NovelToon NovelToon
Penjahat As A Sister

Penjahat As A Sister

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cerai / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyesalan Suami
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Blesssel

Pantas saja dia sudah merasa curiga pada sampul buku itu yang tidak biasa. Alih-alih sekedar buku cerita biasa, ternyata itu adalah buku kehidupan terbuka dari masa depan beberapa orang, termasuk Victoria Hain. Sebuah tokoh dengan nama yang sama dengannya.
Sebuah tokoh yang kini dihidupi oleh jiwanya.

“Astaga, jadi aku adalah kakaknya antagonis?”
Adalah informasi paling dasar dalam cerita ini.

Alih-alih sebagai pemeran utama, Victoria Feyar berakhir menjadi kakak dari antagonis perempuan bernama Victoria Hain, yang akan mati depresi karena sikap dingin suaminya.

“Baiklah, mari kita ceraikan Kakak protagonis pria sebelum terlambat.” Adalah rencana Victoria, demi melindungi dirinya dan adik pemilik tubuh dari dua Kakak beradik pencabut nyawa.

Untungnya ini berhasil, meski bertahun kemudian Victoria dibuat kesal, karena mereka tidak sengaja kembali terlibat dalam situasi utama pada konflik cerita itu dimulai.

“Kakak Ipar, mohon bantu kami....”
-
“Dalam mimpimu.” -- Victoria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blesssel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4

Makan malam berlangsung dengan cara yang berbeda. Tidak ada perbincangan atau manjaan sama sekali dari Victoria, membuat Estella semakin banyak pikiran. Begitu juga di dapur para pelayan masih ketar-ketir dibuat.

Setelah selesai makan tanpa satu katapun dan menjadi orang yang paling terakhir selesai, Victoria menarik sudut bibirnya puas. Tidak menyangka makanan di masa depan jauh lebih enak.

“Apa bisa kita bicara sekarang?”

Victoria mengangguk pada pertanyaan Raphael. Dia tersenyum lembut dengan cara yang aneh, untuk sesaat membunyikan alarm tanda waspada pada diri Raphael. “Apa yang kau lakukan?”

“Raphael aku itu sebenarnya ….”

BRAK.

“Menjauh dariku!”

Sedetik itu Raphael langsung menjauh kala Victoria mendekat padanya. Melihat reaksi Raphael, Victoria sudut bibir Victoria bergetar karena rasa jengkel.

Estella yang melihat itu semua sedikit gemetar memegang sendok kue. Dia mengutuki Victoria yang mengatakan memiliki rencana, tapi rencananya justru tampak lebih tidak berguna.

Tidak ingin sang Kakak membuat masalah di depan Kakak Iparnya, Estella mendelikan mata pada Victoria berharap dia mengerti.

Tapi Victoria yang kesal, mengambil serbet dan menyapu sudut bibirnya. Melihat Estella yang mendelik, dia semakin kesal. “Apa kau menatapku begitu!” marahnya.

Melihat tingkah tidak jelas Victoria, Raphael merasa muak. Dia sudah selangkah hendak meninggalkan kursi, ketika 'BUF' Victoria menendang kursinya, membuat pria itu entah bagaimana kembali terduduk.

Adegan ini tidak hanya disaksikan oleh Estella dan Remi tapi juga beberapa pelayan, membuat Raphael tertegun sampai tidak bisa berkata-kata.

“Kau sendiri yang menyuruhku untuk bicara, tapi sudah mau pergi tanpa mendengarkan? Setidaknya peganglah ucapanmu.”

Masih dengan nafas tersendat, Raphael menatap Victoria tak percaya. “Ka-kamu me-menendang ku?”

“Jangan memfitnah, aku menendang kursimu.” Tolak Victoria dengan ejekan di wajah.

Tidak percaya dengan apa yang dialaminya dan apa yang dikatakan Victoria, Raphael mengepal kuat tangannya di bawah meja. Dia berusaha setenang mungkin meski merasa dipermalukan. Memutuskan untuk mendengarkan apa yang hendak dikatakan wanita itu.

Tapi saat dia duduk diam, Victoria malah berdiri begitu saja. “Ikutlah! Kita bicara berdua.”

Raphael benar-benar tidak mau melakukan yang diminta Victoria, membuatnya merasa seolah dia bodoh. Namun begitu dia tetap mengikuti wanita itu, berpikir akan mencari celah membalas apa yang terjadi.

Estella dan Remi yang ditinggalkan begitu saja, hanya bisa memandang satu sama lain.

“Este, Kakakmu itu kenapa sih?”

“Remi! Jangan ikut-ikutan Kakakku. Aku tidak suka dipanggil begitu.”

“Tapi kenapa? Bagiku itu terdengar lucu, aku senang memanggilmu seperti itu.”

BLUSH.

Rona merah di pipi Estella tak bisa ditahan lagi. Dia mungkin membenci dipanggil seperti itu, tapi jika Remi mengatakan hal seperti ini, maka dia tidak bisa untuk tidak salah tingkah.

“Ah, kau ini menyebalkan!”

Dengan kaki menyentak-nyentak Estella meninggalkan ruang makan untuk menyembunyikan rasa malu. Dibelakangnya Remi menyusul sambil membujuk.

Sementara para pelayan yang melihat kepergian dua orang majikan mereka, menyadari pelajaran paling penting, bawa selamanya Nyonya tetaplah Nyonya. Tapi begitu, rumor wanita jahat semakin menguat dalam kediaman itu.

Duduk di gazebo pinggir kolam, Raphael sama sekali tidak mau menatap Victoria. Pandangannya terlentang jauh ke depan. Jujur saja, setelah ditendang tadi ada nyeri di belakang lututnya.

“Katakan dengan cepat, dan jangan katakan omong kosong.”

Mendengar nada acuh dan angkuh dari pria di depannya, Victoria mencaci di dalam hati. Dia menarik nafas panjang dan berdoa entah kepada siapa, agar rencananya berhasil.

“Aku ingin bercerai.” Langsung Victoria to the point.

Sontak saja hal ini langsung membuat Raphael menatapnya. Dia terdiam menatap Victoria, yang juga menatap balik dirinya tanpa keraguan.

Dia masih merasa bahwa saat ini Victoria sedang mempermainkannya. Mencoba mencari celah, Raphael langsung setuju. “Ya, baiklah.”

BRENGSEK!! caci Victoria dalam hatinya. Walaupun nampak tenang di permukaan, Victoria cukup panik di hati. Bagaimanapun juga dia tidak ingin bercerai tanpa mendapatkan apapun.

Mereka terdiam untuk beberapa waktu dan jatuh dalam pemikirannya masing-masing.

Victoria mengingat kembali analisa karakter yang dia lakukan terhadap Raphael dari buku itu. Seharusnya, pria itu tidak setuju dengan mudah, tapi kenapa? kenapa? kenapa?

Victoria sangat histeris di dalam hati. Tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk tetap berpegang pada hasil analisanya, dan memilih berjudi dalam hidup.

“Baiklah. Kita sudah sepakat.” Setelah mengatakan hal itu, Victoria tersenyum dan berdiri untuk pergi. Setiap langkahnya terasa ditusuk ribuan jarum, berharap agar Raphael menahannya.

Panggil aku. Panggil aku. Panggil aku. Harapnya.

Tidak tahu bahwa Raphael di belakangnya juga menunggu hal yang sama. Dia berpikir Victoria bermain tarik ulur dengannya, jadi masih menunggu wanita itu berbalik.

Hingga akhirnya langkah kaki Victoria mencapai dalam rumah, membuatnya menggigit bibirnya keras merutuki diri sendiri.

“Kakak ipar, Kakak kenapa?”

Melihat sang Pemeran Utama pria, Victoria memaksakan diri memberikan senyum terbaik. Dia tiba-tiba merasa melihat secercah harapan.

Victoria mengambil langkah mendekati Remi.

“Tidak, Kakak baik-baik saja.”

Remi yang ditatap Victoria merasa tidak nyaman. Meski baru delapan belas tahun, tapi tubuhnya memiliki tinggi diatas rata-rata. Jadi jika dia menatap balik Victoria, maka pandangannya akan meluas pada seluruh tubuh sang Kakak Ipar, yang saat ini memakai dress belahan dada rendah.

Raphael yang tidak jauh dari sana melihat kecanggungan itu. Jadi saat Victoria hendak membuka mulutnya, dia kalah cepat dengan Raphael.

“Victoria.”

“Eh?”

“Kemarilah kita akan bicara.” Setelah mengatakan itu, Raphael berbalik ke gazebo.

Merasa seperti tertolong di detik-detik terakhir, Victoria menjadi senang tak terkendali. Dia menangkupkan kedua tangannya pada pipi Remi. “Kau dengar itu, Kakakmu yang arogan mengajakku berbicara hihiii … kau benar-benar magnet keberuntungan Remi! Kakak Ipar sayang padamu.”

Setelah mengatakan hal itu dengan mata berbinar-binar, Victoria meninggalkan Remi begitu saja. Sekarang Remi merasa Kakak iparnya semakin menakutkan saja. Apalagi dilihatnya perubahan sikap Victoria yang cepat, yang tadinya sempat kesenangan dipanggil, tapi saat akan pergi menemui Kakaknya, wajah sang Kakak ipar menjadi dingin.

Benar saja, Victoria masih tidak mengatakan apapun sesampainya disana. Membuat Raphael membuka mulut dengan canggung.

“Kenapa? kenapa tiba-tiba ingin bercerai?”

Victoria menatap kolam menghayati perasaan pura-puranya, sebelum berujar lirih. “Karena hubungan ini tidak berhasil.”

“Siapa yang tidak tahu bagaimana hubungan kita dimulai? Katakanlah ini terlalu terlambat dan mungkin tidak pantas, tapi aku benar-benar minta maaf atas apa yang kulakukan padamu dua tahun yang lalu. Maaf telah menjebakmu dalam pernikahan ini.”

Setidaknya itulah informasi yang Victoria ketahui.

Raphael terpaku, sejujurnya ini adalah topik yang paling dia benci dan membicarakan ini dengan orang yang dia benci juga, menambah kekesalan Raphael. Sehingga dia sendiri bingung, harus merespon apa pada permintaan maaf Victoria.

“Yakin itu alasanmu?”

“Mm. Aku tidak ingin bersalah terlalu lama dan terus merusak hidupmu dan hidupku. Aku ingin pergi jauh membawa Estella, memulai kehidupan kami dan menjadi contoh.”

Wow, ... aku tidak tahu aku bisa bermain peran sebagus ini. Puji Victoria dihatinya.

Tapi mendengar ini Raphael terkekeh. “Memangnya apa yang kau rusak dalam hidupmu heh?” Bagi Raphael, dia adalah satu-satunya korban.

Victoria menatap Raphael dan tersenyum pahit. “Kau benar. Tidak ada yang berarti, hanya sebuah perubahan kecil. Karena depresi tidak hanya membuat orang tidak bisa makan, tapi juga sebaliknya.”

Alis Raphael mengernyit. Butuh beberapa waktu baginya untuk memahami perkataan Victoria, hingga akhirnya dia menatap wanita itu tanpa sadar. Menatap wanita itu yang memang semakin berisi badannya, padahal dulu wanita itu cukup langsung. Menebak artinya, bahwa dia depresi dan melampiaskannya pada makanan.

Mata Raphael terus menilai, hingga pandangan matanya, kembali jatuh pada dada Victoria yang entah kenapa terlihat indah saat berisi.

“Jangan menatap seperti itu. Itu gunung dengan jurang yang dalam.”

Raphael mengangkat wajahnya dengan syok, ketika tahu dia terekspos.

“A-aaku, a-aku ….”

“Bukan masalah. Setidaknya kita masih suami istri sekarang, jadi kau bisa melihatnya. Tapi jangan lakukan itu nanti.” Kata Victoria dengan kekehan, sukses membuat merah telinga Raphael.

Tidak ingin membuat malu sang sumber keuangan, Victoria mengalihkan. “Jadi bagaimana, kita sudah sepakat bukan? Tapi kalau bisa, tolong kau minta pengacaramu mengurusnya. Sejujurnya aku sedang tidak punya uang sekarang.”

Mendengar ini Raphael mengangguk, seolah dia menemukan bahan penawaran, tanpa tahu dia yang sedang menggigit umpan.

“Mari bercerai tapi tidak sekarang. Kamu tahu sendiri kondisi Kakek, dia berencana membuat perayaan ulang tahun jadi mari tunggu sampai perayaan itu selesai.”

Victoria memasang wajah ragu-ragu. “Aku tidak yakin, karena aku harus segera mencari pekerjaan—”

“Jangan khawatir soal itu. Setelah bercerai akan ada tunjangan. Lagipula memalukan bagi seorang Hain jika tidak memberikan dana perceraian.”

“Tidak, jangan—”

“Ini bukan tawaran. Jika memang merasa bersalah maka tebus lah dengan ini. Senangkan hati Kakek sampai hari perceraian.”

Seusai mengatakan itu, Raphael berlalu pergi. Tidak ingin ada perubahan atau bantahan terhadap yang dikatakannya.

Dia tidak tahu saja di belakang Victoria menggigit bibir kuat, karena mencoba menahan diri agar tidak berteriak saking senangnya.

1
Widiaaaa
cuma 1 bab aja thor/Doubt/
Blesssel: satu untuk hari minggu kak 😅
total 1 replies
Blesssel
Walaupun nggak komen, jangan lupa di like, di vote di hadiah ayo apa kek terserah! biar penulis tahu ada yang nunggu update
D'nindya Idsyalona
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!