NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Mihrab Pesantren

Takdir Cinta Mihrab Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Malam

Ahmad Al Fatih Pranadipa adalah siswa SMA yang dikenal sebagai pembuat onar. Kenakalannya tak hanya meresahkan sekolah, tetapi juga keluarganya. Hingga akhirnya, kesabaran orang tuanya habis—Fatih dikirim ke pesantren untuk dididik langsung oleh seorang kyai dengan harapan ia berubah.

Namun, Fatih tetap menjadi dirinya yang dulu—bandel, pemberontak, dan tak peduli aturan. Di balik tembok pesantren, ia kembali membuat keonaran, menolak setiap aturan yang mengikatnya. Tapi hidup selalu punya cara untuk mengubah seseorang. Perlahan, tanpa ia sadari, langkahnya mulai berbeda. Ada ketenangan yang menyusup dalam hatinya, ada cahaya yang mulai membimbing jalannya.

Dan di saat ia mulai menemukan jati dirinya yang baru, hadir seorang wanita yang membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah ia duga—getaran yang mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Saat ini Fatih adalah santri senior. Belum cukup setahun dia berada di pondok, tapi ilmunya tak kalah jauh dengan santri lainnya, bahkan hafalannya melejit hingga saat ini dia sudah menghafal Al-Qur'an 25 juz, sisa 5 juz lagi. Bahkan nama Fatih semakin terkenal di kalangan warga pondok pesantren.

Saat ini semua santri bersiap untuk sarapan, Balqis, Nesya dan Andine beserta tiga orang santriwati lainnya bertugas untuk melayani semua warga untuk memberikan lauk pada wadah makanan mereka. Memakai apron dan hat cook membuat penampilan mereka seperti seorang chef.

Beberapa santri mulai mengantri dengan rapi untuk mengambil makanan.

"Assalamualaikum ukhti cantik..." sapa beberapa santri saat berhadapan dengan Nesya, sedangkan wanita itu hanya membalasnya dengan senyuman malu. Berbeda dengan Balqis, wanita itu seperti biasa selalu menunjukkan sikap acuhnya sehingga tak ada satu santri pun yang ingin menggodanya.

"Kak Fatih, kak Fatih, kak Fatih." bisik Andine dengan senang membuat Nesya dan Andine memperbaiki penampilan mereka.

"Assalamualaikum kak.. " sapa Andine pada Fatih, wanita itu mulai memberi nasi di wadah seniornya.

"Wa'alaikumussalam." jawab Fatih. "Enggak perlu kebanyakan." kata Fatih kembali saat melihat seonggok nasinya hampir menyerupai sebuah gunung. Mendengar hal itu Balqis dan beberapa yang mengantri ikut melihat. Ada yang menunjukkan wajah sinis ada pula yang menunjukkan wajah cuek. Lumrah melihat Fatih di perlakukan layaknya seorang raja.

Fatih beralih pada Nesya, untuk mengambil daging dan wanita itu memberinya dua potongan danging yang berukuran besar.

"Selamat makan Kak Fatih." ucap Nesya mulai melebarkan sayap godaannya. Balqis melirik ekspresi wajah Fatih yang terlihat senang. Kini Nesya beralih pada santri yang berada di belakang Fatih, memberinya dua ootong daging yang berukuran kecil.

"Bukankah ini terlalu kecil? Beri aku satu lagi!" ucap santri tersebut dengan nada marah.

"Maaf, tidak boleh seperti itu. Satu orang mendapat dia potong." jawab Nesya dengan ramah.

"Kamu harus bersikap adil!"

Andine tak tahan melihat santri yang protes tersebut, "Dia adil memberimu, dia potong untuk setiap orang." bela Andine pada sahabatnya.

"Bagaimana bisa adil, dia memberiku potongan yang sangat kecil."

"Akhi ini seperti pengemis yah" ledek Andine membuat santri itu meradang.

"Aku seperti pengemis tapi menuntut hakku. Tidak seperti kalian, memberi lebih pada seseorang karena melihat tampangnya. Sikap kalian tidak bisa di sebut sebagai seorang santri." kata santri tersebut. Karena perdebatan, antrian menjadi sangat panjang.

"Afwan, silahkan akhi maju!" ucap Balqis pada Fatih yang sejak tadi memperhatikan perdebatan mereka. Fatih kemudian maju di hadapan calon istrinya tersebut. Matanya tertuju pada jari manis Balqis, jari lentik itu masih terselip sebuah cincin pengikat mereka. Sedangkan ketika Fatih menyodorkan wadah makanannya ketika Balqis ingin memberi sayuran, mata Balqis melihat pada jari Fatih yang kosong. Kemudian wanita bermata kebiruan tersebut menatap calon suaminya dengan tanda tanya.

"Aku menyimpannya karena tadi berwudhu." kalimat itu membuat semuanya menoleh pada arah Balqis. Sejak tadi Fatih hanya membalas sapaan, tapi saat ini bahkan Balqis tidak menyapa Fatih. Lalu pada siapa kalimat manis itu di tujukan.

"Aku ingin mengembalikan buku yang pernah ukhti pinjamkan pada saya."

"Buku?" Balqis kembali bertanya karena dia tak mengingat kejadian itu.

"Buku dari Ummu Salamah. Nanti aku bawakan." kata Fatih kembali, Nesya dan Andine bahkan tak melayani santriwati di depan mereka karena fokus menyaksikan percakapan hangat antara Fatih dan Balqis.

Tiba saatnya seorang santri yang di beri potongan danging berukuran kecil itu di hadapan Balqis. Balqis tersenyum ramah, sangat berbeda saat melayani Fatih yang berekspresi datar.

"Selamat menikmati." ucap Balqis. Santri itu melihat sayuran yang bercampur tempe dan tahu memenuhi wadah makanannya.

"Terima kasih."

"Kenapa memberinya sangat banyak?" gantian Fatih yang protes melihat sayurannya yang sangat sedikit.

"Karena dia memiliki potongan daging yang tidak semestinya, jadi aku memberi sayuran yang banyak. Sedangkan Akhi, potong di wadah anda yang berukuran besar itu tampak seperti empat potong. Wajar jika saya memberi sayuran yang sedikit untuk menutupinya."

"Maa syaa Allah. Ukhti Balqis sangat adil, seperti namanya yang sangat indah." ujar santri tersebut membuat Andine memutar bola matanya karena muak melihat sikap sok suci teman sekamarnya itu.

"Bukan salahku dan bukan mauku memperoleh potongan besar ini." rutuk Fatih kembali.

"Silahkan kak Fatih makan." pinta Balqis dengan lembut membuat Fatih seakan tersihir dengan ucapan itu, seperti saat berada di rumah Ilham ketika Fatih ingin bertanggung jawab pada wanita yang sudah menjadi calon istrinya tersebut. Sebenarnya Balqis juga ingin memberi sayuran yang pantas untuk Fatih, tapi melihat saat pria itu menatap senang Nesya, niat Balqis menjadi pudar. Belum lagi saat melihat tak ada cincin di jarinya. Padahal cincin itu bukan emas dan tidak berukuran sempit sehingga bisa di gunakan saat berwudhu.

Sesi sarapan di lakukan dengan tenang karena ada Ustadz Yusuf yang ikut makan. Seorang pengajar yang berusia masih sangat muda dan terlihat dewasa, berumur 27 tahun.

Satu jam setelah sarapan tak ada kegiatan yang di lakukan karena hari ini adalah tanggal merah otomatis tidak ada kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren saat ini.

Sesuai yang di katakan Fatih tadi bahwa dia ingin mengembalikan buku yang pernah di pinjamkan padanya, Balqis duduk di tengah-tengah koridor menunggu kedatangan Fatih. Sengaja dia memilih tempat itu untuk menjauhkan mereka dari fitnah. Tempat yang selalu di lalui santri dan santriwati, tempat terbuka yang bisa di lihat dari jarak jauh juga.

Fatih berjalan dengan menenteng buku. Alis Balqis mengernyit heran ketika melihat buku tersebut. Itu bukan buku yang pernah dia berikan pada Fatih.

"Bukan buku ini." kata Balqis ketika melihat langkah Fatih semakin dekat.

"Aku tahu, aku sudah mengambalikan buku itu pada Ummu Salamah."

"Lalu kenapa kamu harus berbohong?"

Fatih menyodorkan buku itu pada tunangannya. "Ambil dan buka." dua kata permintaan itu mengundang tanya di benak Balqis, dengan ragu dia mengambil buku itu dan mulai membukanya.

"Kenapa bisa?" tanya Balqis ketika melihat blackcard terselip di antara kertas-kertas yang ada pada buku tebal itu.

"Itu kartuku, kamu tanggung jawabku sekarang. Jadi gunakan kartu itu."

"Tapi kita belum menikah, papa juga sudah minta maaf padaku. Dia tak jadi mengambil kartunya."

"Gunakan itu untuk menyumbang dan gunakan kartu ayahmu untuk biaya sekolahmu. Aku sudah berjanji padamu. Jadi jangan menolak dan satu lagi." Balqis menatap wajah Fatih dengan manik birunya.

"Berhenti mencari perhatian dari santri, kamu wanita yang sudah di jodohkan. Ingat Itu!"

Balqis tertawa sinis, "aku tidak melupakan hal itu, bahkan ketika teman-temanku menanyakan cincin yang mengait di jariku, aku pasti menjawab dengan lantang bahwa aku sudah punya tunangan dan akan menikah ketika kuliah. Tapi kak Fatih beda. Mana cincin yang harus melingkar di jari kakak? Kenapa harus di lepas? Kenapa harus tersenyum pada Nesya? Apa saat ini kakak masih berharap pada dia?"

"Aku tidak berharap. Aku takut cincin itu jatuh dan hilang!"

"Kak Fatih lebih takut menjawab pertanyaan orang. Jangan salahkan wudhu yang bisa mensucikan orang dari hadast. Salahkan pikiran anda yang tidak bisa berkata jujur saat ada yang bertanya. Karena aku melihat cincin itu sudah tidak ada saat aku sampai di pondok ini." balas Balqis membuat Fatih semakin gugup karena niat tersembunyinya di ketahui oleh tunangannya.

1
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya
Aldebarand 98
Lumayan
Ayu
Masya Allah, nangis aku bacanya disini . kenapa taubatnya Fatih harus dibayar dengan mahal /Sob/
Ayu
sampai di bab 15 saya tidak bosan meneruskan baca novel ini , Semangat berkarya pokoknya /Rose/
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
Evanscape
Cerita yang sangat bagus, jangan sampai dilewatkan. menarik banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!