Lily merupakan anak kedua dari tiga bersaudara di rumahnya. Kehidupannya berjalan lancar sebelum adiknya dilahirkan. Namun, setelah kehadiran adiknya, Lily terasa menjadi orang asing di rumahnya sendiri. Semakin lama, Lily semakin merasa dirinya tak terlihat seperti makhluk gaib yang berkeliaran.
Diam-diam Lily merencanakan untuk kabur dari rumahnya. Ia memutuskan mengasingkan diri pergi negeri orang tanpa ada yang tahu rencananya bahkan sahabatnya sendiri.
Bagaimana kelanjutannya? Apakah Lily akan menemukan rumah lain di sana? Ataukah ia akan kembali pulang? mari kita simak lanjutan ceritanya >>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MellaMar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berduka
Lily dibawa untuk melakukan proses penyelidikan oleh polisi tanpa menunjukkan diri pada wartawan. Terlihat diujung sana, lampu flash terus berkedip menandakan Zack juga datang untuk memberi keterangan ulang.
Setelah selesai, Lily langsung diarahkan masuk mobil keluarga Park dibantu oleh supir pribadi keluarga. Didalam mobil, sudah ada Ju-Anh yang terridur karena lelah menunggunya selesai.
"Lily, kita akan menunggu sampai penyelidikan berakhir dan pelaku tertangkap". Ujar nyonya Park.
"Mulai sekarang, kamu dan Ju-Anh akan tinggal dirumah kami". Lanjutnya.
Lily hanya mengangguk pelan. "Semua perlengkapan kamu dan Ju-Anh telah saya siapkan". Ucap nyonya Park.
"Terimakasih, nyonya besar". Ucap Lily lirih.
Nyonya Park menggenggam kedua tangan Lily. "Lily, bisakah kamu panggil saya mama?". Ucapnya.
Lily mengangkat kedua alisnya. "memangnya kenapa Nyonya besar?".
"Aku tidak lagi memiliki anak yang lain selain mendiang ibu Ju-Anh". Ucapnya dengan nafas berat. "Aku kesepian, aku sangat merindukan anakku. Jika kamu bersedia, aku tidak akan mengambilmu dari orang tuamu. Hanya saja, aku butuh melampiaskan rasa rinduku".
Tanpa berfikir panjang Lily langsung mengiyakan permintaan nyonya Park. Lily mengingat bahwa, ia sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu yang jarang ia dapatkan kerika dirumah.
"Saya tidak keberatan,nyonya besar". Jawab Lily. "Tetapi, yang pasti saya dan anak Anda akan sangat jauh berbeda".
"Kamu tidak perlu mengubah dirimu menjadi siapapun. Akan cukup untukku jika kamu menjadi ibu Ju-Anh. Menggantikan anakku yang tidak bisa memberi peran ibu pada Ju-Anh". Jelasnya.
Lily berfikir sejenak. "Aku memberikan peran ibu, dan aku mendapatkannya juga". Lily tersenyum indah.
...
Keesokan harinya, Lily belum bisa beraktivitas dengan maksimal. Ju-Anh yang super aktif, terkadang selalu tak sengaja menyenggol lukanya membuat Lily meringis kesakitan.
"Lily!". Panggil Tuan Park.
"Iya, Tuan besar".
"pa..pa..". Ralat Lily saat melihat tatapan tajam dari Tuan Park.
"Lihat ini!!". Tuan Park menunjukkan ponselnya. "Pelaku penyerangan yang menimpa kamu telah berhasil dibekuk oleh polisi".
"Benarkah?". Lily antusias. "Apa motif penyerangan itu,pa?". Tanya Lily penasaran.
"Menurut hasil pemeriksaan kejiwaan dan mental, para penyidik menyatakan bahwa pelaku mengalami gangguan mental. Bahkan sebelumnya, dia selalu menyerang warga sekitar". Jelas Tuan Park.
Lily memangut faham. "Lalu, bagaimana dengan Zack?". Lirih Lily berhati-hati.
Tuan Park tersenyum. "Nanti, Zack akan datang kesini". Ujarnya.
"Bagaimana bisa?". Tanya Lily dengan wajah polosnya.
"Bagaimana tidak!". Ucap Tuan Park. "Zack itu, anak dari teman papa. Jadi, kamu bisa menemuinya disini".
Lily terkejut sekaligus bahagia mendengarnya. Karena sekarang, dari rumah keluarga Park sangat jauh untuk datang ke kafe tempat biasa Lily nongkrong. "Lily akan menghubungi Zack". Ucap Lily.
Setelah Ju-Anh tertidur siang, Lily meraih ponselnya mencoba untuk menghubungi Zack. Namun tanpa disangka, Lily menerima banyak pesan dari Yu-Seok dan keluarganya dikampung halaman.
Lily memandang pesan-pesan dari Yu-Seok dan keluarganya dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa Yu-Seok ia tidak bisa kembali ke rumah Yu-Seok karena larangan Keluarga Park dan keluarga Lim.
Lily mengambil napas dalam-dalam dan memutuskan untuk menghubungi Zack. Ia ingin memberitahu Zack tentang apa yang terjadi dan meminta bantuannya.
Setelah beberapa kali mencoba, Lily akhirnya berhasil menghubungi Zack. "Zack, aku butuh bantuanmu,".
Zack segera menjawab. "Apa yang terjadi, Lily? Kamu dirumah paman Park? Aku akan kesana nanti malam," kata Zack
Lily menjelaskan situasi yang terjadi dan meminta Zack untuk datang ke rumah keluarga Park. Zack setuju dan berjanji akan datang secepatnya.
Malam pun tiba, di rumah keluarga Park, Tuan Park memandang Lily dengan mata yang penuh perhatian. "Lily, Zack datang mencarimu".
"Iya pa. Aku akan menemuinya". Ucap Lily lalu menemui Zack yang sudah menunggu diruang tamu, kemudian mengajaknya ke taman halaman rumah.
Lily sulit untuk memulai pembicaraan, ia hanya terdiam. "Lily". Sapa Zack menyadari Lily melamun.
"Ah,Ya!". Lily terkesiap.
"Jangan sungkan, aku tidak akan menceritakannya pada siapapun". Ucap Zack.
Lily menghela nafasnya berat. "Zack, ayahku...". Ucap Lily gugup. "Ayahku meninggal".
Zack membulatkan kedua matanya. "Benarkah?".
Lily mengangguk. "Pda malam itu, saat terjadi penyerangan. Keluargaku mencoba menghubungiku namun aku tak bisa menerima panggilan dari mereka". Lirih Lily.
"Aku baru tahu tadi siang tepat sebelum menghubungimu". Sambung Lily dengan suara berat menahan tangis.
Zack menatap iba pada Lily. "Menangislah, Lily". Ucap Zack
Lily menatap Zack bingung, lalu menggeleng pelan. "Aku tahu kamu tidak baik-baik saja. Menangislah kalau kamu membutuhkannya".
Tanpa terasa, bulir air mata berhasil terjun dengn bebas dari pelupuk mata Lily. Lily mencoba menghapusnya dengan cepat, tapi terlalu banyak air mata yang jarang ia keluarkan, sehingga terus mengalir dengan deras.
Mulutnya tak sanggup lagi menata kata, matanya memburam tertutup air mata. Dadanya sesak, terasa nyeri. Rasa sakit ditinggalkan lebih menyakitkan dari lukanya yang ia rasakan.
Zack menepuk pelan bahu Lily. Tangisannya tak kunjung berhenti bahkan setelah Zack mengajaknya bicara. Lily tidak merespon ucapan Zack. Ia terus menangis meratapi nasib dan takdirnya sebagai manusia.
Hingga akhirnya, Lily tak sadarkan diri. Zack berlari sambil memangku Lily masuk kedalam rumah. "Lily kenapa,Zack". Tuan Park khawatir.
Zack menceritakan semuanya pada Tuan dan nyonya Park. Tak berselang lama, Liky kembali sadar. Ia menatap bingung pada semua orang, kenapa dan ada apa yang terjadi.
"Lily, mama turut berduka cita". Ucap Nyonya Park sambil memeluk Lily erat. "Kenapa kamu tidak menceritakannya pada kami?".
Lily terdiam sejenak. Air matanya kembali terjatuh tanpa diminta. "Kami semua ada disini untukmu". Ucap Nyonya Park.
"Jika kamu ingin menemui keluargamu, kami akan membantumu". Ujar Tuan Park.
Lily menggeleng "Aku tidak akan mampu". Ucapannya terhenti. "Aku membutuhkan waktu lebih banyak untuk bisa menemui mereka, dan menerima kenyataan bahwa ayahku tidak bisa lagi aku lihat didunia ini".
Tuan Park mendekat ke arah Lily. "Aku ayahmu. Papamu. Aku akan menyayangimu meskipun tidak akan sama seperti ayahmu, tapi aku akan berusaha,Lily". Ucapnya lembut.
Lily memandang Tuan Park dengan mata yang penuh kesedihan. Ia tidak bisa mempercayai apa yang terjadi. Tuan Park, yang merupakan mertua Yu-Seok, sekarang menjadi ayahnya sendiri.
Tuan Park memeluk Lily erat. "Aku akan selalu ada untukmu, Lily. Aku akan menyayangimu dan melindungi kamu,".
Nyonya Park juga memeluk Lily. "Kami semua ada di sini untukmu, Lily. Kami akan membantu kamu melewati masa sulit ini," kata Nyonya Park
Lily tidak bisa menahan tangisannya. Ia merasa bahwa ia telah kehilangan ayahnya, tapi sekarang ia memiliki ayah baru yang akan menyayanginya. Bahkan kasih sayang dari seorang ibu yang sebelumnya jarang ia terima dari ibunya sendiri.
Sementara itu, di luar rumah, Yu-Seok sedang menunggu Lily. Ia ingin tahu apa yang terjadi dan bagaimana caranya untuk masuk kerumah mertuanya itu.
"Aku harus kesini lagi". Keluh Yu-Seok. "Tapi kali ini rasanya berbeda. Aku benar-benar menyukainya". Gumam Yu-Seok
Yu-Seok memandang rumah keluarga Park dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa Lily sedang di dalam rumah, tapi ia juga tahu bahwa ia harus berhati-hati karena Zack masih ada didalam sana.
Yu-Seok mengambil napas dalam-dalam dan memutuskan untuk masuk ke rumah. Ia ingin tahu apa yang terjadi dan bagaimana caranya untuk mendapatkan kembali hati Lily.
Sementara itu, di dalam rumah, Lily sedang berbicara dengan Tuan Park tentang ayahnya. Ia masih belum bisa mempercayai apa yang terjadi dan masih merasa kesedihan.
Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dan Yu-Seok masuk. "Lily," panggil Yu-Seok
"Yu-Seok, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Tuan Park dengan suara yang tegas.
Yu-Seok memandang Lily. "Aku datang untuk berbicara denganmu, Lily" kata Yu-Seok
"Tidak". Cegah Tuan Park. "Pergi dari rumah ini!". Usirnya.
"Beraninya kamu menginjakkan kaki dirumah kami?". Timpal Nyonya Park. "Pergi!". Usirnya.
Yu-Seok memandang Tuan dan Nyonya Park dengan mata yang penuh kesedihan. Ia tahu bahwa ia tidak bisa melawan keputusan mereka, tapi ia juga tahu bahwa ia harus berbicara dengan Lily.
"Aku tidak akan pergi," kata Yu-Seok dengan suara yang tegas. "Aku harus berbicara dengan Lily."
Tuan Park memandang Yu-Seok dengan mata yang penuh kemarahan. "Kamu tidak memiliki hak untuk berbicara dengan Lily di rumah kami,".
"Kamu harus menghormati keputusan kami," kata Nyonya Park menimpali dengan amarah yang sama.
Lily memandang Yu-Seok dengan mata yang penuh kesedihan. "Taun Yu-Seok, aku tidak bisa berbicara denganmu sekarang,".
Yu-Seok memandang Lily. "Aku tidak akan pergi," kata Yu-Seok dengan suara yang tegas.
Zack menarik paksa Yu-Seok keluar dari rumah keluarga Park. Yu-Seok meronta dan berusaha melawan, tapi Zack terlalu kuat.
"Apa yang kamu lakukan, Zack?" tanya Yu-Seok dengan suara yang marah. "Aku tidak ingin pergi!"
"Kamu tidak memiliki hak untuk berada di sini," kata Zack . "Kamu harus menghormati keputusan keluarga Park."
Yu-Seok terus meronta dan berusaha melawan, tapi Zack akhirnya berhasil mengeluarkan Yu-Seok dari rumah.
Setelah mereka keluar dari rumah, Zack melepaskan Yu-Seok. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Zack
Yu-Seok memandang Zack dengan mata yang penuh kemarahan. "Aku datang untuk berbicara dengan Lily," kata Yu-Seok
Zack menatap tajam Yu-Seok. "Bukankah kamu sudah mendengarnya? Kalau Lily tidak ingin berbicara denganmu," kata Zack
"Aku harus berbicara dengannya". Ucap Yu-Seok hendak kembali masuk.
Zack dengan cepat menarik baju bagian belakang Yu-Seok, dan "Bugh!". Zack memukul Yu-Seok.
kisah cerita nya bagus banget,dan jalan ceritanya juga bagus.tapi penyusunan peristiwa nya tidak terlalu jelas🙏
tapi saya suka kok🥰
buat Yu Seok belum ya😁
karna saya TKW sama dgn Lily..
innsyaa Allah lama2 kita akan menjalin ikatan emosional dan jalinan kasih dgn Sang anak.
saya mampir nih..
cerita TKW.sama Lily saya pun TKW.