NovelToon NovelToon
Rhaella : Kuat Dalam Sakit

Rhaella : Kuat Dalam Sakit

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Mafia / CEO
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Rhaella Delyth adalah seorang gadis cantik dengan kepribadian dingin dan ekspresi wajah yang selalu datar. Meskipun berasal dari keluarga terpandang, kehidupan yang ia jalani jauh dari kata bahagia. Kehadirannya di dunia tidak pernah diharapkan, membuatnya tumbuh dengan hati yang keras dan kesulitan untuk mempercayai orang lain.

Sementara itu, Gabriel adalah seorang pemuda tampan dan berkarisma yang lahir di lingkungan keluarga kaya dan berpengaruh. Di balik pesonanya, ia memiliki sifat dingin, tak mudah didekati, serta sisi kejam yang tidak banyak diketahui orang.

Bagaimana kisah pertemuan mereka bermula? Ikuti perjalanan mereka dalam cerita ini, yang penuh dengan intrik dan adegan penuh ketegangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 14

"Astaga gue baru aja selesai mandi otomatis muka lebam gue keliatan tadi" ucapnya menyadari hal itu. Rhaella hanya menghela nafas biarlah mau dia lihat atau tidak Rhaella tidak peduli batinnya berkata.

Kemudian Rhaella melirik makanan yang dibawa oleh Gabriel tadi, dia belum ingin makan dia ingin beristirahat saja, Rhaella pun menyimpan makanan yang di bawa Gabriel ke dalam kulkas nanti akan dia panaskan saja jika ingin di makan.

Sedangkan di posisi Gabriel saat ini masih berada di basement apartemen Rhaella, dia masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri.

"Sebenarnya apa yang terjadi sama lo tadi pagi gue liat dia nggak kenapa-kenapa, cuma emang kakinya aja yang sakit, sekarang gue lihat sendiri mukanya banyak lebam" ucapnya sendiri, kemudian dia pun menelepon bawahan ayahnya.

"Hallo tuan muda"

"Gue mau lo cari tahu yang namanya Rhaella Delyth"

"Baik tuan akan segera saya cari tahu"

"Hmm"

Tut

"Rufus udah coba cari tahu tentang lo tapi mereka nggak dapat apa-apa" ujarnya kembali.

"Sebenarnya lo siapa? apa yang lo sembunyikan? Apa kehidupan lo nggak baik-baik aja?" Tanyanya beruntun kepada diri sendiri.

"Kenapa gue kaya gini, bisa gila gue lama-lama" gumamnya kembali lalu menyugar rambutnya. Gabriel pun menaiki motornya dan pergi meninggalkan apartemen Rhaella.

...

Sudah pukul lima sore dan Rhaella pun sudah bangun dari tidurnya tadi, kakinya nya pun sudah sedikit lebih agak ringan dibandingkan dengan tadi pagi saat di sekolah. Kemudian Rhaella bangun menuju kamar mandi setelah lima menit Rhaella pun keluar.

"Laper banget" gumamnya sambil memegang perutnya dan melangkah menuju dapur, dan mengambil makanan yang di bawakan oleh Gabriel tadi di dalam kulkas.

"Gue panasin aja" gumamnya memegang makanan yang sudah dingin dan setelah memanaskan makanannya dia pun makan Dengan sambil menonton televisi

Ting

Bunyi notifikasi handphonenya, dia pun mengambil dan melihat isi pesan tersebut. Beberapa detik terdiam dia kemudian melanjutkan makannya dengan sambil menonton video yang dikirim oleh seseorang dia hanya menatap datar video itu hingga selesai dia tidak terpengaruh sama sekali dengan video dan isi pesan yang bertuliskan 'hadiah ulang tahun dari gue, sorry yah telat'.

Yang mengirim pesan adalah Daena dan isi pesannya adalah video dimana Rhaella yang sedang di hajar oleh ayahnya.

"Gue coba cek lagi keadaan rumah dulu" ucapnya kemudian mengontak atik handphonenya.

"Nggak ada apa-apa" gumamnya.

"Semoga besok rencana gue lancar" ucapnya dengan penuh harap.

"Doakan Rhaella yah bunda dari sana" harapnya dengan suara parau.

Rhaella hanya bisa berharap dengan dirinya sendiri serta kemampuan yang dia miliki saja, dia memang memiliki beberapa teman, tapi bukan teman yang bisa untuk saling berbagi kasih, teman yang dia punya hanya partnernya saat ikut balapan saja, selain dari itu dia benar-benar sendiri.

Drrtt

Drrtt

"Hmm"

"Lo di mana El?"

"Rumah, kenapa?"

"Gue udah dapet info tentang Rhaella"

"Tunggu gue di markas ntar malem"

"Oke"

Tut

Yah yang menghubungi Gabriel adalah Rufus, Rufus memberi tahu bahwa informasi tentang Rhaella sudah dia dapat, Gabriel pun tidak langsung pergi karena kata bundanya akan ada tamu yang datang jadi Shaera melarang anak-anaknya untuk tidak pergi dulu sebelum makan malam di mulai, jadilah dia akan pergi ke markas setelah makan malam saja.

Sedangkan di ruang keluarga Shaera dan suaminya sedang duduk setelah mendapatkan telepon bahwa kakak dari almarhum sahabatnya akan berkunjung ke sini, yups hubungan mereka memang sedekat itu karena saat mereka masih gadis dulu Shaera sering sekali tinggal di kediaman Prisa dan kakaknya Ashley, jadilah mereka berhubungan baik hingga sekarang meskipun sang sahabat sudah pergi terlebih dahulu.

"Bunda kangen banget sama Idylla, coba aja kalau Idylla masih hidup dan bayinya mungkin sekarang sudah seusia Gabriel ya yah" ucap sedih Shaera mengingat mendiang sang sahabat.

"Kamu yang sabar sayang mungkin itu memang sudah jalannya Idylla, kita bisa mendoakan dia dan bayinya agar tenang di sana" ucap sang suami Warren menenangkan istrinya.

"Iyah yah, kita juga sebenernya udah lama ngga denger kabar suami dari Idylla setelah dia menikah lagi" ujarnya mengingat juga suami dari sahabatnya.

"Maksud kamu Leif?" Tanya Warren

"Iya yah, Leif Blaze dia kan menikah lagi setelah lima bulan Idylla meninggal dan kalau ngga salah istrinya itu punya anak perempuan sekarang mungkin seusia Gabriel juga namanya Daena dia juga sekolah di sekolah kita yah"

"Oh iya ayah tahu ayah hanya sedikit lupa saja dengan marganya tadi" ujar Warren setelah mengingatkannya.

"Tapi aku sampai nggak habis pikir yah, Leif tega menelantarkan jasad Idylla waktu itu, kalau kita ngga segera ke sana waktu itu aku nggak tahu akan gimana jasad Idylla waktu itu, dan bayinya pun kita hanya tahu bayinya sudah meninggal tapi kita tidak pernah melihat jasadnya" kini Shaera sudah menangis mengingat betapa malang nasib sahabatnya.

"Besok kita ke tempat peristirahatan Idylla bareng kak Serena juga mumpung beliau ada di Indonesia sekarang, dia juga pasti akan pergi kesana selagi berada di Indonesia sayang" ujar sang suami yang sudah memeluk istrinya.

Pembicaraan Warren dan Shaera semuanya didengar oleh Gabriel, Karena Gabriel memang ingin menyusul kedua orang tua untuk duduk di ruang keluarga, tapi saat mendengar bundanya sedang bercerita dengan nada sedih membuatnya diam dan hanya mendengarkan saja sampai mereka selesai berbicara, sampai pada akhirnya dia mendengar nama seseorang di sebut oleh bundanya yang seperti Gabriel kenal, dia jadi mengerutkan keningnya. 'Daena? gengnya Mira yang waktu itu labrak Rhaella?' tanya sendiri dengan dirinya.

Tingtong

Lamunan Gabriel pun buyar karena mendengar suara bel tanda ada tamu datang. Orang tua Gabriel pun juga bangun untuk melihat tamu yang datang lebih tepatnya mereka memastikan siapa yang datang. Dan benar saja tamu yang datang adalah tamu yang mereka tunggu yaitu Ashley beserta suaminya.

"Haaaii" sapa Ashley setelah pintu sudah di buka dan tampaklah sepasang suami istri yang sedang menyambutnya.

"Hai mbaa astagaaa udah lama banget kita ngga ketemu mba?" Ucap Shaera yang sudah memeluk Serena dan di balas pelukan juga oleh Ashley.

"Iyah udah lama banget. Terakhir saat anak kedua kamu sunatan kayanya" jawab Ashley yang sudah melepas pelukannya.

Sedangkan para suami sudah saling menyapa ala ala pria pada umumnya.

"Bunda ayah suruh masuk dulu tamunya kenapa ngobrol di pintu" celetuk tiba-tiba Griffin pada mereka para orang tua, sontak mereka semua pun menoleh ke arah sumber suara, mereka malah terkekeh saking melepas rindu malah lupa sedang ngobrol dimana. Sedangkan Griffin sendiri sudah berjalan ke arah taman belakang mansion untuk mengambil sesuatu.

"Eh ya ampun aku sampai lupa mba, ayo mba masuk kita ngobrol di dalam sekalian makan malam" ajaknya pada Ashley dan Ashley hanya terkekeh.

"yah ajak mas Alan masuk juga" dan di angguki oleh Warren dan kemudian mengajak masuk mengikuti para perempuan di depan.

"Yang tadi pasti anak ke tiga kamu ya?" Tebak Ashley pada Shaera.

"Iya yang tadi itu anak ketiga aku namanya Griffin" jawab Shaera

"Iya soalnya waktu itu mba kan ngga bisa ke sini Waktu kamu lahiran yang ketiga soalnya waktu itu sibuk banget, sorry yah"

"Nggak apa-apa mba aku maklumi ko itu"

"Terus anak kamu yang lain mana?"

"Ada di kamar mereka mba, sebentar aku suruh maid buat panggilin mereka" ucap kembali Shaera.

"Bi tolong panggilin Godric sama Gabriel sama Griffin juga yah" ucap Shaera pada maid, saat maid itu datang membawakan mereka minuman.

"Baik nyonya"

...

"Bagaimana dengan keadaan WIN sekarang?" Tanya Lorenz pada Warren.

"Masih cukup aman, tapi sekarang aku sedang tidak memimpin, kemimpinan WIN untuk sementara aku serahkan kepada wakilku" jawab Warren dan di angguki oleh Lorenz.

"Meski begitu dia selalu memberi tahu apa saja yang terjadi pada WIN dan terkadang juga bertanya langkah apa yang harus mereka ambil, bisa di bilang aku sekarang ada di balik layar sebelum aku serahkan kepemimpinan itu kepada anak keduaku" lanjutnya Kembali.

"Lalu bagaimana dengan MOIX? ku dengar waktu itu kalian sempat terjadi sedikit perselisihan dengan NARWIP?" tanya Warren pada Lorenz.

"Yah memang waktu itu sempat terjadi perselisihan bahkan sepertinya mereka masih menyimpan dendam pada MOIX karena secara tidak sengaja telah menggagalkan rencana mereka "

"Apa NARWIP masih menjalankan bisnis itu?"

"Tentu saja" Warren yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya.

NARWIP adalah nama suatu perkumpulan gengter yang tidak terlalu terkenal, mereka terkenal hanya di dunia bawah. Sedangkan WIN dan MOIX adalah suatu perkumpulan mafia yang terkenal baik di masyarakat umum maupun di dunia bawah, WIN dipimpin oleh Warren dan MOIX di pimpin oleh Lorenz.

...

Tok

Tok

Tok

"Den Godric?" Panggil maid tersebut.

Cklek

"Ada apa bi?" Tanya Godric pada maid itu.

"Anu den di bawah tamu nyonya udah datang, bibi di suruh panggilin den Godric, den Gabriel sama den Griffin buat turun ke bawah" jawab maid itu dan diangguki oleh Godric "Iyah makasih bi" ucap Godric dan di angguki oleh maid itu.

"Ya udah den bibi mau ke kamar den Gabriel sama den Griffin"

"Griffin ada di taman belakang bi"

"Iya den, kalau gitu bibi pamit" kemudian maid itu berjalan menuju kamar tuan muda keduanya, sedangkan Godric sudah terlebih dahulu turun.

Tok

Tok

Tok

Cklek

Gabriel membuka pintunya dan hanya berdehem

"Anu den tamunya nyonya udah datang, bibi disuruh panggilin Aden buat turun ke bawah" jawab maid itu sudah tahu akan watak sang tuan muda keduanya ini.

"Iya"

"Kalau gitu bibi pamit den" dan di angguki oleh Gabriel, sekarang tujuan maid itu adalah memanggil tuan muda ketiganya, tapi saat sampai di taman belakang tuan muda ketiganya tidak ada, kemudian maid itu kembali ke ruang tamu untuk memberi tahu bahwa tuan muda ketiganya tidak ada, tapi ternyata tuan mudanya itu sudah ada di sana lebih dulu, jadilah maid itu kembali ke dapur saja membantu maid lain menyiapkan makanan untuk makan malam majikan beserta tamunya.

"Bunda" panggil Godric, dan mereka semua menoleh ke arah Godric yang baru saja bersuara.

"Loh adikmu mana bang?" Tanya bundanya karena hanya melihat Godric yang turun sedangkan Griffin sudah berada di samping ayahnya Warren.

"El disini bunda" jawab Gabriel sendiri yang sedang berjalan menuruni tangga. Mereka yang ada disana pun kembali menoleh ke arah sumber suara. Gabriel tapi melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan kakaknya sedangkan Shaera, Warren dan dua saudaranya sudah meringis kecil. Ashley dan Lorenz hanya terkekeh.

"kalau aku Gabriel Tante, om anak ketiga dan terakhir dari bunda dan ayah" ucap Griffin dengan senyum manis mengembang di bibirnya dan mendapatkan cubitan kecil dari Ashley karena gemas.

"Wah kenapa kalian semua tampan tampan sekali?" Ucap Lorenz karena melihat visual ketiga anak rekannya itu yang tidak main-main.

"Tentu saja mereka itu bibit-bibit unggul ku" ucap frontal Warren dan langsung mendapatkan tabokan di lengannya oleh Shaera. Mereka hanya terkekeh kecuali Gabriel.

"Memangnya mereka tanaman pakai di bilang bibit" mereka semua terkekeh merasa lucu.

"Sepertinya anak keduamu memang cocok dengan WIN " bisik Alano pada Aron.

"Tentu saja" bisiknya juga.

"Ayo kita ke ruang makan, makan malamnya udah sediaiin nanti keburu dingin" ujar Shaera mengajak mereka semua agar menuju ruang makan untuk makan malam. Mereka pun sudah berada di ruang makan dan menikmati makanan dengan tenang dengan sesekali ada sedikit canda gurau dari Godric dan Griffin yang di sambut kekehan kecil oleh mereka kecuali Gabriel. Setelah menyelesaikan makan malamnya mereka kini kembali duduk di ruang tengah untuk sedikit berbincang-bincang sebelum Ashley dan Lorenz pulang ke mansion mereka.

"Mba masih lama di Indonesia? Kalau masih lama sering sering main kesini, nanti gantian biar kami juga yang sesekali ke tempat mba" ucap Shaera membuka obrolan.

"Kayanya kami disini cuma seminggu lebih, iya kan sayang?" Jawab Ashley kemudian bertanya juga kepada suaminya.

"Iya. Tapi kalau kamu masih mau lama disini nggak apa-ара sayang, aku bisa balik dulu sebentar terus kesini lagi" jawab sang suami dan di angguki oleh Ashley.

"Tuh mba udah di izinin, lama-lamain aja di sini"

"Iyah Iyah"

"Oh iya mba besok hari Minggu gimana kalau kita ke makan Idylla buat ziarah" celetuk Shaera

"Mba juga rencananya emang mau ke sana besok, kita bisa pergi sama-sama" jawab Ashley.

"Seandainya anak Idylla dan anak mba masih hidup mungkin sekarang mereka sudah seusia Gabriel" ucap Ashley yang mengingat anaknya dan anak mending adiknya.

"Iya mba mereka memang pasti akan seusia Gabriel sekarang" jawab Shaera juga yang sudah berbicara dengan nada sedihnya. Godric, Gabriel dan Griffin hanya diam, mereka tidak tahu harus berbicara apa untuk bisa menenangkan bundanya karena memang tidak tahu menahu tentang permasalahannya.

"Kalian harus bisa mengikhlaskan semuanya, itu semua memang sudah garis tangan mereka, kita cukup mendoakan mereka" ucap Lorenz memenangkan istrinya begitu pun dengan Warren yang sedang mengelus lembut punggung istrinya.

"Si El lama bener dah" kesel Rufus.

"Marah Lo?" Tanya Hans

"Iyalah kesel gue udah dari sore gue tungguin si tembok berjalan" ucap Rufus dengan wajah kesalnya

"Berani ngga Lo marah di depan El?" Tantang Hans pada Rufus.

"Ayo siapa berani" jawab Rufus

"Siapa takut bego" nimbrung Calix yang melepaskan bungkus Snack pada wajah Rufus

"Ya tentu aja gue nggak berani lah, gue masih butuh tulang-tulang gue ada ditempatnya"

"Ya udah sambil nunggu El gimana kalau kita main tebak-tebakan aja?" Ajak Hans pada mereka minus Merrit, Merrit sudah pulang beberapa menit yang lalu karena mamahnya menyuruhnya untuk pulang.

"Ayo" jawab Calix dan Rufus bersamaan.

"Oke siapa yang ngasih pertanyaan duluan?" Tanya Hans kepada mereka berdua.

"Gue duluan" Calix mengangkat tangannya.

"Ya udah"

"Hewan apa yang bikin cape?" Tanya Calix pada mereka

"Hewan apa yang bikin cape?" Ucap Hans mengulang pertanyaan dari Calix.

"Kuda" jawab Rufus dibalas gelengan oleh ibra

"Harimau atau singa" jawab Hans

"Salah semua, nyerah?"

"Iya udah nyerah apa emang jawabannya" tanya Hans.

"Kebo" jawab Calix

"Kok kebo?" Tanya Rufus.

"Kebogor jalan kaki" jawab Calix dengan tawanya. Dan di angguki oleh mereka.

"Iya yah kebo-gor bener sih" Rufus menganggukkan kepalanya.

"Gue, gue lagi" ucap Rufus.

"Diantara banyaknya benda, benda apa yang selalu jujur?" tanya Rufus.

"Apaan, ngga tahu gue" jawab Calix

"Gue juga nyerah" jawab Hans

"Lampu" jawab Rufus

"Kenapa bisa lampu?" Tanya Hans

"Karena dia terus terang" jawab Rufus dengan tawanya.

"Gimana kalau gue matiin lampunya berarti dia bohong dong' " jawab Calix pada Rufus.

"Iya juga yah" gumam Rufus sendiri dengan menggaruk pelipisnya.

"Oke sekarang giliran gue" Hans bersuara.

"Lo tau ngga kalau batu ginjal bisa di kalahin?" Tanya Hans.

"Bisalah operasi" jawab Rufus

"Salah"

"Kemoterapi" dan di balas gelengan oleh Hans.

"Nyerah?" "Iya nyerah apa emang jawabannya?" Tanya Calix

"Batu ginjal bisa dikalahkin dengan kertas ginjal" jawab Hans dengan tawa.

"Gue juga bisa ngalahin kertas ginjal lo pake gunting ginjal anjing" ucap kesal Rufus yang sudah di hadiahi tawa terbahak-bahak oleh Calix dan juga Hans. Sedangkan Rufus sendiri sudah bangun dan berjalan menuju pintu keluar.

"Mau kemana Lo?" Tanya Hans sudah berhenti tertawa.

"Gue ambil rokok gue dulu di mobil" dan acungi jempol oleh Hans.

Cklek

"Anjing" sentak Rufus yang terkejut karena pintu terbuka tapi ada Gabriel ternyata dia sudah berada di ambang pintu bersiap juga untuk masuk.

"Astaga El lo bisa bikin gue mati muda anjir" ucapnya yang memegang dadanya.

"Mau kemana lo?" Tanya Gabriel tidak menghiraukan ucapan Rufus.

"Gue mau ambil rokok gue dulu bentar di mobil" jawab Rufus dan di angguki oleh Gabriel kemudian Gabriel berjalan masuk dan Rufus pun pergi mengambil rokoknya. Setelah mengambil rokoknya Rufus langsung masuk kembali ke dalam markas.

''jadi gimana?" Tanya Gabriel tanpa basa-basi pada Rufus.

"Gue jelasin dulu baru gue kasih tahu apa yang udah gue dapat" ucap Rufus yang kali ini dalam mode serius, dan begitu pula dengan Hans dan Calix mereka pun melakukan hal yang sama.

"Gue waktu itu pernah ngikutin Rhaella, tapi itu bukan sengaja gue lakuin, gue ngga sengaja ngenalin motor yang sering dibawa sama Rhaella ke sekolah, singkat cerita gue ikutin Kemana Rhaella pergi dan ternyata dia berhenti dan masuk di kediaman orang yang cukup terpandang. Dan Lo tahu siapa itu? Itu adalah kediaman dari Leif Blaze, dan Lo tahu siapa lagi yang gue temui waktu gue buntutin Rhaella, gue liat juga ada si Daena, Yups Daena yang waktu itu ikut-ikutan pengen bully Rhaella tapi malah cidera sendiri. Dan setelah gue cari tahu ternyata Daena itu adalah anak Leif, Lo bisa baca sendiri, tapi sorry kalau untuk Rhaella emang sedikit susah, tapi kita bisa cari tahu tentang Rhaella dari mereka. Gimana menurut lo El ? Karena gue rasa Rhaella ada hubungannya dengan mereka" ucap Rufus menjelaskan panjang lebar kepada Gabriel. Dan Gabriel sekarang sedang membaca sesuatu di biodata Leif dia sedikit terkejut melihat ada nama Idylla. 'kok gue kaya familiar sama nama Idylla' ujarnya dalam hati.

"Gimana El?" Tanya ulang Rufus

"Gue setuju cari tahu tentang Rhaella dari mereka berdua " jawab Gabriel

"Sorry gue belum bisa retas informasi Rhaella, dia kunci data pribadinya dan susah ditembus, dia kaya bukan orang sembarangan" ucap Rufus.

"It's ok gue ngerti, Lo udah berusaha, and thanks sedikit informasi ini bisa jadi jalannya" ucap Gabriel meskipun terdengar datar tapi tetap terlihat berwibawa.

"Tapi El kenapa Lo pengen cari tahu tentang Rhaella? Sikap Lo juga beda banget sama Rhaella? Lo suka sama Rhaella El?" Tanya Hans beruntun karena begitu penasaran sejak lama ingin bertanya tentang hal itu dan ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya.

...

"Hmm" jawab Gabriel menoleh ke arah Hans yang bertanya dia hanya berdehem untuk membenarkan pertanyaan dari sahabatnya. sahabatnya pun terkejut dan ternganga seketika.

"Wait wait gue jadi teringat sesuatu guys" celetuk Calix tiba-tiba dan mereka semua menoleh ke arahnya termasuk Gabriel sendiri yang sedang menghisap rokoknya.

"Apaan?" Tanya Hans pada Calix dengan mengkerutkan keningnya.

"Lo inget waktu kita abis war sama Gio?" Tanya Calix pada mereka Gabriel sendiri hanya diam dengan wajah datarnya dengan tangan memegang rokoknya tidak merespon tapi telinga tajamnya tetap mendengarkan.

"Iya kenapa emangnya?" Kali ini Rufus yang bertanya.

"Lo inget kan waktu itu Merrit pernah bilang kalau kemungkinan El lagi jatuh cinta tapi pada saat itu kan kita lagi bahas queen racing bukan Rhaella kan? Dan lo berdua juga liat gimana pas aura al berubah setelah mendengar ucapan dari Regi yang ngejelekin queen?" Ujar Calix menjelaskan kepada Hans dan Rufus dan mereka hanya mengangguk mengingat pembicaraan mereka tempo lalu, Gabriel sendiri hanya tetap diam dengan wajah pokernya masih tidak berniat merespon.

"Wait wait, jadi El lo itu sebenernya lagi jatuh cinta beneran?" Tanya Hans memastikan pada ketuanya.

"Hmm"

"Sama yang mana si anjir sama Rhaella atau si queen racing?" Tanya Rufus juga.

"Dua-duanya" jawab santai Gabriel dengan mengisap rokok di tangannya.

"WHAATTT!!!" pekik mereka bertiga bersamaan, Calix yang biasanya tidak heboh, mendadak jadi ikut-ikutan heboh dan lebay seperti dua curut itu mendengar jawaban ketuanya.

"Gue emang brengsek El tapi kalau jatuh cinta secara bersamaan gitu gue ngga pernah ya anjir" ucap Hans yang sudah geleng-geleng kepala.

"Wah parah lo El, Lo jangan mainin mereka berdua lah kasian El" celetuk Calix yang sudah ikut geleng-geleng kepala juga.

"Lo mau langsung sekaligus selingkuhin mereka berdua El?" Tanya Rufus dengan antusias.

"Yang mau selingkuhin mereka berdua siapa?" Tanya santai Gabriel tidak terpengaruh dengan kehebohan sahabat-sahabatnya.

"Ya lo tadi barusan bilangnya jatuh cinta sama dua-duanya, Rhaella dan queen" jawab Rufus yang tak habis pikir akan ketuanya ini.

"Mereka berdua sama" jawab datar Gabriel. Mereka saling lirik satu sama lain.

"Maksudnya gimana El?" Tanya Calix.

"Queen racing dan Rhaella mereka satu orang yang sama" jawab Gabriel.

"WHAATTT!!!" Mereka bertiga langsung berdiri karena terkejut.

Untuk ketiga kalinya mereka dibuat terkejut akan tiga jawaban dari ketuanya. Dan yang terakhir adalah yang paling heboh dan membuat mereka benar-benar terkejut, Gabriel sendiri saja sedikit terkejut dengan suara gabungan ketiga sahabatnya itu yang menggelegar di seluruh ruangan. Calix, Hans dan Rufus sudah saling pandang dan kemudian menoleh ke arah Gabriel yang juga sedang menatap mereka dan menaikkan sebelah alisnya.

"Jadi maksud lo queen racing itu Rhaella El? Rhaella itu queen racing yang waktu itu balapan sama lo?" Tanya Hans kepada Gabriel.

"Hmm"

"Jadi yang waktu itu jadi sasaran jatuh karena anggota Gio nargetin Merrit itu juga Rhaella dong?" tanya lagi Rufus dan diangguki oleh Gabriel.

"Lo tahu dari mana El kalau queen itu Rhaella?" Kali ini Calix yang bertanya.

"Dari motornya dan luka yang dia dapat saat jatuh dari arena waktu balapan sama Merrit" jawab Gabriel

"Astagaaa kok gue ngga sadar yah selama ini" celetuk Calix.

"Iya anjir gue juga, pantesan Rhaella kek badas banget ternyata dia queen racing anjir" celetuk Hans juga.

"Benar-benar nggak nyangka gue ternyata Rhaella itu queen racing" jawab Rufus dengan gelengan kepala kemudian di angguki oleh yang lainnya dan Gabriel sendiri hanya terkekeh tipis melihat tingkah sahabatnya.

Drrtt

Drrtt

Drrtt

Bi Jami is calling

Rufus kemudian langsung mengangkat panggilan telepon dari BI jami yang di yakini sepertinya adalah maid di mansionnya.

"Iya Hallo bi ada apa?" Jawab Rufus mengangkat teleponnya.

"Den.. nyonya den.. nyonya mau lahiran bibi lagi di jalan menuju rumah sakit soalnya tadi bibi udah telepon tuan besar dan sekarang juga tuan lagi menuju ke rumah sakit dari Bogor den.." ucap sang maid dengan nada paniknya.

Rufus sendiri tak kalah panik dia langsung di berdiri ketika mendengar maminya mau melahirkan.

"Bibi kirim lokasinya bisa kan, biar Rufus menuju ke sana sekarang" jawab Rufus panik.

"Iya den bibi kirim lokasi rumah sakitnya, bibi tutup ya den" jawab maid tersebut.

"Iya" kemudian sambung telepon pun terputus dan Rufus bergegas ingin pergi.

"Rufus ada apa kok Lo panik gitu?" Tanya Hans "kenapa?" Tanya Gabriel.

"Nyokap gue mau lahiran, gue mau ke rumah sakit dulu nemenin nyokap soalnya bokap gue lagi di jalan dari Bogor pasti makan waktu sedikit lama buat nyampe " jawab Rufus dengan wajah paniknya.

"kita kesana sama-sama" titah Gabriel dan di angguki oleh sahabatnya.

Mereka pun kini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat mamihnya Rufus di bawa oleh maidnya. Setelah sampai di rumah sakit mereka langsung menuju ruang persalinan dan ternyata sudah ada bi Jami di sana yang sedang menunggu nyonyanya.

"BII.." panggil Rufus yang sudah berlari kecil karena panik dan bi Jami pun menoleh ke arah tuan mudanya.

"Aden.."

"Bi gimana keadaan mami? " tanya Anjas

"Nyonya udah di bawa ke dalam ruangan den tapi tadi kata dokter nyonya baik-baik aja cuma lagi nunggu pembukaan selanjutnya biar tuan muda kecil bisa dikeluarkan " jawab bi jami menjelaskan kepada Rufus tuan mudanya karena melihat wajah panik majikannya.

"Syukurlah" akhirnya Rufus bisa bernafas lega mendengar ucapan bi jami, meskipun tidak sepenuhnya lega karena sang mami masih berada di dalam dan calon adiknya yang belum keluar.

"Lo do'ain aja semoga nyokap dan adik Lo baik-baik aja" ucap Hans menenangkan Rufus dengan menepuk pelan pundak Sahabatnya. Mereka pun kini sedang duduk di kursi tunggu dan menanti kabar selanjutnya dari dokter.

Tap

Tap

Tap

"Keadaan nyokap Lo gimana jas" tanya Merrit yang baru saja sampai di rumah sakit setelah mendapatkan kabar dari Gabriel, karena sebelumnya Merrit ingin kembali ke markas dan kemudian menghubungi Gabriel apakah mereka masih di sana atau tidak tapi ternyata Gabriel bilang bahwa mereka sedang menuju rumah sakit karena mami Rufus akan segera melahirkan, Merrit pun langsung berbalik arah tidak jadi ke markas dan menuju rumah sakit.

"Masih di dalem kata dokter baik-baik aja cuma lagi nunggu pembukaan berikutnya aja" jawab Rufus sedikit lebih tenang dari sebelumnya.dan di angguki oleh Merrit dengan menepuk pundak Sahabatnya.

"Rufus??" Suara berat dan panik seseorang mengalihkan perhatian mereka dan melihat ternyata itu adalah ayahnya Rufus.

" Papiii.." jawab Rufus yang langsung bangun dari duduknya dan memeluk ayahnya begitu ayahnya tiba.

"Gimana mami kamu nak?" Tanya Rama ayah Rufus.

"Mami di dalam rua..."

Cklek

"Sus gimana keadaan istri saya?" Tanya Rama dengan panik langsung menghampiri suster itu karena dia sedikit mengintip keadaan istrinya yang sedang kesakitan dari sedikit celah pintu, perawat wanita yang melihat suami dari pasiennya yang begitu khawatir pun tersenyum.

"Istri bapak baik-baik saja, sakit pada saat pembukaan memang seperti itu pak" ucap perawat tersebut menjelaskan dengan tersenyum ramah "mari pak ikut saya masuk, persalinannya sudah mau di mulai bapak bisa mendampingi istri bapak di dalam" lanjut kembali perawat tersebut dan di angguki cepat oleh Rama.

"Anaknya ngga bisa ikut sus?" Tanya Rufus yang melihat ayahnya akan masuk.

"Maaf dalam ruangan tidak bisa banyak orang itu akan mengganggu konsentrasi dokter yang menangani pasien" ucap perawat wanita tersebut.

"Baiklah kalau begitu"

kemudian perawatan itu menyusul masuk Rama yang sudah masuk terlebih dahulu.

Drrtt

Drrtt

"Iya Bun" jawab Gabriel mengangkat panggilan teleponnya yang berdering dan ternyata sang bunda yang menghubunginya.

"Sayang kamu nginep di markas nak?' "

"Nggak Bun, El lagi di rumah sakit sekarang"

"Kamu sakit nak, tadi baik-baik aja kok pas di rumah?" Tanya Shaera dengan nada khawatir.

" Bukan El Bun, maminya Rufus melahirkan makanya El ke rumah sakit "

"Oh Sinta sekarang lagi persalinan?"

" Iya Bun"

"Ya udah besok bunda sama yang lain ke rumah sakit buat jenguk maminya Rufus, kamu kirim lokasi rumah sakitnya yah ke bunda. Kamu juga jangan pulang larut sayang"

"Iya, ya udah El tutup Bun. Assalamualaikum "

"Waalaikum salam "

Satu jam kemudian...

Terdengar suara tangisan bayi yang begitu nyaring di telinga mereka yang sedang menunggu di luar ruangan.

"Guys adek gue udah lahir" celetuk Rufus langsung berdiri dari duduknya dengan tersenyum bahagia. Teman-temanya pun ikut tersenyum bahagia mendengar suara tangisan bayi.

Cklek

"Dok gimana keadaan mami sama adik saya dok? Mereka baik-baik aja kan?" Tanya Rufus kepada dokter wanita tersebut.

"Nyonya Sinta baik-baik saja, sekarang lagi di urus sama suster-suster" jawab dokter itu dengan tersenyum "kalau adik kecil sekarang lagi di adzan kan oleh tuan Rama, kalian sudah bisa melihat adik kecil, kalau begitu saya permisi" lanjut kembali dokter tersebut kemudian berlalu dari sana. Kemudian mereka pun masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Wajahnya gemes banget jas adek lo" ucap Hans melihat wajah bayi merah itu.

"Ngomong-ngomong ini pedang atau goa jas?" Tanya Ibra dengan menoel noel pelan pipi adik Rufus

"Goa dong" jawab sombong Rufus. Sedangkan Merrit dan Gabriel hanya diam melihat bayi merah tersebut. Gabriel tersenyum tipis yang tidak di sadari oleh orang lain, berbeda dengan dengan Merrit meskipun diam dan datar tapi jari tangannya dengan lembut mengelus lembut pipi adik Rufus.

"Udah di kasih nama belum pih" tanya Hans pada Rama ayah Rufus.

"Udah, namanya Alenzi Fletcher" jawab Rama pada sahabat anaknya.

"Hai Alenzi " sapa Ibra dan Juna pada bayi kecil itu Merrit dan Gabriel hanya tersenyum tipis.

1
Nda_Zlnt
lanjut thor
Varia Irene Patola: Siap dehhhh aku lanjut yah ini...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!