Memiliki latar belakang yang tidak megah membuat Angrek tidak terlalu banyak berharap pada hubungan asmara. Tapi sesuai namanya Angrek, pesonanya memukau banyak orang yang memandangnya. Mungkin bagi setiap wanita mendambakan pesona tang Angrek miliki.
Wajah cantik , putih, tinggi semampai dan menonjol di tempat yang tepat tentu impian setiap wanita, dan itu ada pada diri Angrek. Angrek tentu saja sangat mensyukuri kelebihan yang Allah berikan padanya. Tapi siapa sangka wanita cantik itu bernasip malang.
Tepat di hari pernikahannya dengan salah seorang anak pengusaha terpandang di negerinya. Anggrek harus menerima pahitnya sebuah cinta. Bahkan pada saat bahtera rumah tangga itu baru di mulai, pelaminan yang seharusnya menjadi saksi akan kebahagiaan mempelai malah harus menyaksikan kisah pilu seorang Anggrek.
Penasaran? Yuk ikuti kisah perjalanan Anggrek dengan judul cerita Luka di Pelaminan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlumur Dosa
Setelah selesai berbincang, Nyonya Besar berdiri dari duduknya untuk melihat kondisi calon mantu.
Pada saat Nyonya besar sedang menggenggam tangan indah Anggrek, jemari itu perlahan bergerak.
"Arjuna, Papah sepertinya Anggrek akan segera sadarkan diri!" teriak Nyonya Besar.
"Jemarinya bergerak!" kata
Sontak saja kedua pria beda usia itu mendatangi sang Ratu rumah.
Perlahan mata yang memiliki bulu mata lebat itu mengerjab, sedang Nyonya Besar sudah menghubungi Dokter keluarga yang menangani Anggrek yang memang sengaja di suruh menginap di sebelah kamar Anggrek agar bisa memantau kondisi pasien.
Mata indah itu perlahan membuka kelopak matanya menyesuaikan diri dengan pencahayaan ruangan. Setelah membuka mata yang di lihat oleh Anggrek adalah 4 orang asing. Satunya seorang Dokter karena tengah memeriksa kondisinya dan menggunakan stetoskop.
"Bagaimana prasaannya sekarang Nona?" tanya pria tampan yang menjabat sebagai Dokter keluarga dan juga sahabat dekat Arjuna.
"Apa Anda merasa pusing?" tanya Andra setelah memeriksa kondisi mulai dari denyut jantung dan juga darah yang di bantu oleh seorang perawat.
"Ya sedikit Dokter," kalimat pertama keluar dari mulut indah milik Anggrek.
"Kondisi munsudah jauh membaik dari kemaren, hanya perlu istirahat saja. Tante, calon mantu tante Insyaallah baik-baik saja. Untuk saat ini biarkan infus ini habis terlebih dahulu, sambil di usahakan makan-makanan yang lembut dan banyak mengandung air," kata Andra sebelum dokter muda itu berpamitan pergi keluar kamar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Melihat Anggrek yang tidak ada histeris ataupun bertingkah layaknya para gadis yang mengalami trauma membuat para anggota keluarga Wicaksana itu bertanya-tanya. Hingga sebuah pertanyaan Anggrek lontarkan.
"Ibu dan Bapak siapa?" tanya Anggrek heran.
Hingga sebuah memori mengerikan muncul di kepalanya. Bayangan di ceraikan saat beberapa jam setelah pernikahan, berlangsung dengan terusir dari rumah dalam keadaan hujan dan berakhir di sebuah hotel untuk menenangkan diri sejenak.
Tapi bukan ketenangan yang di dapatkan oleh Anggrek tetapi kemalangan kembali menimpanya seolah memang dia sedang panen. Hingga bayangan kelam yang menimpanya membuat Anggrek bergetar karena tangisnya.
Melihat Anggrek yang seperti mengingat kejadian kelam yang di lakukan olehnya, Arjuna berinisiatif mendekat dan menggenggam tangan Anggrek, akan tetapi tangan itu langsung di tepis kasar oleh Anggrek.
"Jangan sentuh Saya!" teriak Anggrek seraya melepaskan tangannya.
"Anggrek, saya tahu apa yang saya lakukan teramat keji dan juga sangat tudak pantas untuk di sebutkan kembali. Tapi izinkan saya bertanggung jawab, saya akan menikahi kamu..."
Perkataan Arjuna langsung di potong oleh Anggrek.
"Saya tidak ingin menikahi pria yang suka mabuk-mabukkan, Anda dan keluarga Anda tunggu saja saya akan mengadukan hal ini pada pihak yang berwajib!" kata Anggrek seraya dengan air mata yang tidak henti-hentinya keluar dari mata indahnya.
"Nak, kami tahu duka mu. Kami juga tahu ini ngak mudah tapi tidak bisakah kita berdamai dan kamu menjadi menantu Ibu?" tanya Nyonya besar pada Anggrek seraya memegang tangan wanita muda yang tengah menangis ini.
"Jika kamu tidak suka pada pria mabuk-mabukkan mungkin kamu bisa membuang dan menghindarinya jauh-jauh tapi bagaimana wanita tua ini, Nak?"
Anggrek hanya diam, hatinya terlalu pilu untuk menjawab di tambah lagi gagalnya pernikahan serta cercaan oranh-orang terkasihnya masih basah di ingatannya.
"Bagaimana Ibu bisa membuang anak dan menghindarinya, tolong izinkan putra Ibu bertanggung jawab atas perbuatannya. Ibu tahu apa yang menimpa pernikahan dan yang terjadi di antara kalian berdua bukan hal yang mudah..." Nyonya besar menghentikan ucapannya. Saat Nyonya besar ingin bersimpuh buru-buru Anggrek memegang bahu wanita paruh baya itu.
Arjuna yang melihat itu semua hanya mampu melengahkan wajahnya, sungguh lagi-lagi dia hanya mampu melemparkan lumpur pada wajah kedua orang tuanya.
"Nyonya jangan begini..."
"Mamah, panggil Mamah." Nyonya besar mengusap bahu Anggrek yang masih tergugu dalam tangisannya.
"Maaf, Nyonya aku tidak bisa menyetujui pernikahan ini. Aku tidak mampu menjalani sebuah pernikahan tanpa rasa di dalamnya Nyonya, jika memang mengetahui tentang pernikahanku Nyonya pasti tahu persis bagaimana aku di ceraikan oleh mantan suami ku..."
"Syuuut, Sayang! Mamah tahu semua yang terjadi, itu hanya salah faham dan fitnah. Bodohnya suami dan pihak keluarga suami kamu bisa di bohongi oleh sandiwara oiciaan orang di belakang kejadian mengerikan ini. Jadi Mamah mohon, terima permintaan Mamah untuk menikah dengan putra semata wayang Mamah. Jika kamu penjarakan Arjuna, maka semua harapan dan impian Mamah pada anak satu-satunya Mamah akan hilang Nak! Tolong jangan menolak..."
Perkataan Nyonya besar yang di lakukan dengan berlinang air mata mampu membuat hati seorang Anggrek luluh tapi masih tidak pada pernikahan.
"Baiklah Nyonya, saya tidak akan menuntut anak Nyonya. Tapi saya tetap tidak ingin menikah dengannya," keputusan final dari Anggrek akan keadaan yang tengah berlangsung.
Saat Papah ingin angkat bicara, Arjuna lebih dulu meminta waktu untuk bicara berdu'a dengan Anggrek. Mamah dan Papah memilih duduk menunggu di ruang tamu. Ruang tamu yang hanya berbatas sekat tentu Mamah dan Papah Arjuna akan mampu mendengar percakapan dua sejoli itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Aku tahu kamu mungkin masih trauma akan pernikahan kamu sebelumnya. Tapi satu hal yang kamu harus tahu, ngak semua laki-laki itu sama. Jadi tolong jangan di pukul rata," kata Arjuna memecah keheningan. Sedangkan Anggrek masih enggan menolehkkan tatapannya pada Arjuna.
"Aku memang buka pria baik-baik dan jauh dari kata sholeh. Tapi kejadian yang terjadi di antara kita berdua adalah yang pertama bagiku. Hal itu juga terjadi karena pengkhianatan yang di lakukan oleh tunangan ku. Percaya atau tidak itu adalah pilihan mu, tapi bagaimana jika kegiatan kita malam ini menuai hasil? Bagaimana nasih anak yang hadir karena kesalahan dan juga tidak memiliki orang tua lengkap, apa kau pernah memikirkan itu?" tanya Arjuna menatap dalam Anggrek yang saat ini tengah menatapmya dengan mata yangnkembali mengalir deras air mata karenanya.
"Itu tidak akan terjadi!" kata Anggrek tegas.
"Siapa yang bisa menjamin? Takdir Tuhan kita tidak ada yang tahu? Apakah kamu menyangka akan di ceraikan setelah beberapa jam menikah? Apa kamu menyangka akan di renggut paksa harga dirimu dan kesucianmu di malam yang seharusnya malam pengantin untuk mu?" tanya Arjuna.
Anggrek terdiam, bayangan kejadian demi kejadian yang di alaminya kembali bernyanyi bagai kaset rusak di kepalanya.
"Jadi aku mohon terima pinangan ku dan keluarga ku. Aku tidak bisa menjanjikan apapun pada mu, apalagi pernikahan manis seperti gula dan madu aku sungguh tidak mampu. Tapi aku akan berusaha sekuat tenaga ku untuk belajar menerima kamu dan juga takdir kita sebagai suami dan istri nantinya. Aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang bisa di andalkan untuk Kamu dan Anak kita nantinya. Aku tahu kamu ngak percaya pada pernikahan tanpa rencana, kqrenabyang di rencanakan sedemikian matangpun berakhir menyakitkan, tapi kamu percaya takdir bukan? Ayo kita berjuang bersama untuk menuju Jannah-Nya," kata Arjuna.
Arjuna tahu perkataan itu tidak pantas dia utarakan. Tapi jika Arjuna tidak mampu datang sebagai ahli ibadah, apakah dia tidak boleh mendatangi Tuhannya dalam keadaan berlumur dosa? Bukankah Allah itu Maha Pengampun bagi hambanya yang ingin bertaubat?