Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Happy reading....
***
Mendapat tugas yang tak bisa ia tolak membuat Aura terpaksa menjalani. Sekaligus ini adalah pengalaman pertama dirinya untuk pergi keluar negeri. Entah harus mengatakan anugerah apa musibah, namun Aura yang memang sedang mengasah kemampuannya dalam pekerjaan membuat Aura merasa ini adalah tantangan untuk dirinya.
Malam pukul tujuh, Aura turun ke lobby sambil menarik kopernya, saat berjalan keluar lift ia sudah melihat sebuah mobil hitam mewah dengan pria yang berdiri di sisi pintu yang ia kenal.
"Maaf menunggu pak, aku pikir anda belum sampai," Aura merasa tidak enak saat melihat Beni asisten bos besar di kantor.
"Tidak nona, saya juga baru sampai," Jawab Beni sambil tersenyum ramah. 'Andai saja anda tahu jika tuan Haikal sudah sejak tadi menunggu anda,' Beni hanya bisa bicara dalam hati sebelum membukakan pintu untuk Aura.
Ehh
Aura cukup terkejut, saat melihat sosok pria tampan dengan tingkat kematangan umurnya, namun begitu wajahnya tak mampu membuat para pria muda menang.
"Tuan Haikal..." sapa Aura dengan senyum kaku.
Ia tak menyangka jika didalam mobil ada bos besarnya yang duduk dengan tenang.
"Masuklah!" titah Haikal dengan wajah datarnya.
Aura melirik Beni seperti meminta persetujuan, dan Beni hanya menganggukkan kepalanya untuk memberikan persetujuan.
Beni memutar didepan kap mobil untuk duduk di balik kemudi, pria itu yang akan mengantarkan bos dan rekan bisnisnya menunju badara.
Di dalam mobil, tepatnya di jok belakang Aura duduk dipinggir pintu, wanita itu menjaga jarak aman dengan atasan sekaligus ayah dari kekasihnya.
Haikal yang melirik lewat ekor matanya hanya bisa tersenyum dalam hati, Aura seperti kucing yang takut dengan predator di sekitarnya.
"Duduklah dengan benar, jika kau menempel pada pintu, aku takut jika tiba-tiba kau jatuh dan aku tidak tahu akan mengatakan apa pada Mario,"
Ucapan Haikal membuat Aura menelan ludah, meskipun bicara panjang, namun wajah pria matang itu sama sekali tak melihatnya.
"Emm," Aura hanya bergumam dan bergeser ke sisi tengah sedikit, memberikan jarak antara pintu dan tubuhnya.
'Situasi seperti ini tidak pernah aku bayangkan, andai saja aku mengenal lama mungkin aku tak akan segugup ini ' batin Aura sambil mengigit bibirnya sendiri.
Tak lama mobil yang dikemudikan Beni sampai di bandara kota, keduanya keluar setelah Beni membukakan pintu mobil.
"Masih ada waktu dua puluh menit, bagaimana kalau kita ke kafe itu dulu," Haikal menujuk kafe yang masih berada dalam bangunan bandara.
"Um, baik Tuan," Aura yang memang bawahan tak seharunya menolak ajakan atasan, meskipun dalam hatinya ingin menolak karena tidak nyaman dengan rasa canggungnya.
Haikal memesan kopi begitu juga dengan Aura, keduanya duduk di bangku dekat jendela di mana mereka bisa melihat ke arah kedatangan penumpang
"Tidak perlu canggung Aura, kita akan sering bertemu dan berinteraksi,"
Aura yang sedang menyesap kopinya terdiam sejenak sebelum mengangkat kepalanya dan tersenyum ramah.
"Biar bagaimanapun anda tetap atasan saya tuan, saya hanya tidak ingin melewati batas," ucap Aura yang merasa jawabannya cukup efisien.
Meskipun dirinya kekasih anak dari pria yang duduk didepanya ini, tapi Aura juga melihat sisi lain Haikal sebagai atasanya.
Haikal tersenyum tipis, "Mario begitu beruntung mendapatkan wanita baik seperti mu,"
Saat keduanya duduk dan sedikit berbincang tentang pekerjaan yang akan mereka lakukan, tiba-tiba mata Aura memanas saat melihat sepasang pria dan wanita tertawa bersama sambil berpegangan. Bahkan keduanya tak malu saat sekali melempar ciuman di tempat umum.
"Jadi kamu hanya perlu menjelaskan bagaiman kerja samanya nan-" Haikal menaikkan sebelah alisnya saat melihat wajah Aura yang tegang dengan tatapan mata memerah.
Kepala Haikal menoleh kebelakang di mana sebuah dinding kaca yang dapat melihat aktifitas orang-orang di sana.
Haikal menyipitkan matanya saat melihat sosok pria yang sangat dia kenal sedang tertawa bahagia sambil menggandeng seorang wanita. Melihat itu sudut bibir Haikal tertarik tipis.
"T-tidak mungkin mereka,"
Aura mengepalkan kedua tangannya di bawah meja, Urat lehernya ketara saat dirinya mendadak menjadi emosi.
"Air matamu sangat berharga untuk menangisi mereka yang tidak pantas untuk di tangisi,"
Tatapan tajam Aura yang menyimpan kemarahan dengan rasa sakit dalam hatinya membuatnya menatap Haikal yang sedang menyeruput kopinya.
"Sakit hatimu tidak akan membuat mereka sedih, kau lihat wanita itu," Haikal menunjuk wanita yang berjalan dengan Mario lewat tatapan matanya.
"Dia begitu bangga menjadikan kekasih wanita lain sebagai prianya,"
Mata Aura sudah mengembun, biar bagaimanapun Mario adakan kekasihnya yang dua tahun ini bersamanya, mereka sudah banyak melewati hari-hari bersama dalam kesenangan, tapi hari ini Aura mendapatkan kenyataan pahit saat dirinya diselingkuhi bahkan dengan sahabatnya sendiri.
"Kau wanita cerdas Aura, jika kau ingin membalas mereka aku bersedia menjadi bagian balas dendam mu!"
Aura menatap wajah Haikal dengan tatapan penuh arti.
*
*
Sampainya di hotel, Aura langsung beristirahat, sepanjang perjalanan di dalam pesawat ia lebih banyak diam sambil mempelajari berkas kerja sama dengan perusahaan AIX. Aura melakukan itu hanya untuk mengalihkan pikirannya tentang kejadian di bandara tadi.
Biarpun tak ingin larut dalam kesedihan karena diselingkuhi, tapi sisi hati Aura merasakan sakit. Mario yang ia pikir adalah pria baik sebagai pelabuhan akhirnya, namun siapa sangka jika pria itu justru memberikan pengalaman buruk dengan berselingkuh.
Aura menatap langit-langit kamarnya dengan lelehan air mata, sejak tadi ia tak bisa meluapkan kesedihannya didepan Haikal.
"Mario.. Lisa, kalian akan menyesali apa yang sudah kalian lakukan di belakang ku," ucap Aura dengan penuh tekad.
"Jika kamu pikir aku akan diam saja, itu tidak akan terjadi," Aura tersenyum sinis meskipun matanya berlinang air mata.
"Membuang ikan teri tak akan membuat ku kelaparan jika aku bisa mendapatkan ikan yang lebih besar." Aura semakin menyeringai lebar saat mengingat Haikal Ramses.
"Kau bisa menggunakan ku untuk membalas sakit hatimu, aku yakin mereka akan menyesal sudah membuat mu sakit hati," ucap Haikal saat keduanya masih duduk di kafe tadi.
Aura akan melakukan suatu hal yang mungkin sangat beresiko untuknya. Saat ini mungkin dirinya seperti wanita bodoh yang mudah di bodohi.
"Jadi pacar yang kamu maksud selama ini adalah Mario," Aura hanya bisa memejamkan mata, tidak menyangka jika sahabatnya sendiri duri dalam daging percintaannya, "Bahkan kamu juga ingin memiliki pacar kaya seperti Mario dan di terima baik oleh keluarganya, jika itu keinginan mu aku akan mewujudkannya untuk mu Lisa." Tekat Aura penuh dengan kebencian.
Sebaik apapun seseorang akan ada di mana rasa baiknya sia-sia setelah melihat bagaimana kebaikannya begitu tak berharga untuk orang yang tidak tepat. Selama dua tahun Aura berusaha menjadi yang terbaik untuk pria yang di cintainya, namun siapa sangka jika kebaikannya di balas dengan perselingkuhan yang membuatnya sakit hati.
"Kita akan lihat, apakah kamu sangat menginginkan apapun yang aku miliki," Gumam Aura sambil menyeringai, tak lupa tangannya mengusap air matanya, "Pembalasan di mulai!"