Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CINTA SEPIHAK
Viola tak bergeming dari tempatnya berdiri,jaraknya dengan Sandykala hanya beberapa langkah. Sandy jelas sekali membuat jarak dengannya. Selama ini Viola tidak merasa kecewa saat dengar penolakan Sandy ke sekian kali. Namun kali ini, dia merasakan rasa sakit yang teramat sangat. Badannya serasa membeku, lidahnya kelu, tak satupun kata terucap dari bibirnya.
"Jangan membuat yang lainnya menunggu, ayo kita ke dalam..!" ajak Sandy, baru saja tiga langkah, Viola pun mengatakan sesuatu yang membuat langkah Sandy terhenti.
"Bolehkah aku memelukmu sebentar..." tanyanya dengan suara bergetar.
"Tidak.." jawab Sandy singkat, dia tidak ingin mengulur waktu.
"Aku mohon,sebentar saja. Mungkin ini pertemuan terakhirku denganmu, karena setelah ini aku akan melanjutkan studiku ke luar negeri. Katamu tadi tidak ingin meninggalkan kenangan buruk di pertemanan kita. Aku ingin memelukmu sekali saja, sebagai salam perpisahan.." katanya sedikit memohon, Sandy merasa bahwa kali ini Viola benar-benar menekan egonya. Dia bukan tipe yang akan merendahkan diri untuk mendapatkan sesuatu.
"10 detik, aku memberimu waktu 10 detik untuk melakukan salam perpisahan..!" Kata Sandy,diapun berhenti, dan membalikkan badannya kembali. Dia melihat Viola yang berwajah cantik bersimbah air mata, selama ini dia tidak pernah menunjukkannya.
Tanpa ragu Viola pun menghampiri Sandy, dan memeluknya erat. Air matanya membasahi dada bidang Sandy. Sandy tak bergerak, tangannya masih mengatung ke bawah, dia ingin membalas pelukan Viola , namun hati kecilnya melarangnya.
"Sudah 10 detik lebih Vi..ayo lepaskan!" pinta Sandy. Namun Viola masih erat memeluknya, tangisnya makin pecah.Sandy yang tadinya enggan membalas pelukan Viola pun sedikit melunak, dielus punggung Viola dengan lembut.
"Jangan terlalu membenciku, selama tiga tahun aku bersekolah, kalian berempatlah alasan kenapa aku harus berangkat ke sekolah. Kalian punya tempat istimewa di hatiku.." kata Sandy, mendengar kata-kata itu, Viola melonggarkan pelukannya, tangisnya mulai mereda, dan akhirnya dia melepas pelukannya perlahan.
"Kali ini akhirnya aku mengalah, jika suatu saat kamu tidak bersama Kak Aruni lagi, aku akan datang untukmu.." jawab Viola, matanya sembab, make upnya sedikit memudar.
"Datanglah untuk Kevin, Steve atau Rendy. Mereka lebih membutuhkanmu daripada aku.." sahut Sandy, dia pun melangkah meninggalkan Viola, dan tak berapa lama Viola menyusulnya ke dalam.
*****
Melihat Sandy dan Viola sudah kembali, Kevin sedikit lega. Walaupun wajah Viola nampak kacau, tapi dia berusaha untuk tidak merusak suasana.
"Bagaimana ini Ma? Riasanku sedikit luntur karena aku berkeringat..!" kata Viola memecah keheningan.
Mamanya dengan sigap memanggil make up artis yang menghandle Viola. Viola pun mendapatkan sentuhan akhir sang MUA dengan segera.
"Maaf Om, Tante dan yang lainnya,sepertinya saya harus pamit undur diri. Karena ada janji lagi setelah dari sini..!" ucap Sandy setelah dia menghabiskan hidangan penutup yang disajikan.
"Wah, Sandy tidak ikut menonton film bersama? Kita sudah menyiapkan movie time di lantai 2.." ujar Pak Wijaya.
"Sepertinya saya tidak bisa ikut Om, Tante,saya minta maaf. Saya pamit dulu semuanya, selamat malam!" kata Sandy, dia pun berdiri dan segera menyalami orang tua dan kakak-kakak Viola, begitu juga dengan tiga sahabatnya.
"Jangan lupa hadir saat momen kelulusan ya, awas kalau kamu absen!" kata Kevin mengingatkan.
"Aku ingat, aku akan datang, kalian tenang saja, tidak usah mengantarku!" kata Sandy. Dia pun segera meninggalkan ruangan tersebut diamati oleh ketiga sahabatnya. Viola yang tadinya diam, seketika berlari ke arah Sandy.
"Aku akan mengantarmu!" ujarnya. Namun wajah Sandy seakan tidak mau.
"Hanya sampai pintu depan, itu saja!" Lanjut Viola, Sandy melangkah kembali diikuti Viola di sampingnya. Viola menatap punggung Sandy yang makin menjauh. Nampak sebuah mobil berwarna putih ada di antara beberapa mobil yang dia kenal. Sandy menuju mobil tersebut, dan Aruni keluar menyambutnya. Mereka nampak bahagia dan saling berpelukan sebelum masuk ke mobil.
Bulir air mata Viola kembali mengalir.
"Aku tidak tahu apa aku bisa menemukan lelaki sepertimu.." gumamnya perlahan. Dia lantas menutup pintu dan kembali ke ruangan tempat yang lainnya menunggu.
*****
"Bagaimana pestanya?Menyenangkan?" Tanyaku memecah suasana. Sejak masuk ke mobil, dia diam tanpa kata.
"Kami hanya makan dan mengobrol.." Jawab Sandy singkat.
Aku sedikit penasaran,apakah ada hal yang membuatnya jadi pendiam seperti ini.
"Apakah terjadi sesuatu di sana?" tanyaku kembali,aku mengehentikan laju mobilku. Aku menatap wajahnya dan menggenggam tangannya mesra.
"Aku sudah membuat batasan dengan Viola, aku sudah tegaskan hubunganku dengannya hanya sebagai teman, tidak lebih.." Jawabnya sedikit hati-hati.
"Itu bagus, kamu sudah berusaha yang terbaik. Lalu apakah masih ada yang mengganjal di hatimu?" aku merasakan ada penyesalan di dirinya.
"Maafkan aku Nona, tadi dia juga memelukku, katanya itu sebagai salam perpisahan..!" Jawabnya takut,dia takut aku marah atau cemburu. Jadi itu yang membuatnya jadi diam, aku kira apa, Ya Tuhan anak ini.
Aku hanya mengelus pipinya dengan lembut, bagaimana bisa aku marah ataupun cemburu kalau hanya sekedar pelukan perpisahan.
"Hei, kenapa aku harus marah? Aku harusnya berterima kasih karena sampai sekarang kamu masih bertahan dengan hubungan kita.." jelasku menenangkan dia. Ada sedikit perubahan di raut wajahnya setelah mendengar kata-kataku barusan.
"Jadi kamu tidak cemburu aku berpelukan dengan cewek lain?" tanyanya kembali, sepertinya dia berharap aku cemburu.
"Jelas aku cemburu, apalagi pasti Viola nampak cantik hari ini, wangi parfumnya menempel di kemejamu kan pastinya? Coba mendekat biar aku cium wanginya..!" kataku sedikit menggodanya.
"Aku bahkan tidak bergetar saat dia memelukku, berbeda saat dengan kamu..!" ucapnya sembari melihatku.
"Apa bedanya, kami sama-sama perempuan kan?" tanyaku lagi,kali ini aku akan sedikit cemburu.
"Tanpa menyentuhmu pun, saat aku menatapmu, jantungku berdetak kencang tak karuan. Aku berasa ingin melumatmu..!" katanya dengan ekspresi nakal.
"Dasar bocah mesum!" timpalku sambil menjitak kepalanya tanpa sadar. Apa-apaan kata-kata *Ingin melumatmu* itu, seperti terdengar kalau dia hendak menerkamku.
Sandy meringis kesakitan.
"Aawwwhh, sakit Nona! Apanya yang mesum? Itu kan wajar karena kamu pacarku, aku ada hasrat dengan nona tahu..!" katanya makin brutal. Wajahku memerah mendengar kata-katanya.
"Ya Tuhan, anak ini benar-benar ya, apakah aku semenarik itu?" tanyaku penuh goda. Dia pun melepaskan seatbelt dan langsung menciumku dengan penuh gairah. Aku merasakan hawa panas dari badannya. Ada yang berbeda dengan Sandy malam ini. Ciumannya sedikit nakal. Tangannya yang kokoh perlahan turun menyentuh dadaku, diraba dengan penuh kehati-hatian. Aku merasakan sensasi yang lain dari biasanya. Ini seperti yang aku rasakan saat pertama kali kami melakukannya malam itu. Nafas kami mulai saling beradu. Badanku seketika bertambah panas, apalagi saat lidahnya bermain dalam rongga mulutku.
"Hhmmphhh, Aarrhhggg..!" suaranya menggema dalam otakku.
"Sandy...Sandy..pelan-pelan, aku tidak bisa bernafas sayang.." pintaku kepadanya untuk memelankan aksi ciumannya. Dia mengurangi kecepatannya. Dan aku kembali merasakan ciuman yang lembut dan penuh cinta.
"Aaahh, aku tidak tahan lagi..!" katanya seraya melepaskan ciumannya. Wajahnya merah padam, rambutnya pun berantakan. Aku yang melihatnya semakin gemas.
"Apanya yang tidak tahan?" tanyaku sok penasaran. Memang kami tidak melakukannya lagi setelah malam itu. Walaupun naluri laki-lakinya kerap ingin melewati batas, tapi dia mampu menepisnya. Tapi sepertinya kali ini dia tidak sanggup lagi. Aku bisa merasakannya.
"Hentikan Nona, kamu selalu membuatku ingin melakukannya..!" katanya melas, jiwa mudanya seakan ingin memberontak, selama ini dia berusaha agar nafsunya bisa terkontrol. Karena dia merasa masih sebagai pelajar SMA. Namun sekarang dia sudah lulus, dan sebentar lagi menjadi pria dewasa. Haruskah aku membiarkannya kali ini? Atau menahannya?
"Apa kita ke apartemenku saja?" tawarku kepadanya, sepertinya dia menyadari apa yang aku pikirkan. Wajahnya kembali terlihat mesum, dengan senyuman yang sedikit menyungging.
"Kali ini kamu yang memulainya. Jadi jangan menyesal ya..!" jawabnya puas. Kami pun melanjutkan perjalanan ke apartemen.
*****
Suasana di rumah Viola sedikit berbeda sejak kepergian Sandy. Viola seringkali terlihat melamun dan tidak menikmati setiap kegiatan di pesta ulang tahunnya.
"Bajingan tadi bilang apa?" tanya Rendy, dia merasakan kekecewaan di raut wajah Viola.
"Dia minta aku untuk tidak melewati batas, karena rasa sukaku membuatnya terbebani..!" jawab Viola, dia memainkan ponselnya. Sesekali melihat akun media sosialnya.
"Sebegitu sukanya kamu dengan Sandy sampai-sampai kami pun tidak kamu anggap Vi.." kata Steve,dia duduk di samping Viola, tadinya dia duduk di atas bersama Kevin.
"Maafkan aku, apa aku harus memilih kalian bertiga untuk menggantikan Sandy?" tanya Viola tiba-tiba. Ada sedikit rasa sedih karena pernah menolak perasaan mereka.
"Jangan khawatirkan kami, rasa suka tidak bisa dipaksa, namun kalau kamu mau memberi kami kesempatan, kami akan membuktikannya..!" sahut Rendy berbinar.
"Bukankah cinta harus diperjuangkan?" imbuh Steve, diapun masih menyimpan rasa kepada Viola. Namun dia merahasiakannya atas nama persahabatan.
"Berarti kita lawan dong sekarang?" tanya Kevin memastikan.
"Begitulah kira-kira, jadi kita harus fair dalam PDKT dengan Viola..!" perjelas Rendy.
"Oke siapa takut!" jawab Steve dan Kevin bersamaan.
Viola yang melihat tingkah ketiga pria ganteng di hadapannya sedikit terhibur.
"Kalian ini! Memangnya kalian sudah siap dengan cinta sepihak saja? Kalian ini ada-ada saja!" kata Viola tertawa.
"Kami memang menyukaimu!" ucap mereka bersamaan. Seketika wajah Viola memerah. Dia terkejut mendengar pengakuan mereka bertiga.
"Jadi selama ini kalian menyukaiku secara sepihak?" tanya Viola.
"Aku pernah menyatakannya kan? Tapi kamu menolaknya, mungkin kamu anggap aku hanya bercanda.." kata Kevin.
"Akupun kamu tolak juga!" imbuh Rendy.
"Aku merahasiakannya, karena aku takut itu merusak persahabatan kita.Dan juga karena aku tahu hanya sandy yang kamu suka.." kata Steve.