Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 32
Hutan di sekitar Lembah Tulang Naga diselimuti kabut yang tidak wajar. Kabut ini berwarna kekuningan, berbau belerang, dan menghalangi jangkauan Indra Spiritual.
Shi Hao duduk di atas dahan pohon mati, memandang kerumunan manusia di kejauhan yang berkumpul di mulut lembah.
Ia menurunkan bungkusan kain dari punggungnya. Di dalamnya, terdapat sebilah pedang besi yang sangat jelek. Bilahnya tidak rata, penuh bintik merah kecokelatan (karat), dan tidak memiliki pelindung tangan (guard). Sekilas, itu lebih mirip potongan besi rongsokan daripada senjata.
Banyak yang mengira Shi Hao memungut pedang ini dari mayat bandit miskin. Namun, asal usul pedang ini jauh lebih unik.
Asal Usul Pedang Karat
Benda ini ditemukan Shi Hao tepat di halaman belakang gubuknya di Puncak Terbuang sebulan yang lalu. Puncak Terbuang dulunya adalah tempat pembuangan limbah dari Paviliun Penempaan Senjata. Ribuan pedang gagal dibuang ke sana selama berabad-abad.
Namun, saat Shi Hao sedang menggali tanah untuk mencari cacing umpan pancing, Mata Naganya menangkap keberadaan. Di antara tumpukan pedang patah yang berkilau, ada satu batang besi jelek yang tidak berkarat sepenuhnya meski terkubur 500 tahun.
Karat di permukaannya bukanlah biasa, melainkan Darah Naga Tanah yang mengering dan membatu, menyegel logam di dalamnya. Logam itu adalah Besi Berat Bintang Jatuh (Heavy Star Iron) material yang sangat padat dan berat, namun sulit dialiri Qi.
Bagi kultivator biasa, pedang ini sampah karena tidak bisa menyalurkan elemen api atau es. Tapi bagi Shi Hao yang memiliki Tubuh Fisik Alam Dewa, ini sempurna. Dia tidak butuh penyalur sihir. Dia butuh sesuatu yang berat dan tidak bisa hancur saat dipukul sekeras tenaga.
"Kau jelek, berat, dan tumpul," gumam Shi Hao sambil mengusap bilah kasar pedang itu. "Sama seperti nasibku saat ini. Tapi justru karena itu, kau cocok untuk membunuh tanpa menarik perhatian."
Shi Hao membungkus kembali pedang itu, mengenakan topeng kayu Tian Zhunya, dan melompat turun.
Mulut Lembah Tulang Naga.
Suasana di sini tegang. Ribuan kultivator dari berbagai faksi kecil tertahan di luar.
Penyebabnya adalah blokade yang dilakukan oleh Sekte Iblis Merah.
Sebuah bendera besar bergambar tengkorak merah berkibar. Puluhan mayat kultivator liar yang mencoba menerobos paksa digantung di tiang-tiang kayu sebagai peringatan.
Di tengah jalan masuk, duduk seorang pemuda di atas takhta yang terbuat dari tumpukan tengkorak. Ia mengenakan jubah merah mewah, memegang sabit raksasa sambil memutar-mutar gelas arak.
Mo Sha.
Rival Shi Hao di Reruntuhan Raja Spirit. Dia selamat, dan auranya kini jauh lebih mengerikan. Dia telah menembus ke Foundation Establishment Tahap Awal, dan sabit di tangannya memancarkan aura jiwa-jiwa yang menjerit.
"Dengar!" teriak seorang anak buah Mo Sha. "Lembah ini sekarang milik Tuan Muda Mo Sha! Siapa pun yang ingin masuk harus membayar pajak 500 Batu Roh atau satu lengan kiri!"
"Gila! 500 Batu Roh? Itu perampokan!" protes kerumunan.
"Kalau begitu berikan lenganmu!"
ZRRRT!
Anak buah Mo Sha bergerak cepat, memotong lengan seorang kultivator yang protes. Darah muncrat.
Mo Sha di takhtanya hanya tertawa bosan. "Darahnya amis. Kualitas rendah. Adakah yang lebih menantang?"
Saat itulah, kerumunan terbelah.
Seorang pemuda bertopeng kayu berjalan maju dengan langkah tenang. Pedang karat terbungkus kain lusuh di punggungnya. Di tangannya, ia memegang sebuah token besi hitam.
"Aku punya token dari Geng Kapak Hitam," suara Shi Hao (Tian Zhu) terdengar berat dan serak. "Apakah ini cukup untuk lewat?"
Shi Hao melempar token yang ia dapat dari si Gigi Emas.
Token itu melayang ke arah Mo Sha.
Mo Sha menangkapnya tanpa melihat. Ia meremas token besi itu hingga penyok.
"Geng Kapak Hitam sudah musnah kemarin. Token ini tidak berlaku," ucap Mo Sha datar. "Tapi..."
Mata Mo Sha perlahan beralih ke Shi Hao. Tatapannya terkunci pada topeng kayu itu. Ingatannya kembali ke peristiwa memalukan di Reruntuhan Raja Spirit, di mana ia dipermainkan oleh seseorang bertopeng serupa.
Mo Sha perlahan berdiri. Aura membunuh meledak darinya, membuat anak buahnya sendiri mundur ketakutan.
"Topeng itu..." desis Mo Sha, senyum gila mulai terbentuk di wajahnya. "Dan pedang rongsokan di punggungmu itu..."
"Tian Zhu?"
Shi Hao tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam, tangan kanannya perlahan bergerak ke balik punggung, memegang gagang pedang karatnya.
"Hahaha! HAHAHAHA!" Mo Sha tertawa histeris. "Aku mencarimu ke ujung dunia! Ternyata kau datang sendiri mengantar nyawa!"
"Minggir, Mo Sha," ucap Shi Hao dingin. "Aku sedang buru-buru."
"Minggir? Kau menyuruhku minggir LAGI?!"
Trauma masa lalu Mo Sha terpicu. Wajahnya memerah padam.
"HARI INI AKU AKAN MENGULITIMU!"
BOOOM!
Mo Sha melompat dari takhtanya. Sabit raksasanya berayun, menciptakan gelombang energi merah berbentuk bulan sabit yang besarnya sepuluh meter.
"Sabit Penebas Bulan Darah!"
Serangan ini jauh lebih kuat daripada saat di reruntuhan. Tanah terbelah. Kultivator di sekitar menjerit dan lari.
Shi Hao tidak menghindar. Ia tahu, jika dia menghindar, kerumunan di belakangnya akan mati terbantai. Dan meskipun dia kejam pada musuh, dia bukan pembunuh massal.
Shi Hao menarik pedang karatnya. Kain pembungkusnya hancur seketika.
Ia tidak menggunakan Qi. Ia menggunakan kekuatan fisik murni dari Qi Condensation Tahap 13 yang disalurkan ke otot lengannya.
"Enyahlah."
Shi Hao mengayunkan pedang karat itu secara melengkung. Sederhana. Kasar. Brutal.
KLANG!!!
Suara benturan logam yang memekakkan telinga terdengar.
Pedang karat yang tumpul itu menghantam sisi sabit Mo Sha.
Gelombang energi merah Mo Sha hancur berantakan seperti kaca pecah.
Kekuatan hantaman Shi Hao begitu besar hingga Mo Sha merasakan getaran merambat dari sabit ke lengannya, ke bahunya, hingga ke tulang punggungnya.
"Ugh!"
Mo Sha terdorong mundur sepuluh langkah. Kakinya menyeret tanah, menciptakan parit dalam.
Hening.
Ribuan mata menatap tak percaya.
Pedang karatan? Melawan Sabit Harta Karun Tingkat Bumi? Dan Sabit itu yang terpukul mundur?
Mo Sha menatap tangannya yang gemetar. Kulit di antara ibu jari dan telunjuknya robek berdarah.
"Kekuatan fisik macam apa itu..." batin Mo Sha ngeri. "Dia bukan manusia! Dia monster berbentuk manusia!"
Shi Hao menyarungkan kembali pedang karatnya ke punggung. Ia menepuk debu di bahunya.
"Aku tidak akan mengulanginya," kata Shi Hao. "Minggir. Atau kali ini kepalamu yang pecah, bukan seranganmu."
Wajah Mo Sha berubah-ubah antara marah, malu, dan waspada. Dia sombong, tapi tidak bodoh. Bentrokan barusan memberitahunya bahwa Tian Zhu telah bertambah kuat secara tidak masuk akal.
Jika mereka bertarung mati-matian di sini, Mo Sha mungkin kalah, atau terluka parah sebelum masuk ke reruntuhan utama. Itu kerugian besar.
Mo Sha menarik napas panjang, menelan harga dirinya.
"Biarkan dia lewat," perintah Mo Sha pada anak buahnya.
"T-Tuan Muda? Tapi..."
"KUBILANG BIARKAN DIA LEWAT!" bentak Mo Sha.
Jalan terbuka.
Shi Hao berjalan santai melewati barisan murid Sekte Iblis yang menatapnya dengan horor. Saat ia melewati Mo Sha, keduanya saling bertukar pandang.
"Nyawamu kujaga untuk nanti di dalam," tatapan Mo Sha berkata.
"Kau boleh mencoba, kalau kau bosan hidup," balas tatapan Shi Hao.
Shi Hao melangkah masuk ke dalam kabut Lembah Tulang Naga. Sosoknya menghilang ditelan kegelapan.
Namun, kedatangannya telah mengubah peta kekuatan di lembah itu. Sang legenda misterius, Tian Zhu si Pendekar Pedang Karat, telah bergabung dalam permainan.
Dan jauh di kedalaman lembah, di dalam reruntuhan istana bawah tanah yang baru terbuka, Serpihan Kuali Kekacauan di dada Shi Hao bergetar semakin kencang, merespons panggilan dari saudaranya yang hilang.
zhu
Zhau
dan Zhao
ini kadang saya lari lgi keatas ,untk mencari nama kepala klan🤣🤣🤣