Milea arabella, biasa akrab di sapa dengan nama Lea adalah gadis yatim piatu setelah kematian kedua orang tua nya akibat kecelakaan tunggal beberapa tahun yg lalu sepulang dari luar kota, saat itu milea yg baru lulus SMA begitu syok mendengar kenyataan itu, apalagi dirinya harus menghidupi ketiga adik-adiknya.
Akan kah kebahagiaan menghampiri Milea dan ketiga adik-adiknya.?
ikuti terus kisah milea di cerita ini.
Happy reading 😘.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon astiana Cantika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 Berpamitan pada Mbah wati
Keesokan harinya.
Lea terbangun pada pukul 05.00 pagi dirinya pun mandi membersihkan diri terlebih dahulu.
Tak lama kemudian dirinya selesai dengan mandi nya, secara kebetulan adik-adiknya pun keluar dari kamar nya masing-masing.
"Apa sudah boleh berkemas kak." Ucap Felix.
"Sudah, kalian mandi lah lalu berkemas, lebih cepat lebih baik." Ucap Lea pada adik-adiknya.
Sedangkan Zero masih sedikit menguap, Sasa hanya duduk menyender di dinding kamar nya menunggu giliran mandi.
Para adik-adiknya pun mandi begantian lalu mereka semua mengemas barang-barang mereka yg tidak banyak itu, hanya berupa pakaian dan barang penting lain nya, sedangkan perabot dan segala isinya sedari awal memang sudah ada di kontrakan.
"Bawa seadanya saja dek, kalau pakaian yg sudah tidak layak buang saja," Ucap Lea.
"Iya kak," sahut adik-adiknya.
Setengah jam mereka berkemas akhirnya
Selesai juga, kini pakaian mereka yg berjumlah satu tas besar dan satu koper yg kemarin Lea beli sudah penuh oleh pakaian mereka berempat dan juga barang-barang penting lain nya, koper dan tas itu sudah berada di tepi pintu.
Tak lama dari itu seorang kurir pun tiba di depan rumah Lea.
"Permisi, paket." Ucap mas kurir.
Lea pun berjalan menuju depan rumah dan seorang laki-laki muda datang dengan sebuah kardus kecil di tangan nya .
"Iya mas, cari siapa.?" Ucap Lea .
Sejenak mas paket terpana dengan kecantikan Lea, tapi dirinya buru-buru menormalkan pandangan nya.
"Apa benar ini rumah nya nama-nama yg tercatat di sini.?" Ucap mas kurir memperlihatkan alamat rumah ini dan keterangan nya.
"Ya, saya milea kakak mereka." Ucap Lea.
" Ini ada paket untuk mereka." Ucap mas kurir memberikan satu kardus kecil dan juga satu bungkusan serupa tapi agak tipis.
"Oh ya terimakasih mas, ini buat mas nya beli bensin." Ucap Lea memberikan uang sebesar seratus ribu.
"Terimakasih mbak, kalau begitu saya permisi." Ucap mas paket.
Lea pun hanya mengangguk kan kepala nya dan langsung masuk ke rumah nya sambil membawa paketan tersebut.
"Apa itu kak." Ucap Felix.
"Coba kita buka dulu." Ucap Lea.
Keempat bersaudara itu pun membuka paketan tersebut dan di dalam nya terdapat lembaran kertas yg isinya adalah surat kepindahan adik-adiknya yg kemarin Lea minta walau merogoh uang yg cukup banyak untuk menyogok kepala sekolah Sasa, tapi Lea sungguh puas dengan kinerja nya yg sangat cepat dan nanti nya Sasa bisa di terima di sekolah manapun walaupun tak lama di sekolah itu Sasa sudah lulus, sebab uang bisa merubah segala nya, yg dimana hal yg tak mungkin bisa menjadi mungkin bila uang yg bekerja.
"Baiklah ayo kita pergi, nanti kita sarapan di warung mbah Wati saja, sekalian pamit pada nya." Ucap Lea.
Mereka semua pun pergi dari rumah kontrakan yg sudah lima tahun mereka tempati itu, Lea tak berniat menemui ibu kontrakan, dan Lea hanya membiarkan kunci kontrakan nya tersebut menggantung di pintu, biarlah ibu kontrakan yg mengambilnya, begitu lah pikir Lea.
Ketiga adik-adiknya begitu antusias bahwa sebentar lagi mereka akan bertemu dengan kakek dan nenek mereka di kampung Rawasari, terhitung sudah hampir setahun mereka tak menemui kakek dan nenek mereka itu, rasa rindu pun membuncah di dada mereka.
Beberapa menit berjalan mereka pun tiba di warung makan Mbah Wati dengan suasana yg lumayan ramai karena orang-orang sedang membeli lauk jadi dan juga makanan lain nya untuk sarapan di rumah mereka masing-masing.
Lea pun menyuruh Felix dan zero memesan makanan untuk mereka berempat.
Beberapa saat kemudian makanan mereka pun tiba, tanpa lama-lama Mereka pun memakan nya dengan lahap.
Setelah menyelesaikan acara makan nya, Lea pun membayar makanan tersebut sekalian berpamitan pada Mbah Wati sang pemilik warung makan .
Setelah membayar makanan nya, kebetulan Lea bertemu dengan Mbah Wati yg sedang menggoreng di wajan besar.
"Mbah Wati." Ucap Lea menghampirinya.
"Eh milea, kamu datang untuk sarapan nak.?" Ucap nya.
"Iya Mbah, kami baru saja sarapan, adik-adikku berada di depan sana, mau dong Mbah gorengan nya mumpung masih anget, bungkusin bakwan 10 biji dan pisang goreng 10 biji ya Mbah." Ucap Lea tersenyum pada wanita tua tersebut.
"Tunggu sebentar ya nak, Mbah bungkus kan." Ucap Mbah Wati dengan cekatan mengambil gorengan pesanan Lea.
Walaupun Mbah wati sudah berumur tapi dirinya masih tampak gase dan cekatan dengan umur nya yg sudah 60 tahun itu.
"Ini nak gorengan nya." Ucap Mbah Wati memberikan bungkusan gorengan pada Lea.
Dan Lea pun memberikan uang sebesar 100rb pada Mbah Wati.
"Ini Mbah uang gorengan nya." Ucap Lea menyodorkan uang tersebut.
"Tidak usah nak, simpan lah uang itu untuk mu dan adik-adik mu." Ucap Mbah Wati menolak.
"Jangan begitu Mbah, Mbah juga capek berdagang, sudah cukup kemarin Mbah memberikan kue-kue untuk ku dan adik-adikku, biarkan aku membayar untuk kali ini." Ucap Lea.
"Tapi Mbah ikhlas nak memberikan itu untuk kalian." Ucap Mbah Wati.
"Ambillah Mbah uang nya, jangan di kasi kembalian, anggap saja kembalian nya aku sedekah pada mbah hehehe," ucap Lea tertawa kecil.
"Dasar anak ini hehe." Ucap Mbah Wati tertawa juga.
"Mbah, terimakasih untuk kebaikan Mbah pada kami, aku dan adik-adikku sekalian mau pamit pindah Mbah, kami akan pergi ke kampung Rawasari dimana nenek dan kakek kami tinggal lalu setelah itu kami akan memulai hidup baru di kota besar." Ucap Lea berpamitan.
"Kenapa kalian harus pindah nak, kenapa gak tinggal di desa ini saja." Ucap Mbah Wati.
"Kami juga sudah di usir Mbah sama ibu kontrakan, secara kebetulan kami memang mau pindah ke ibukota." Ucap Lea .
"Baiklah, Mbah doakan semoga hidup kalian lebih baik di kota sana ya nak." Ucap Mbah Wati dengan mata berkaca-kaca.
"Terimakasih doa nya Mbah, kami pamit ya Mbah." Ucap Lea menyalim tangan Mbah Wati .
"Ya hati-hati di jalan nak, jangan pernah lupakan Mbah ya nak, kapan-kapan kalian berkunjung lah kemari kalau ada waktu." Ucap Mbah Wati yg terasa berat melihat kepergian anak-anak baik tersebut, mereka berempat sudah seperti cucu sendiri bagi Mbah Wati.
"Baik Mbah, sampai jumpa." Ucap Lea melambaikan tangan nya pada Mbah Wati.
Lea pun menghampiri adik-adik nya yg sudah menunggu dirinya sedari tadi, lalu mereka pun berjalan menuju halte yg tak jauh dari warung makan Mbah Wati untuk menunggu kedatangan bis yg menuju kampung Rawasari.
Bersambung.