malu. Bukan tanpa sebab, karena selama ni Dania tak pernah terlambat bangun pagi.
" Selamat pagi, Sayang. Ayo kita sarapan."
Dania pun duduk di sebelah Pram. Pram hanya tersenyum kecil melihat wajah Dania.
" Mi,maaf ya. Dania terlambat bangun."
Ucap Dania karena tak enak hati dengan sang mertua.
" Gak apa-apa, Sayang. Mami paham kok. Kamu kecapean kan? Pram udah bilang ke mami."
Ucap Fatma sambil tersenyum penuh arti, sementara Dania hanya melongo mendengar penuturan sang Mertua. Pandangannya pun beralih pada Pram yang tersenyum.
Dania makin bingung, namun tak ingin bertanya lebih. Akhirnya Dania menyelesaikan sarapannya. Setelah itu, Pram pun berpamitan. Pram mencium takzim tangan ibunya. Sementara Dania menghantarkan Pram menuju mobilnya. Pram menyodorkan tangannya pada Dania saat sebelum memasuki mobilnya.
" Mau apa?"
" Kamu gak mau salim sama suami kamu. Berdosa loh."
Dania pun menyambut tangan Pram lalu menciumnya, dan dengan cepat, Pram mendaratkan ciuman di kening Dania. Membuat Dania membulatkan mata. Dania masih terkaget-kaget dengan sikap Pram sejak kemarin.
" Mami senang, akhirnya kalian bisa saling menerima."
Dania memutar tubuhnya melihat ke arah mertuanya. Lalu mendekati dan merangkul lengan mertua yang dianggap sebagai ibu kandungnya itu.
" Mami.."
Siang hari, saat Dania tengah bermain bersama Cilla, Reyhan datang.
" Om Rey..."
Cilla langsung berlari ke arah Reyhan begitu melihat sosok Reyhan berdiri tak jauh dari tempat mereka.
" Hallo Cilla, Sayang. "
Reyhan membawa Cilla dalam gendongan nya, lalu melangkah menuju tempat Dania duduk.
" Aku dua hari ini ke cafe, kamu gak ada, kamu kenapa?"
Reyhan bertanya sambil menelisik wajah dan keadaan Dania. Matanya membulat ketika melihat beberapa luka lecet di kaki dan tangan Dania.
" Kamu kenapa, Dania?"
Ucap Reyhan sedikit meninggikan suaranya. Bahkan Cilla yang berada di gendongannya pun langsung menunduk takut.
" Bunda sakit, karena Cilla,.Om."
Reyhan langsung melihat ke arah bocah keriting itu. Wajahnya tampak menahan tangis. Reyhan mengerutkan kening, mendengar penjelasan Cilla.
" Gak kok, sayang. Bunda sakit bukan karena Cilla. Bunda yang kurang hati-hati. Cilla jangan sedih ya."
Ucap Dania menenangkan Cilla. Mata Dania pun melirik gemas ke arah Reyhan. Sementara Reyhan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" Iya, Sayang. Maaf ya, suara om tadi kenceng banget ya. Maafin Om ya."
Cilla pun mengangguk, saat mereka bermain disana. Suara deheman terdengar membuat ketiganya melihat ke sumber suara.
" Lagi asik banget kayaknya.."
" Papa...."
semoga ceritanya tidak mengecewakan