NovelToon NovelToon
Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.

Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Gwen terus berjalan cepat mendekati perkumpulan mahasiswa di sebuah warung kecil, belakang kampus. Di sana, tiga lelaki sibuk dengan HP mereka tanpa menyadari kehadirannya.

"Kak Nio!" teriak Gwen.

Ketiga lelaki itu langsung menoleh ke arah suara, kecuali Arsenio yang tersenyum tipis seolah sudah tahu kedatangannya.

"Parah lo Nio, kenapa lo ganggu tuh bocah terus? Sehari aja lo enggak bikin dia kesel, pasti ada yang enggak beres kan?" Danny berkata sambil melihat wajah Gwen yang merah padam mendekati mereka.

"Udah lima hari gue enggak ganggu dia, kangen juga lihat muka keselnya," ujar Arsenio, membuat teman-temannya hanya bisa geleng-geleng kepala.

Arsenio hanya mengangkat bahu dengan acuh, sebelum rambutnya ditarik kuat oleh Gwen sampai kepalanya mendongak ke atas.

"Kak Nio iseng banget sih? Hapus ga?" Suruh Gwen.

Danny dan Rafa melotot tak percaya melihat Gwen berani menarik rambut orang yang paling ditakuti di kampus.

"Apa gue lagi mimpi ya?" gumam Danny pada diri sendiri sambil mencubit pipinya.

"Lo enggak mimpi," kata Rafa.

"Rasain lo. Siapa suruh bangunin 'macan betina' yang lagi tidur," ejek Eliano yang baru datang, berakhir mendapat tatapan tajam dari Gwen yang dia sebut 'macan betina'.

Bukannya takut, Eliano malah balas melotot ke arah Lily. "Apa lo? Urus aja tuh 'macan jantan' lo," sewotnya.

Gwen menoleh ke arah Arsenio yang tampak meringis, menahan sakit di kepalanya seolah rambutnya mau copot semua.

"Kak Nio, nggak ada kerjaan lain, ya?" tanya Gwen dengan nada kesal.

Arsenio hanya tersenyum tipis, meraih lengan Gwen dan menariknya ke pangkuannya, membuat gadis itu terkejut dan melepaskan jambakan rambutnya.

Sadar bahwa dia sekarang duduk di pangkuan Arsenio, Gwen segera berusaha bangkit, tapi cowok itu menahan pinggangnya.

"Lepasin, malu tahu!" desak Gwen, sambil memukul-mukul dada Arsenio tanpa henti, membuatnya agak kewalahan.

Arsenio segera menggenggam kedua tangan Gwen dengan satu tangannya. Gwen menggigit lengan Arsenio cukup keras, membuat cowok itu hanya bisa memejamkan mata menahan rasa sakit.

"Anjirr, tuh bocah bukan jadi macan betina aja, tapi vampire cocok buat dia," celetuk Danny.

Gwen melepaskan gigitannya dengan wajah cemberut, melemparkan tangan Arsenio. Matanya menatap Arsenio nyalang.

"Udah puas gigitnya?" tanya Arsenio dengan suara serak yang seolah menembus jiwa Gwen.

Lebay banget sih lo, Gwen!

"Gak! " jawabnya ketus.

"Cepet hapus foto itu, Kak!" kesal Gwen sambil melipat kedua tangannya di dada, dia sudah terlihat lebih nyaman di pangkuan Arsenio.

"Hapus sendiri," kata Arsenio santai, sambil menunjuk HP-nya yang ada di atas meja dengan matanya.

Gwen segera meraih HP Arsenio di meja, membuka layar kunci yang kebetulan tidak terkunci, jadi mudah baginya untuk membuka.

Arsenio hanya fokus memperhatikan wajah Gwen yang berubah-ubah sambil merapikan rambut Gwen yang menutupi wajahnya. Gwen mengerucutkan bibir saat melihat di galeri bahwa tidak ada satupun foto dirinya.

"Kok ga ada?" tanya Gwen.

Arsenio hanya mengangkat bahu. "Jawab dong, mana foto itu?" Gwen mulai geram, kembali menjambak rambut Arsenio.

"Iya-iya, nih," kata Arsenio cepat, merogoh HP lainnya di sakunya dan menyerahkannya kepada Gwen. "untung sayang, kalo ga, udah aku gelintir ke tanah," lanjutnya.

Gwen langsung melepaskan jambakan dan buru-buru mencoba membuka HP itu, tapi ternyata terkunci dengan sidik jari. Dia segera mengambil telunjuk Arsenio.

Saat layar sudah terbuka, langsung saja membuka galeri dan menemukan banyak foto dirinya, termasuk yang lagi menghisap jari. "Kak Nio bisa masuk penjara, punya banyak foto aku," cetus Gwen sambil mulai menghapus semua foto itu.

"Gak akan, Bubbie," Wajah Gwen sedikit memerah, Lagi-lagi Arsenio memanggilnya Bubbie, nama kesayangan.

"Hapus aja, fotonya masih ada di laptop aku kok," sahut Arsenio santai.

"Apa!?" Gwen teriak kaget, kepala mereka sampai bersentuhan karena Gwen mendongak tiba-tiba.

Arsenio kehilangan fokus saat melihat pipi Gwen yang memerah, bekas tamparan.

"Kenapa ini?" tanya Arsenio dengan nada datar dan dingin sambil mengelus pipi Gwen. Gwen kembali teringat kejadian beberapa saat yang lalu tiba-tiba tangannya kembali bergetar. Arsenio bisa merasakan tubuh Gwen menegang.

"Kenapa pipi merah gitu hm? siapa?" tanya Arsenio dengan nada lebih lembut, sambil menatap Gwen yang sedang menyentuh pipinya yang merah dan nyeri. Gwen terdiam, bingung harus menjawab apa. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Hery," jawabnya singkat, membuat rahang Arsenio mengeras mendengar nama yang membuat Gwen terluka. Tangan Arsenio yang semula santai di pinggang Gwen, kini mengepal kuat.

"Dia di mana?" tanya Arsenio, suaranya meninggi sedikit.

Gwen hanya menggeleng lemah, menunduk. Tangannya terus meremas kuat jari-jarinya.

Arsenio menghela nafas berat, mengangkat tubuh ringan Gwen ke atas meja, lalu mengukungnya. "Bubbie, lihat aku!" suruh nya.

Gwen mengangkat kepala, menatapnya dengan mata sayu. Arsenio tak sengaja melihat kerah seragam sekolah Gwen ada bercak darah. Dia mendekatkan hidungnya ke kerah, mencium bau darah manusia.

"Darah siapa? bajingan itu melukaimu?" tanya Arsenio penuh kelembutan, padahal dia habis-habisan menahan emosi.

Mendengar kata darah, tiga teman Arsenio buru-buru bangun menatap Gwen terkejut.

Gwen menengadahkan telapak tangannya ke depan Arsenio, telapak tangannya masih merah, walaupun tidak terdapat darah di sana. "Aku melukainya," desah Gwen.

Gwen menghela nafas berat, lalu mengeluarkan pulpen yang berisi belati, membuat mereka terbelalak tak percaya melihat belati yang masih ada bekas darahnya.

"Bocah! Lo bawa pisau ke sekolah?" Eliano terkejut bukan main.

"Kamu bisa di keluarin dari sekolah kalau ketahuan bawa benda tajam," ujar Danny serius.

Gwen yang menunduk, mengerucutkan bibirnya dan menunjuk Arsenio yang masih dengan muka datar memegang belati itu, sekali lagi membuat semua orang menatap kearahnya.

"Lo ngajarin apaan sih ke nih bocah, Nio?" tanya Eliano penasaran.

Arsenio menghela nafas panjang, menatap Gwen alih-alih menjawab," Di mana kamu lukain dia?" tanyanya.

" Di wajahnya, terus aku tusuk lengannya,"cicit Gwen.

Arsenio mendekat, memegang kedua sisi wajah Lily dengan lembut dan menatap matanya dalam-dalam. Kemudian, suara tawanya menggelegar sambil menekan kedua sisi pipi Gwen hingga bibir gadis itu manyun ke depan.

"Kerja bagus Bubbie, " puji Arsenio mencuri sebuah kecupan singkat di bibir Gwen, membuat teman-temannya melongo. Gwen mengerjap matanya terkejut, tak menyangka dia akan mendapatkan kecupan. "tunggu hadiah dari aku, " lanjutnya.

Arsenio merebut belati di tangan Gwen, lalu meletakkannya diatas meja, depan Danny. "Dan, tolong bersihkan noda darah itu. Itu bisa jadi bukti kuat"

Gwen melebar pupil matanya,"Kak, aku bakal di penjara? ga mau di penjara, ga enak di sana," keluhnya.

Arsenio malah tertawa kecil menikmati wajah ketakutan, itu menggemaskan di matanya. "Kak Nio malah ketawain aku," rengek Gwen.

"Itu ga akan terjadi, Bubbie."

Dari arah belakang mereka, tiba-tiba seorang mahasiswa berteriak,"Gwen di suruh ke ruang kepala sekolah sekarang dan jangan lupa telepon orang tua lo"

Seketika Gwen panik menatap gelisah Arsenio. "Gimana nih kak? aku ga mau papi sama abang tahu,"

Arsenio kembali menangkup wajah Gwen sambil menatapnya, "Aku akan menyelesaikan masalah ini, aku yang buat kamu di situasi ini," katanya dengan lembut.

Gwen mengangguk pelan, "tapi kak Nio janji ya ga boleh ngadu sama papi sama abang"

" iya,"sahut Arsenio mengecup sekilas pucuk kepala Gwen sebelum mengangkat gadis itu kembali berdiri.

"Sekarang, siapa yang akan menggantikan papi ke ruang kepala sekolah?" tanya Gwen.

"Aku," sahut Arsenio sudah mulai mengenakan jaketnya.

"Emang bisa?" tanya gadis itu heran.

"Ga ada yang ga bisa bagi Nio, Gwen." Jawab Rafa.

1
Gebi Tompul
lanjut
Myra Myra
kasihan Gwen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!