NovelToon NovelToon
Saat Mereka Memilihnya Aku Hampir Mati

Saat Mereka Memilihnya Aku Hampir Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Bad Boy / Diam-Diam Cinta / Cintapertama / Enemy to Lovers / Cinta Murni
Popularitas:931
Nilai: 5
Nama Author: his wife jay

Dilarang keras menyalin, menjiplak, atau mempublikasikan ulang karya ini dalam bentuk apa pun tanpa izin penulis. Cerita ini merupakan karya orisinal dan dilindungi oleh hak cipta. Elara Nayendra Aksani tumbuh bersama lima sahabat laki-laki yang berjanji akan selalu menjaganya. Mereka adalah dunianya, rumahnya, dan alasan ia bertahan. Namun semuanya berubah ketika seorang gadis rapuh datang membawa luka dan kepalsuan. Perhatian yang dulu milik Elara perlahan berpindah. Kepercayaan berubah menjadi tuduhan. Kasih sayang menjadi pengabaian. Di saat Elara paling membutuhkan mereka, justru ia ditinggalkan. Sendiri. Kosong. Hampir kehilangan segalanya—termasuk hidupnya. Ketika penyesalan akhirnya datang, semuanya sudah terlambat. Karena ada luka yang tidak bisa disembuhkan hanya dengan kata maaf. Ini bukan kisah tentang cinta yang indah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon his wife jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sedikit berubah

Rumah Ezra Calvino sore itu lebih ramai dari biasanya.

Teras luasnya dipenuhi suara tawa, sepatu yang asal ditendang ke sudut, dan musik yang diputar pelan dari speaker kecil di ruang tengah. Elara datang bersama Nayomi dan Keira, disambut dengan suara ezra yang langsung seperti toa masjid sejak pintu dibuka.

“Wah lengkap. bakal seru nih,” ujar Ezra sambil nyengir.

“El yang ngajak, kan?” Keira menyikut pelan Elara.

Elara tertawa kecil. “Sekalian aja. Udah lama juga kita nggak ngumpul sama nayomi dan keira”

Mereka berkumpul di ruang keluarga. Ada yang duduk di karpet, ada yang bersandar di sofa. Nayomi dan Keira sangat akrab dengan Ezra dan mereka melontarkan candaan, Kairo ikut nimbrung, Leonhardt sibuk main ponsel, Kaizen santai di sudut ruangan.

sedangkan Arsenio… duduk agak menjauh, tidak biasanya arsen seperti ini.

Elara menyadarinya tanpa sadar. Pandangannya beberapa kali jatuh ke arah Arsen yang lebih banyak diam, hanya bicara seperlunya. Sesekali ia melirik Elara, tapi cepat mengalihkan pandangan saat mata mereka hampir bertemu.

Ezra duduk di dekat Elara, seperti biasa.

“el mau minum apa?” tanya Ezra sambil berdiri.

“Teh aja,” jawab Elara.

Ezra mengambilkan minuman, lalu duduk lagi di sampingnya. Mereka mengobrol ringan—tentang guru yang menyebalkan, tugas yang menumpuk, hal-hal kecil yang biasanya tak berarti.

“Eh El,” kata Ezra tiba-tiba. “Inget nggak waktu kita kecil, lo nangis gara-gara layangan lo robek diatas pohon”

Elara tertawa. “Itu karena lo yang narik terlalu kenceng.”

“Padahal gue nolong.”

“ngehancurin itu namanya.”

Tawa mereka pecah. Nayomi ikut terkekeh, Keira menggeleng pelan.

“Hah, kalian dari dulu gitu ya,” komentar Nayomi. “ kayanya kalian deh yang paling Deket waktu kecil”

Kalimat itu terdengar ringan. Tapi di sudut ruangan, tangan Arsenio yang memegang gelas sedikit mengeras.

Ia menunduk, rahangnya mengatup. Tidak ada yang melihat—kecuali Kaizen, yang duduk tidak jauh darinya.

“Lo kenapa, Sen?” tanya Kaizen pelan.

“Nggak apa-apa,” jawab Arsenio singkat.

Ezra masih melanjutkan cerita, Elara masih tertawa. Dan entah kenapa, Arsenio merasa ada jarak yang tumbuh—tipis, hampir tak terlihat, tapi cukup membuat dadanya terasa penuh.

“El,” panggil Arsenio tiba-tiba.

Elara menoleh. “Iya?”

“Minumnya diminum. Dari tadi lo pegang doang,” ucapnya datar.

Elara terdiam sebentar, lalu menurut. “Oh… iya.”

kairo melirik Arsenio sekilas, lalu kembali menatap Elara. “Eh nanti pulang bareng gue kan?”

Sebelum Elara sempat menjawab, Arsenio lebih dulu bicara.

“Bareng gue.”

Nada suaranya tenang. Tapi tegas.

kairo mengangkat alis, lalu tersenyum tipis. “Santai aja, gue cuma nanya.”

Elara menatap mereka bergantian, merasa suasana berubah—sedikit. Hanya sedikit.

Menjelang magrib, mereka bersiap pulang. Nayomi dan Keira pamit lebih dulu. Di depan rumah Ezra, Elara berdiri sebentar menunggu Arsenio mengambil jaketnya.

“nio” panggil Elara pelan.

Arsenio menoleh. “Kenapa?”

“Kamu… hari ini beda,” ucap Elara pelan. “Masih kepikiran masalah orang tua kamu?”

Arsenio terdiam. Pandangannya sempat turun ke lantai sebelum akhirnya ia melangkah mendekat setengah langkah ke arah Elara.

“Lagi nggak mood aja buat banyak ngomong.”

Elara mengangkat alis tipis. “Ih, kayak cewek aja. Pake acara nggak mood segala,” katanya, lalu melembut. “Tapi Nio… kita bareng dari kecil. Aku tau kalau kamu lagi nggak baik-baik aja.”

Arsenio menghela napas kecil, kali ini lebih berat. “Aku cuma pengen sendiri dulu, El.”

Elara menatapnya beberapa detik, lalu mengangguk pelan.

“Oke. Tapi dengerin aku ya,” ucapnya lembut. “Aku di sini. Kalau suatu saat kamu butuh temen buat cerita hubungin aku.”

Arsenio menatapnya lebih lama dari yang seharusnya. Tatapan yang penuh hal-hal yang ingin diucapkan, tapi belum berani keluar.

Di dalam kepalanya, satu kalimat berputar tanpa suara:

Gue nggak mau kehilangan lo.

Tapi gue juga nggak mau kehilangan mereka cuma karena perasaan gue sendiri yang belum tentu benar.

Ia akhirnya hanya mengangguk kecil. “Makasih, El.”

★★★

Mobil Arsenio melaju pelan meninggalkan rumah Ezra. Lampu jalan mulai menyala satu per satu, menerangi jalanan yang tidak terlalu ramai. Di dalam mobil, suasana sempat hening. Musik diputar pelan—lagu lama yang entah kenapa selalu ada di playlist Arsenio.

Elara bersandar di kursinya, memandangi lampu-lampu di luar jendela. Hening itu bertahan beberapa detik… sampai akhirnya ia menghela napas panjang.

“Nio.”

“Iya?”

“Anter aku dulu ke supermarket ya,” ucap Elara sambil memasang sabuk pengaman.

“Pengen beli cemilan.”

Arsenio mengangguk. “Oke.”

Beberapa menit kemudian, mobil mereka berhenti di parkiran supermarket yang masih cukup ramai. Elara turun lebih dulu, langsung menarik troli kecil dan mulai mengisi dengan berbagai macam snack—cokelat, biskuit, keripik, dan minuman manis.

“Kebanyakan,” komentar Arsenio sambil berdiri di sampingnya.

“Buat stok kamar,” balas Elara santai.

Saat Elara hendak mengambil beberapa bungkus mi instan, tangan Arsenio langsung menahannya.

“Jangan sering-sering makan mie”

Elara manyun. “Sekali-sekali doang.”

“aku tau ya El, kamu sering makan mie tiap hari apalagi waktu malam, kamu kira aku nggak tau apa."

Elara mendengus, tapi akhirnya menaruh kembali mie itu ke rak.

Di kasir, mereka mengantre. Elara sibuk memasukkan belanjaan ke dalam tas kain, sementara Arsenio berdiri di sampingnya. Tiba-tiba suara kasir perempuan terdengar lebih ceria dari sebelumnya.

“Mas… adiknya lucu banget ya,” ujar mbak kasir sambil tersenyum genit ke arah Arsenio.

Elara berhenti bergerak.

Adik?

Ia menoleh pelan, lalu melotot.

“Adik dari mana, Mbak? Saya umur delapan belas tahun loh”

Mbak kasir tampak kikuk sesaat, tapi malah tertawa kecil. “Oh… kirain masih Smp.”

“Saya SMA, tapi bukan adik dia,” balas Elara datar.

Belum selesai di situ, mbak kasir kembali menoleh ke Arsenio.

“Mas, boleh foto bareng nggak? Buat story.”

Elara langsung menatap Arsenio tajam.

Arsenio terdiam sepersekian detik, lalu mengangguk singkat. “Cepet.”

Elara mendengus pelan.

Begitu mereka kembali ke mobil, Elara langsung menyandarkan punggung ke kursi dengan wajah kesal.

“Kamu kenapa, cemberut gitu?” tanya Arsenio sambil menyalakan mesin.

“Kamu tuh ya,” ujar Elara, nada suaranya mulai cerewet. “Kenapa sih mau-mau aja difoto sama dia?”

Arsenio melirik sekilas. “Kenapa?”

“Kenapa?” Elara menirukan. “Dia genit, Nio. Terus dia nganggep El adik kamu.”

Arsenio tersenyum tipis. “Terus?”

“Terus El kesel,” lanjut Elara. “Emang El sekecil itu? Atau kamu keliatan tua banget?”

Senyum Arsenio melebar sedikit. “Itu namanya kamu imut.”

“Imut mata mu,” sahut Elara cepat.

Arsenio terkekeh pelan. “Kenapa sih, El. Cemburu?”

Elara terdiam sepersekian detik, lalu memalingkan wajah ke jendela.

“Apaan sih. Enggak.”

Arsenio tertawa kecil—tawa ringan yang sudah lama tidak terdengar hari ini.

KALIAN MENDING 

elara & arsenio

elara & Ezra

elara & kaizen

elara & Kairo

elara & Leonhardt

ATAU GAK SAMA MEREKA SATUPUN

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!