Awalnya aku adalah seorang istri yang diperlakukan bagai Ratu. Hingga suatu saat, gelar Ratu itu lengser dariku. Suamiku datang lalu mengenalkan Ratu barunya. Kesedihan tak berhenti sampai disitu, aku terus disalahkan atas kesalahan ratu barunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
" Apa yang kau katakan? "
Elia terpaku mendengar suara pria yang sudah pasti adalah Jhon. Sadar jika Jhon pasti mendengar apa yang dia ucapkan sebelumnya, Elia kini terdiam tak bisa mengatakan apapun. Biarpun bisa berkata-kata, memang apa yang bisa ia katakan?
" Apa kau lupa perjanjian yang sudah kita sepakati? "
Jhon berjalan dan berdiri tepat dihadapan Elia yang terdiam degan Ive yang tertidur di gendongannya. Melihat Ive begitu nyenyak, Jhon memutuskan untuk menghubungi Yana dan membawa kembali Ive. Setelah itu, barulah Jhon akan melanjutkan apa yang harus ia bahas dengan Elia.
" Kau sadar apa yang kau katakan tadi? " Tanya Jhon yang kini sudah duduk di sofa berdampingan dengan Elia.
Elia hanya terdiam.
" Elia, aku menikahi mu bukan untuk main-main. Aku juga sudah memberi tahu mu dari awal kalau aku tidak suka perselingkuhan dan perpisahan. Dan kau juga sudah menyaggupi nya kan? "
Jhon kini menatap Elia yang hanya tertunduk memandangi sepasang kakinya. Karena tak kunjung mendapat jawaban, Jhon meraih dagu Elia dan membuat mereka saling menatap.
" Jangan diam saja. Katakan sesuatu agar aku bisa memahami apa arti dari ucapan mu tadi. "
Elia menjauhkan wajahnya dari tangan Jhon pelan.
" Elia, kalau kau masih tetap diam, maka aku tidak akan pernah mengajak mu untuk berbicara lagi. "
Elia kembali menatap Jhon seolah dia merasa keberatan dengan ancaman Jhon.
" Jhon, aku, "
" Apa? katakan. "
" Aku merasa menjadi beban untukmu dan Ibu. Aku tidak bisa melihat Ibu bersedih seperti tadi. " Elia menundukkan wajahnya seketika.
" Maaf aku melihat semuanya tadi. "
Jhon menghela nafasnya lalu fokus kepada Elia lagi.
" Dengar, apa yang kau lihat hari ini belum seberapa dibandingkan beberapa tahun yang lalu. "
Elia mengeryit bingung. " Apa? "
" Kau bukan lah beban bagi kami. Aku, Ibu dan Adik Perempuanku memang tidak pernah bisa bersatu dengan Dargo. "
" Apa? kenapa? "
Jhon terdiam sesaat. Bukanya tidak mau memberi tahu Elia, hanya saja untuk kembali menceritakan masa lalu butuh kesiapan diri untuk kembali merasakan sakit. Terlepas Jhon selalu terlihat kuat, Jhon juga adalah manusia biasa yang memiliki hati untuk bisa merasakan sakit dari kedukaan yang sudah tertumpuk dan tertimbun menyisakan perih tanpa fi beri obat.
Elia juga tak mau memaksakan Jhon untuk menceritakan masa lalunya. Karena untuk pertama kalinya, Jhon terlihat tak berdaya. Seolah ada luka yang amat dalam dan belum siap untuk kembali ia gores. Elia meraih jemari Jhon dan membuat jemari mereka saling mengait. Mungkin itu bukanlah apa-apa selain dari genggaman biasa. Tapai bagi Elia dan Jhon, Jemari yang saling mengait itu memberikan kekuatan untuk lebih tenang dan bersabar. Seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
" Maaf, Jhon. "
Jhon menatap Elia yang kini tersenyum memberikan kekuatan padanya.
" Jangan katakan apapun saat kau merasa akan sangat sakit. Tapi jika suatu saat nanti kau yakin akan baik-baik saja, kau harus memberi tahu ku. " Elia kembali tersenyum lalu memeluk erat tubuh Jhon.
" Terimakasih karena sudah mengerti. Aku Akan menceritakan padamu saat aku siap. " Elia mengangguk.
Memang sulit melupakan masalalu, tapi saat kau berdamai dengan masa lalu dan melihat dirimu yang baik-baik saja sekarang, kau harus bisa bersyukur karena masa lalu telah mengantarkan mu kedalaman situasi sekarang. Tapi saat masa lalu mu indah dan kini menderita, maka kau harus bangkit dan mencoba sebaik mungkin agar kau bisa merasakan kebahagiaan yang lebih dari masa lalu.
Jhon dan Elia masih saling memeluk dan memberi semangat. Memang tidak banyak yang Elia bisa berikan selain hal-hal seperti ini. Tapi semenjak menjadi istrinya Jhon, Elia benar-benar merasakan kebahagiaan saat sedang melakukan tugas nya sebagai istri. Yah, meski belum semuanya.
" Jadi, bisa kita lanjutkan yang tadi? "
Elia yang tadinya masih memeluk Jhon tiba-tiba Bangun dengan pipi yang bersemu merah.
" Apa yang tadi? "
" Tentu saja seperti yang kau pikirkan. "
Elia menatap Jhon dengan tatapan terkejut.
" Aku tidak sedang memikirkan hal seperti itu. " Jhon tersenyum seolah tahu kalau Elia sedang berbohong.
" Baru saja kau mengakuinya. " Elia tertunduk malu menyesali penyangkalannya padahal Jhon tidak mendetail kan tuduhannya.
Mereka terdiam sesaat sembari saling menatap. Ini adalah kali pertama bagi Jhon dan Elia dalam kondisi seperti ini. Meski jantung mereka sering berdebar-debar, tapi kali ini ada kecanggungan yang terasa lebih sulit untuk di netral kan.
Jhon meraih tangan Elia lalu meletakkan telapak tangan Elia di dadanya.
" Kau tahu? aku benar-benar kesulitan mengatasi jantung ku. " Ucap Jhon dengan tatapan yang tak bisa Elia artikan.
" Aku, aku juga sama. " Ucap Elia yang dengan jujur mengatakan apa yang dia rasakan.
Perlahan-lahan tubuh mereka saling mendekat untuk menyatukan bibir mereka. Jhon dan Elia kembali dirasuki oleh ***** saat ciuman mereka semakin lama semakin memanas seolah saling menuntut untuk meminta lebih.
Perlahan Jhon membopong tubuh Elia dan membaringkan di tempat tidur. Mereka memulai lagi ciuman yang sempat terhenti. Ini kali pertama Elia melihat Jhon yang begitu berbeda dan terkesan buas. Jhon menjamah tiap lekuk Elia menggunakan ciumannya dan terkadang terasa sedikit geli dan sakit. Elia yang sudah lama tak merasakan hal ini juga sudah mulai hilang kendali. Dia mendesah nikmat tanpa perduli apapun lagi.
Setelah kegiatan panas itu berlangsung, Elia dan Jhon kini berbaring dengan tubuh yang saling memeluk. Setelah mereka melakukan kegiatan itu, rasanya canggung dan malu untuk keduanya. Apalagi Jhon, pria itu juga merasa sedikit aneh. Karena dulu dia dan Lusiana sering melakukan hal itu tapi dia tidak pernah merasa malu dan canggung seperti sekarang ini.
" Jhon.. "
" Em? "
" Apa tidak sebaiknya kau mengajak ku bicara? sebenarnya aku sangat gugup dan merasa canggung sekarang ini. "
Jhon terkekeh sembari mengusap pucuk kepala Elia. Tadinya memang dia sedang memikirkan bahan obrolan yang akan dia bicarakan bersama Elia. Tapi karena merasa canggung juga, dia menarik ulur niatnya hingga terlalu lama diam. Tapi karena ucapan Elia barusan, Jhon menjadi memiliki sedikit keberanian untuk mengobrol sekarang.
" Apa yang ingin kau bicarakan? " Tanya Jhon.
" Apa saja. Yang penting jangan kita berbicara. kalau diam terus begini, bukanya akan membuat kita semakin canggung? " Protes Elia yang membuat Jhon tersenyum.
Memang benar beberapa saat lalu dia begitu canggung, tapi sepertinya tanpa ia sadari dia lah yang membuat kecanggungan itu perlahan-lahan menghilang.
" Elia... "
" Iya? "
" Seberapa sering kau melakukanya bersama Hendrick? "
Elia mengeryit bingung mendengar
pertanyaan Jhon yang membuat dadanya berdenyut tak karuan.
" Itu sangat jarang. Hendrick kan lebih banyak menghabiskan waktu dinas di luar kota di banding bersama ku. " Meski hatinya merasa tak karuan, Elia mencoba menjawab sejujur mungkin tanpa memperdulikan egonya yang merasa sakit.
" Sudah ku duga. " Lagi, Elia mendengar ucapan Jhon barusan dengan dahi yang mengeryit.
" Apa yang kau duga? "
" Rasanya masih sempit. " Bisik Jhon yang membuat rona merah di pipi Elia muncul dengan tiba-tiba.
Jhon mengeratkan pelukannya, membawa wajah Elia kedada nya dan memberikan banyak kecupan di kepala Elia.
TBC
bener bukan anak hendrik
DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA. Terimakasih.