Aksa yang selalu saja merasakan sakit hati kala jatuh cinta, kini ia harus merasakan sakit hati lagi kala sang kekasih memilih pergi kala pernikahan akan berlangsung besok.
Mau tidak mau demi menjaga martabat keluarga dan Perusahaan, Aksa harus menikahi Adik Iparnya, Yara.
Apakah yang terjadi dengan pernikahan serba terpaksa mereka?
jangan lupa follow, vote, dan like yaa 🤩
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
•
•
Hallo para warga Yasa🤩 mohon untuk jangan numpuk bab yaaa, dibaca selalu setiap aku update 🥰 bantu naikkan retensi untuk menuju 40bab nanti, semoga lolos walaupun yang ke20 udah gagal😍 author minta bantuan nya yaaa😘
•
•
Mata Aksa masih sangat berat untuk terbangun dari tidurnya, ia merasa kemarin malam adalah tidur yang paling nyaman yang belum pernah dirasakan. Kala Aksa membuka mata, ia terkejut kala melihat Yara yang berada dipelukannya. Seketika Aksa langsung melepas pelukan itu begitu saja, ia terduduk untuk memikirkan semua hal yang sudah terjadi.
Pikiran Aksa melayang jauh pada kejadian tadi malam. Dimana dirinya sendiri yang membawa Yara kedalam dekapannya, mencium aroma Yara yang menenangkan sebanyak-banyaknya.
"Aksa bodoh!" Ia mengumpat dirinya sendiri.
Aksa langsung bangkit dari tempat tidur, rasanya malu sekali jika Yara tahu semua tentang ini. Untungnya Yara masih tertidur pulas, itu berarti wanita itu tidak mengetahui apa yang telah terjadi.
"Untung bocah itu kalau tidur seperti kebo," Ucap Aksa sembari menghela napas lega.
Tiba-tiba saja Aksa dikejutkan dengan mata Yara yang melotot sempurna. Wanita itu tersenyum sinis padanya, seperti ada ejekan di tatapan itu.
"Aku tahu apa yang terjadi sepanjang malam.." Kata Yara yang kini sudah duduk tegak diatas ranjang.
Tentu saja Aksa kebablakan sendiri, ia harus terlihat tidak terjadi apapun di antara mereka.
"Kejadian apa?" Tanya Aksa pura-pura tidak tahu. Tangannya berkacak pinggang, wajahnya menampilkan ekspresi angkuh seperti biasa.
Yara tersenyum sinis, ia tahu tingkah kegengsian seorang Aksara. Dan lagi lagi Yara suka kala Aksa seperti ini, berdebat adalah sesuatu hal yang ia sukai.
"Kakak, memelukku sepanjang malam bukan?" Tanya Yara langsung saja ke intinya.
"Aku? Memeluk mu?"
Yara mengangguk mantap dengan tangan bersedekap didada. seolah-olah telah menemukan suatu kelemahan Aksara.
Aksa tertawa, tawanya sangat kencang hingga membuat Yara heran. Pria itu terus tertawa sambil berjalan menuju bathroom, tidak menanggapi semua perkataan Yara tadi.
"Loh?" Yara terheran dibuatnya.
Sementara Aksa, ia masih tertawa kala sudah menutup pintu. Lalu, tak lama ia memaki dirinya sendiri. Atas semua tindakan memalukan sepanjang malam.
"Aksa bodoh! kenapa kau peluk bocah tengil itu? kenapa?!" Aksa memarahi dirinya sendiri yang telah ceroboh.
Sebenarnya Aksa tidak tahu ntah hantu jenis apa yang merasuki nya tadi malam. Hingga tanpa malu dan berpikir panjang memeluk Yara sepanjang malam. Mau ditaruh dimana muka nya ini di hadapan bocah itu, bisa diejek seumur hidup.
"Tidak, Tidak! aku tidak akan terkena ejekan bocah itu!" Kata Aksa menyemangati dirinya sendiri.
•
Selepas Aksa mandi, giliran Yara yang membersihkan diri. Karena mereka harus ke Sekolah Yara untuk mengambil Ijazah SMA. Jujur, Yara sudah tidak sabar mendapatkan sertifikat itu. Untung saja Aksa mau menjadi wali dirinya, kalau tidak terpaksa Yara harus meminta tolong kepada Hanum.
Perkataan Aksa benar, pria itu memang tidak mau makan bersama dengan Yara. Terbukti pagi ini, Aksa sudah makan terlebih dahulu kala Yara bersiap-siap. Hingga kini Yara sarapan seorang diri, padahal hanya tinggal menunggu saja. Kenapa sesulit itu untuk Aksa?
"Yara, Cepatlah!" Teriak Aksa dari ruang tamu, pria itu sudah menunggu Yara sedari tadi. Yara yang sedang minum terburu-buru, ia takut sang suami akan marah karna dirinya lamban.
Yara berlari menghampiri sang suami sembari memakai flatshoes, Semenjak menikah dengan Aksa ia menjadi wanita yang serba bisa. Kala Yara sudah berdiri di hadapan Aksa yang sedang duduk, Aksa memerhatikan Yara dari atas sampai bawah.
Tangan Aksa langsung memijat pelipisnya, cara berpakaian Yara sungguh membuat kepalanya sakit. Memakai celana jeans dan kemeja polos, tidak terlihat selayaknya wanita yang feminim.
"Pakai dress, Yara.." Ucap Aksa dengan wajah yang terlihat lelah.
Yara memutar di hadapan Aksa, ia tahu dress yang dimaksud Aksa tadi. Hanya saja ia tidak pernah memakai pakaian seperti itu, rasanya belum nyaman dan terbiasa.
"Bajunya terlalu mewah, Kak.."
"Jelas, itu mahal.. Aku beli itu diluar Negeri untuk mu, sekarang pakai!" Perintah Aksa dengan tangan menunjuk kearah tangga lantai atas.
Yara ingin protes sebenarnya, tapi kala melihat Aksa yang terlihat serius dengan perintahnya. Maka Yara tidak mau bercanda lagi, ia langsung berjalan kearah tangga menuju kamar utama. Sebenarnya Yara tidak tahu dengan apa yang ada dipikiran Aksa, terkadang bersikap perhatian.
~15 menit kemudian..
Yara selesai juga berganti pakaian, ia memakai dress sesuai dengan pilihan Aksa. Yaitu dress selutut berwarna hitam dengan lengan sebatas siku, terlihat sopan tapi tidak menampilkan kesan tua pada tubuh Yara.
Mata Aksa langsung tertuju kepada Yara yang berjalan kearahnya. Terlihat sangat cantik, Aksa mengakui itu. Apa lagi kala Yara tersenyum semakin menambah nilai kecantikannya.
"Begitu dong, kan terlihat cantik." Ucap Aksa sembari bangkit dari duduknya.
Dikatakan cantik oleh sang suami membuat Yara tersenyum bahagia. Ia sampai tidak bisa menahan rasa senang dihati, mungkin saat ini pipi Yara bersemu merah karena pujian manis dari Aksara.
"Kok malah melamun? Ayo pergi!" Ajak Aksa yang ternyata sudah berdiri didepan pintu utama. Yara langsung tersadar, ia berlari untuk menghampiri Aksa yang menunggu dirinya.
"Iya, Kak.. Tunggu!"
•
•
Sepanjang perjalanan Aksa heran melihat Yara yang terus tersenyum. Aura bahagia sangat terasa, apa lagi pipi Yara yang bersemu merah seperti orang jatuh cinta saja.
"Kau terlihat bahagia sekali hanya karna mau ke Sekolah saja?" Tanya Aksa yang sudah tidak bisa menahan rasa penasaran.
Yara langsung melirik kearah Aksa yang tengah fokus memerhatikan jalanan yang mereka lewati.
"Hari ini adalah hari bahagia untuk ku, Kak.." Jawaban Yara membuat kedua alis Aksa mengkerut.
"Hari bahagia? Kenapa seperti itu?" Tanya Aksa lagi, mungkin ia sudah terlalu penasaran sekarang.
"Tidak ada, rahasia dong!" Yara tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepada Aksa. Ia tahu pria itu akan semakin semena-mena nanti, dan Yara tidak mau hal seperti itu terjadi. Menurut nya cukup dirinya saja yang tahu alasan kebahagiaan nya hari ini.
"Aku dipuji cantik oleh suamiku, katanya laki-laki itu realistis. Kalau cantik ya akan mengatakan cantik, kalau tidak ya tidak. Itu berarti, aku benar-benar cantik dong!" Gumam Yara didalam hati.
Tanpa Yara ketahui dibalik kebahagiaan serta senyuman yang tidak pernah pudar itu ada Aksa yang mencurigai nya. Aksa jadi kesal sendiri, terlebih lagi Yara memilih untuk merahasiakannya. Padahal tidak salah kalau mengatakan kepadanya, Kenapa Yara memiliki rahasia seperti itu?