AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
"Mbak, bungkus semua ini untuk istri ku. Pilihkan yang pas dan berkualitas. Yang paling penting bisa terlihat sexy," titah Wira pada karyawan outlet yang khusus menjual pakaian dalam.
Ingin rasanya Mawar menenggelamkan diri dalam lautan dalam mendengar ucapan suaminya. Dua karyawan perempuan tersebut hanya tersenyum-senyum malu.
"Mas, ada baiknya mas menunggu di luar. Biar aku yang memilih sendiri," kata Mawar secara paksa mengusir suaminya keluar.
"Tidak mau!" tolak Wira, "aku hanya ingin yang terbaik untuk istri ku. Jadi, aku akan tetap di sini."
Mawar melengos kesal, baru sekarang gadis ini menemukan seorang laki-laki yang ikut campur permasalahan perempuan sejauh ini.
"Mas, mbak, semuanya sudah kami bungkus," ujar seorang karyawan.
Wira langsung membayarnya, ketika Mawar hendak membawa dua paper bag tersebut, Wira tidak mengizinkannya.
"Nanti, punya kamu yang lama buang aja!" ucap Wira untung saja tidak terdengar orang lain.
"Mas, bisakah kita membahas ini di rumah?" protes Mawar.
Wira tersenyum lalu merangkul pundak istrinya.
"Kalau bahas di rumah, itu beda lagi," bisik Wira lalu mengedipkan sebelah matanya.
"Lapar,....!"
"Sekarang kita cari makan dulu ya....!!"
Baru juga tiga hari menikah, sudah banyak uang yang di keluarkan Wira untuk kebutuhan istrinya. Pria ini senang, namun Mawar yang merasa tidak enak hati.
"Leher kamu kosong, selesai makan kita beli kalung ya!" ajak Wira.
"Gak ah mas, gak usah." tolak Mawar.
"Loh kenapa?" tanya Wira heran.
"Ini belanja pakaian aja udah habis berapa? gak usah, nanti uang mas Wira habis!"
Wira malah tertawa, baru sekarang pria ini menemukan seseorang perempuan yang menolak hendak di belikan perhiasan.
"Mawar ku, ketahuilah sayang. Jika seorang suami tidak pelit pada istrinya, maka rezekinya akan terus mengalir. Jadi, kamu tenang aja. Kamu mau belanja tiap hari pun uang mas gak akan habis kecuali di ambil sang maha kuasa!"
"Gak boleh ngomong gitu ah mas. Di ambil beneran nanti nangis!"
"Semua tergantung doa istri. Jadi, doakan rezeki mas selalu lancar ya...!"
"Iya mas...!" ucap Mawar.
Dua posisi bakmi, pengantin baru ini makan dengan lahapnya. Apa pun yang di makan oleh Mawar, gadis ini akan selalu mengatakan enak.
"Wira,....!" sapa suara yang sangat di kenali Wira, "kamu jalan sama dia? kucel, kamu gak malu apa?" Farah memandang jijik pada Mawar.
Mawar acuh, tidak peduli pada Farah. Gadis ini asyik menikmati makanannya.
"Bisakah kau pergi? jangan ganggu aku dan istri ku...!" usir Wira membuat Fara tercengang.
"Istri....?" Farah mengulangi perkataan Wira, "istri dari jepang? sejak kapan kau menikah? masa iya selera mu di bawah Dania?"
"Lah, kalau jodoh mau gimana lagi mbak?" celoteh Mawar.
"Diam kau!" sentak Farah, "aku tidak bicara pada mu!"
"Pergi kau, jangan membentak istri ku!" sekali lagi Wira mengusir Farah.
"Wira,....kita kenal sudah tujuh tahun tapi kau bersikap seolah tidak mengenali ku. Apa kau sudah di pelet dengan perempuan ini?"
Panas sudah hati Wira, lelaki ini bangkit dari duduknya lalu menyiram Farah dengan segelas es jeruk ke arah Farah.
"Wira, kenapa kau menyiram ku?" Farah marah.
"Mas....!" Mawar ikut terkejut.
"Sekali lagi kau menghina istri ku, akan ku tendang kau! pergi sana....!" Wira mendorong tubuh Farah.
Hilang sudah selera makan Wira, lelaki ini mengambil semua barang belanjaan dan menarik tangan Mawar mengajaknya pergi.
"Wira,...brengsek!" Farah mengumpat kesal.
Wira mengajak Mawar pulang, mulut lelaki ini terus mengomel sepanjang perjalanan pulang.
"Mas, itu kan cewek yang pernah negur mas di restoran waktu itu. Siapa dia sebenarnya?" tanya Mawar penasaran.
"Dia mantan karyawan ku yang tidak waras. Jadi, lawan saja jika dia mengganggu mu!"
"Sepertinya dia menyukai mas. Cantik juga, kenapa mas gak mau sama dia?" Mawar bertanya dengan polosnya.
"Perempuan kalau modal cantik mah banyak. Tapi, apa cantik itu cukup untuk membangun sebuah rumah tangga? cari pasangan itu tidak harus cantik atau ganteng, yang penting bisa membuat kita nyaman dan bahagia!" tutur Wira panjang lebar.
"Eh, iya juga sih!" Mawar membenarkan ucapan suaminya.
Setibanya di rumah, Mawar dan Wira langsung masuk kedalam kamar. Mereka berdua membongkar barang belanjaan.
"Mas, perasaan aku gak ada pilih pakaian seperti ini deh. Kok bisa ada di sini?"
Mawar menenteng lingerie berwarna merah maroon.
"Anu, mas yang beli tadi....!" jawab Wira membuat Mawar kaget.
"Mas gak malu beli ginian?"
"Ngapain malu? buat istri kenapa harus malu?"
Mawar bergeleng kepala, gadis ini langsung memasukan longeri tersebut ke dalam paper bag lalu menyingkirkannya.
"Eh, kenapa di masukan lagi?" tanya Wira.
"Bisa masuk angin kalau memakainya mas. Mawar gak mau ah!"
"Bongkar lagi? itu ada tujuh lembar berbeda model dan warna. Jadi, kau harus memakainya setiap malam!" kata Wira membuat istrinya menelan ludahnya sendiri.
"Mas beli untuk satu minggu?"
"Ya, jadi kau harus mengenakannya setiap malam!"
Jleb,....
Mawar kembali membongkar paper bag tersebut. Gadis ini mengangkat bahunya ketika melihat tujuh lembar lingerie tersebut.
"Mas, aku gak mau pakai ginian!"
"Gak apa-apa sih gak mau. Nanti mas kasih istri tetangga, pasti terlihat sexy!"
"Mas,.....!" seru Mawar kesal.
"Makanya nurut, mulai malam ini kamu harus memakainya!"
"Mas Wira ini benar-benar aneh. Apa sama almarhum mbak Dania seperti ini juga?" batin Mawar mulai penasaran.
Mau tidak mau Mawar mengikuti apa kata suaminya. Gadis ini langsung menyimpan semua barang-barangnya ke dalam lemari. Melihat Mawar yang sangat penurut, Wira tersenyum sendiri.
"Ngerjain Mawar asyik juga. Anaknya penurut!" batin Wira.
Di sore hari yang cerah, Mawar dan Asti yang sudah akrab sedang asyik mengobrol di pinggir kolam renang. Asti senang pada menantunya ini, Mawar gadis yang sopan dan nyambung ketika di ajak ngobrol.
Byur.....
Tiba-tiba Mawar tercebur kedalam kolam renang. Asti sangat terkejut ketika melihat menantunya tercebur.
"Wira, apa-apa kamu hah?"
Asti yang kesal malah menendang pantat anaknya hingga tercebur.
"Mas Wira kenapa sih suka sekali usil...?" Mawar marah.
"Kamu ini lama-lama kurang ajar ya Wira!"
"Mending mamah bantu bibi masak, Wira mau berenang sama Mawar!" lelaki ini malah mengusir mamahnya.
Asti yang emosi mengambil satu biji buah jeruk lalu melemparkannya ke arah Wira.
"Semoga anak kamu kelak gak seperti ini kelakuannya!"
"Mah, mas Wira mah....!"
Bukanya mendengarkan ucapan sang mamah, Wira malah mengerjai Mawar.
"Bukannya semakin dewasa malah seperti anak kecil. Wira,...Wira....!" Asti bergeleng kepala lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan anak dan menantunya.
Dari dalam rumah, Asti masih bisa mendengar suara Mawar yang tidak terima di usili suaminya. Asti sebenarnya merasa sangat bahagia, Mawar bisa mengembalikan tawa Wira seperti dulu lagi.