FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono
Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.
Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.
Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?
Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.
Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.
Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.
Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.
Tidak sa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Kenyataan Yang Memalukan
°°°
Rara turun setelah menyelesaikan kewajibannya, sampai sekarang dia tidak kepikiran tentang siapa yang telah membawanya dari kamar mandi ke ranjang.
"Duduklah nak," ujar kakek pada cucu menantunya.
Rara duduk di sisi kanan kakek Tio sedangkan Revan ada di sisi kiri berhadapan dengannya.
Kakek Tio merasakan kecanggungan antara mereka tapi karena kejadian tadi, kakek jadi tau betapa khawatirnya Revan pada istrinya. Ia tersenyum saat mengingat Revan begitu menjaga istrinya tadi.
"Nak, tadi itu bahaya sekali kalau kamu tertidur di bak mandi seperti itu," ujar kakek.
"Maaf sudah membuat kakek khawatir, aku benar-benar tidak sengaja." Rasa bersalah menghantam hati Rara karena tindakan cerobohnya membuat beberapa orang khawatir.
"Tidak apa-apa, Kakek tidak menyalahkan mu," ujar kakek seraya menyentuh lembut puncak kepala Rara.
"Terimakasih kek."
"Berterimakasihlah pada suamimu yang dengan cekatan membawamu keluar dari bak mandi," seloroh kakek.
Uhuukkk... uhuukkk...
Revan terbatuk-batuk mendengar penuturan kakek. Sementara yang mengatakan hal itu tersenyum puas tanpa rasa bersalah.
Jadi kak Revan yang mengangkat ku dari kamar mandi, tapi aku kan...
Rara malu sekali mengingat saat ia sedang berendam bukankah dia tidak memakai sehelai benangpun. Lalu apa suaminya itu melihatnya.
"Aku sudah selesai makan, Kakek aku ke ruangan ku dulu masih banyak yang harus aku persiapkan untuk besok."
Revan memilih pergi dari meja makan, tidak mau menjadi bahan ledekan kakeknya lagi. Ia juga tidak enak pada istrinya, pasti ia berpikir yang tidak-tidak jadinya.
Setelah selesai menyantap makanannya Rara bersama pelayan yang lain membereskan meja makan.
"Non, tadi kami khawatir sekali karena nona tidak kunjung turun untuk memasak, makanya kami melapor pada bi Mur untuk memeriksa keadaan Nona."
Salah satu pelayan mencoba menceritakan apa yang terjadi, dia tidak mau di laporkan karena ketahuan membicarakan majikan mereka.
"Jadi, apa bi Mur datang ke kamarku?" tanya Rara.
"Iya Non, kami juga mendengar ribut-ribut di atas tapi kami tidak berani mendekat. Apa nona tidak apa-apa?"
"Aku tidak apa-apa, terimakasih kalian sudah mengkhawatirkanku," ujar Rara sambil mengangkat sudut bibirnya.
"Oh iya apa ada yang tau ada di mana bi Mur?" lanjut Rara.
"Sepertinya ada di ruang penyimpanan Non."
"Ok, terimakasih Bi."
Rara langsung melesat mencari bi Mur untuk bertanya soal kejadian tertidur di kamar mandi tadi, karena tidak mungkin ia bertanya pada kakek atau suaminya.
"Bi Mur...?" panggil Rara saat sudah berada dalam ruang penyimpanan, dia tidak melihat sosok yang dicari di sana.
"Bi Mur..." panggil Rara lagi.
"Non Rara kenapa ada di sini?"
Suara bi Mur muncul dari belakang mengagetkan Rara.
"Astaghfirullah bi Mur... bikin kaget aja."
Rara memegangi dadanya yang berdegup kencang.
Bi Mur justru terkekeh melihatnya, sebenarnya dia tidak bermaksud mengagetkan nonanya tapi dia karena ruangan itu cahayanya tidak memadai jadi Rara tidak melihat keberadaan bi Mur tadi.
"Ada apa nona, mencari saya. Apa nona perlu sesuatu?" tanya bi Mur.
"Kita ngobrol di luar saja bi, jangan di sini."
Rara itu takut dengan kegelapan, sebenarnya ia sudah bergidik sedari masuk tadi, ditambah bi Mur mengagetkannya tadi.
Rara dan bi Mur sedang ada di bangku taman dekat ruang istirahat para pelayan saat ini.
"Jadi ada apa Nona mencari saya?"
"Begini Bi, apa tadi bibi ikut ke kamar saat aku tidak sengaja tertidur di bathtub?" tanya Rara dengan sedikit malu.
"Iya Non." Angguk bibi.
"Apa bibi tau siapa yang membawaku keluar dari kamar mandi?" Rara bertanya dengan hati-hati.
"Tuan Revan, Non."
Rara membulatkan matanya, ternyata benar jika sang suami yang mengeluarkannya dari bathtub.
"Lalu apa dia melihat aku..." Rara menggigit bibir bawahnya, ragu untuk pertanyaan selanjutnya yang ingin dia tanyakan pada bibi.
Bi Mur tertawa, ia sepertinya tau apa yang membuat nona Rara gelisah saat menanyakan hal itu.
"Apa nona khawatir jika tuan melihat nona tidak memakai pakaian?" tebak bi Mur.
Rara mengangguk dengan malu, bi Mur ternyata sudah mengetahui apa maksudnya.
"Nona tenang saja, kejadiannya tidak seperti yang nona pikirkan."
Tentu saja Rara semakin bingung mendengar jawaban bi Mur, ia menaikan kedua alisnya.
"Lalu bagaimana caranya kak Revan membawaku keluar bi."
Bi Mur mulai menceritakan semuanya.
Flashback
Revan sudah membuka kunci pintu kamar mandi tapi ia tidak langsung membuka pintunya. Ia ragu, takut jika istrinya sedang tidak memakai pakaian.
"Bi tolong kau lihat istriku di dalam."
Meski semua orang menatapnya dengan bertanya-tanya tapi tidak ada yang mempermasalahkan. Melihat keadaan Rara adalah yang terpenting saat ini.
Dengan cepat bi Mur masuk untuk melihat apa nonanya ada di dalam atau tidak.
"Nona..." teriak bi Mur saat melihat nonanya berendam di dalam bathtub dengan mata terpejam, pikirnya saat itu nonanya pinsan.
"Apa yang terjadi bi?" tanya Revan dan kakek bersamaan.
Bi Mur pun keluar untuk memberitahu apa yang telah dilihatnya.
"Nona...dia pinsan dalam bathtub tuan," ucapnya dengan bibir yang bergetar.
"Apa?" Kakek dan Revan sangat khawatir.
"Cepat keluarkan istrimu, tunggu apa lagi!" perintah kakek pada cucunya.
Revan tentu bingung harus bagaimana, menyuruh bi Mur mengangkat tubuh istrinya sendirian tidaklah mungkin. Sementara ia juga tidak mungkin melihat tubuh polos istrinya.
"Bi ayo bantu aku mengangkat istriku." Sebuah ide terlintas di benak Revan.
Bi Mur pun menurut dan segera mengikuti tuannya kembali masuk dalam kamar mandi.
Untunglah ada gorden yang menutupi bathtub sehingga begitu masuk kamar mandi Revan tidak langsung melihat istrinya.
"Bi tolong kau pakaikan dahulu bathrobe ini pada Rara."
Setelah berkata seperti itu Revan lantas membalikkan tubuhnya, membelakangi posisinya bathtub.
Bi Mur segera melakukan apa yang di perintahkan tuannya tanpa banyak bertanya, menyelamatkan nonanya adalah yang terpenting saat itu.
"Sudah tuan," ajar bi Mur setelah ia selesai memakaikan bathrobe ke tubuh nonanya, tapi sebelumnya ia juga sudah membersihkan tubuh nonanya dari busa sabun.
Revan segera menggendong istrinya keluar dan meletakkannya di atas ranjang, mengecek suhu tubuhnya dengan menempelkan punggung tangannya di kening sang istri.
"Bagaimana Van," tanya kakek Tio dari balik pintu, tadi beliau dan pak Ahmad keluar karena mereka kira pasti Rara tidak memakai kerudungnya saat ini.
Revan membetulkan selimut hingga menutupi tubuh istrinya sampai ke atas dada, lalu ia pergi menemui kakek untuk mengatakan tentang keadaan istrinya.
"Bi tolong jaga istriku sebentar," perintahnya pada bi Mur yang masih di dalam kamarnya dan diangguki oleh bi Mur.
"Bagaimana keadaan Rara?" tanya kakek begitu Revan keluar dari kamar.
"Suhu tubuhnya normal kek, aku tidak tau apa yang terjadi dengannya."
"Kakek sudah menelpon dokter, sebentar lagi sampai. Kita tunggu apa kata dokter." Revan setuju dengan ucapan kakeknya.
Dokter datang beberapa saat kemudian dan langsung memeriksa keadaan Rara. Kakek dan yang lain juga menunggu di dalam karena saat ini Rara telah memakai kerudungnya yang dibantu oleh bi Mur tadi.
"Bagaimana Dok?" tanya kakek.
Dokter itu tersenyum setelah memeriksa Rara, setelah memastikan tidak ada yang yang terjadi.
"Nona baik-baik saja tuan," jawab dokter wanita itu.
"Apa maksudnya dengan baik-baik saja Dok, kalau dia baik-baik saja kenapa bisa pinsan di kamar mandi," cecar Revan.
"Begini tuan, nona tidak pinsan tapi dia hanya tertidur."
Semua orang melongo mendengar perkataan dokter.
Flashback off
Rara benar-benar malu saat ini, setelah mendengar semua cerita bi Mur.
Dia memang mempunyai kebiasaan gampang sekali tertidur di manapun jika kantuk sudah melanda. Akan tetapi tidak menyangka jika kebiasaan buruknya membuat dirinya malu saat ini.
to be continue....
°°°
...Yuk tinggalkan jejak. Jangan lupa favoritkan juga. Komenin author apa saja yang kalian mau....
...Salam goyang jempol dari author halu yang hobinya rebahan....
...Like, komen, bintang lima jangan lupa yaa.....
...Sehat selalu pembacaku tersayang....