NovelToon NovelToon
Senja Di Langit Biru

Senja Di Langit Biru

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Romansa Fantasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:266
Nilai: 5
Nama Author: siwriterrajin

Dua orang remaja yang bertemu di bangku SMA, pertemanan menyatukan keduanya kemudian naik level menjadi jatuh cinta.

Banyak rintangan yang harus di lewati untuk mencapai kata BERSAMA, hingga salah satu dari mereka dipaksa untuk pergi.

Apakah perjuangan cinta mereka akan berakhir indah layaknya senja dan langit biru? Mau menjadi saksi perjuangan cinta mereka?

Baca disini‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 4: Hujan dan Payung

Hari ini Denika keluar dari kamarnya dengan kondisi mood yang sangat bagus karena kenangan manis dengan Aika kemarin.

Setelah turun dari kamarnya yang berada di lantai 2, mood Denika tiba-tiba anjlok drastis.

Denika dan kedua orang tuanya memang tidak terlalu dekat, Kedua orang tuanya sering over protektif kepada Denika dengan alasan bahwa Denika adalah satu-satunya pewaris mereka, kekhawatiran yang berlebih tersebut membuat diri Aditya serasa dikurung dalam sangkar, meski sering muak dengan sikap kedua orang tuanya Aditya tetap menghormati mereka.

"Denika kemarin kamu sepulang sekolah kemana?!." Kata Sintia selaku ibu Denika.

"Aku kan udah telfon supir ma, aku ada di panti asuhan." Jawab Denika.

"Iya mama tau, kenapa kamu disana, kamu kan bisa nunggu di cafe kenapa harus pant asuhan?." Kata Siska tampak marah.

"Teman sekelas aku ada yang disana." Jawab Denika singkat.

"Mama nggak mau ya kamu dekat-dekat dengan anak panti asuhan, keluarga kita nggak boleh dekat dengan dengan anak-anak yang nggak punya orang tua!." Kata Siska dengan nada marahnya.

Denika menyeringai mendengar perkataan ibunya.

Denika sendiri heran melihat perlakukan ibunya yang sangat berbeda saat berada panti asuhan, membranding dirinya menyayangi anak-anak yatim piatu hanya untuk pemilu sungguh miris bukan?

Denika yang lelah berdebat dengan ibunya langsung keluar dari rumah, dan masuk ke mobil yang telah di siapkan supir.

Denika merasa akan memulai hari ini dengan suasana hati yang amat buruk. Ketika di mobil, Pak Sapto supir dari Denika meminta maaf pada Denika.

"Den maafkan pak Sapto ya, maaf sekali pak Sapto terpaksa melapor ke ibu."

"Pak Sapto di perintahkan ibu untuk selalu mengawasi den Denika." Kata pak Sapto tampak merasa bersalah.

"Iya Pak, Denika paham kok, Pak Sapto santai aja." Kata Denika sambil tersenyum ke arah Pak Sapto.

Pak Sapto merupakan supir yang selalu mendampingi Denika sedari kecil sampai sekarang, Pak Sapto sudah dipercayai oleh Siska untuk mengawasi Denika.

Denika sama sekali tidak marah pada Pak Sapto, dikarenakan yang dilakukan Pak Sapto itu terpaksa, sering sekali Pak Sapto di ancam akan dipecat oleh Siska karena tidak mau melaporkan kegiatan Denika.

Tapi ketika Denika mengetahui itu, Denika malah menyuruh Pak Sapto untuk melaporkan saja kegiatannya, Denika siap menanggung resiko yaitu omelan ibunya, daripada melihat Pak Sapto yang seorang tulang punggung keluarga di pecat dari pekerjaannya.

...----------------...

Singkat cerita Denika telah sampai di depan gerbang sekolah, dirinya turun sambil membawa tas di salah satu bahunya.

Pesona seorang Denika tak perlu di ragukan lagi, apalagi sikap sopannya pada orang tua, berasal dari keluarga kaya tak membuat Denika bersikap sombong, bagi Aditya semua orang sama saja tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.

"Terima kasih Pak Sapto, semangat!!." Kata Denika pada Pak Sapto sebelum keluar dari mobil.

"Baik Den." Kata Pak Sapto sambil menganggukkan kepalanya.

Suasana hati Denika yang sebelumnya murung, tiba-tiba berubah menjadi cerah ketika mata Denika bertemu dengan senyum hangat itu, dia merasa seperti mendapatkan oksigen baru. Kesedihan menghilang, digantikan oleh perasaan ringan dan bahagia.

"Pagi Denika." Sapa Cika.

"Pagi juga." Kata Denika sambil menatap Aika di samping Cika.

"Ayo masuk." Kata Cika sambil menarik tangan Denika dan Aika.

Aika, Denika dan Cika naik ke lantai 2 dimana kelas mereka berada.

Bel pagi ini suda berbunyi menandakan pelajaran akan segera di mulai.

Untuk kelas 11 IPA 1, pelajaran pertama hari ini adalah Kimia pelajaran yang mayoritas di benci oleh anak SMA pada umumnya.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa Pak Tarno selalu guru Fisika kelas 11.

"Pagi pak." Jawab murid-murid kompak.

"Wihh nggak bawa laptop tuh, kayaknya bakal jamkos haha." celetuk salah satu siswa karena melihat Pak Tarno hanya membawa sebuah buku cetak.

"Karena hari ini bapak ada rapa,,,." Belum menyelesaikan kalimatnya, tiba tiba ada yang menggebrak meja.

"Yess rapat boyyy." Kata Ciko sambil berselebrasi.

"Cikoo kamu duduk dulu!." Kata Pak Tarno tampak kesal dengan sikap Ciko.

Seluruh kelas tertawa melihat tingkah Ciko yang begitu mengocok perut.

"Jadi Bapak hari ini ada rapat untuk koordinasi UTS kalian, Bapak akan berikan tugas kelompok."

"Kelompok akan terdiri dari 3 orang kalian bebas menentukan kelompok sendiri materinya adalah Termodinamika, cari materi yang bersangkutan dengan topik tersebut saya harap Minggu depan semua kelompok sudah siap dengan tugas ini, kumpulkan dalam bentuk tulisan tangan, setiap kelompok cukup satu orang yang mengumpulkan." Sambung Pak Tarno.

"Untuk UTS mohon untuk di persiapkan, karena harinya sudah dekat, khusus untuk Denika si murid baru, minta materi ke teman karena kamu baru masuk kemarin, saya harap kamu bisa cepat menyesuaikan diri." Jelas Pak Tarno.

"Baik Pak." Kata Denika.

"Kalau begitu bapak permisi." Kata Pak Tarno sambil seraya mengambil buku cetak yang dibawanya tadi.

"Denika gimana, Lo udah dapat kelompok?." Kata Cika dengan Aika di sampingnya.

"Belum." Kata Denika.

"Sama kita aja ya nggak Ka." Kata Cika pada Aika.

"Iya sama kita aja, kita baru berdua kalau tambah Lo jadi pas gimana?." Kata Aika.

"Emang boleh?." Kata Denika ragu.

"Bolehh aman tenang aja." Kata Aika dengan senyumannya.

"yess makasih tuhan." Batin Denika.

"Oke kalau gitu sepulang sekolah langsung ke perpustakaan kota gimana?." Kata Aika pada Cika an Denika.

"Oke boleh." Kata Denika cepat tanggap.

"Harus hari ini ya ka, maless ah, lagian deadline nya 1 Minggu." Kata Cika tampak murung.

"Cikaa." Kata Aika sambil melirik sinis Cika.

"Hehe iyaa." Kata Cika diiringi tawa.

"Tapi gue nggak bisa langsung ke sana ya, gue balik dulu ke panti, kalian ke sana aja dulu, gue janji nanti gue pasti nyusul." Kata Cika dan dibalas anggukan oleh Aika.

"Makasih Cika, bye." Batin Denika kegirangan.

Akhirnya bel pulang berbunyi kelas sudah tampak sepi dan tertinggal 3 anak yang berniat hendak mengerjakan tugas.

"Denika, Aika aku duluan ya, nanti aku nyusul." Kata Cika pada Aika sambil melambaikan tangan.

"Iya hati-hati Cika." Kata Aika yang masih sibuk membereskan bukunya.

Setelah selesai Aika bergegas bangkit dari duduknya.

"Denika ayo!." Kata Aika.

"Kita berdua?." Kata Denika dengan pipi yang memerah.

"Kamu flu? pipi kamu merah." Kata Aika.

"Engga." Kata Denika sambil memegang pipinya.

"Nanti Cika nyusul, kita berdua aja dulu, kamu gapapa kan berdua sama ku?." Kata Aika memastikan.

"Gapapa banget". Batin Denika.

"Iya gapapa." Kata Denika.

Keduanya mulai turun dan menuju ke arah gerbang untuk keluar dari sekolah.

Cuaca tampak tak mendukung, langit tampak gelap gulita.

"Sepertinya aku hujan Den." Kata Aika sambil memandang ke arah langit.

"Iya gelap banget." Kata Denika.

Tidak lama kemudian hujan deras turun, Denika dan Aika tampak mundur beberapa langkah untuk menghindari hujan.

"Hujan beneran, Kita gimana?." Kata Aika tampak bingung.

"Tenang gue bawa payung." Kata Denika sambil mengeluarkan sebuah payung transparan dari dalam tasnya.

"Sepatu kamu gimana?." Kata Denika.

"Kita lepas aja." Kata Aika dan dibalas anggukan oleh Denika.

Sepatu Denika dan Aika di titipkan di pos satpam dan tanpa di rencanakan ternyata pak satpam mempunyai sandal yang bisa di pinjam oleh Denika dan Aika.

"Hahah kita couple." Kata Aika menertawakan sandal mereka yang berbentuk Minion.

Denika yang melihat senyuman hangat Aika ikut terbawa suasana.

"Bapak terima kasih sandalnya, kita pinjam dulu ya, nitip sepatu juga Permisi pak." Kata Aika pada satpam.

"Okee hati-hati ya." Kata Satpam tersebut.

Aika dan Denika berjalan bersama di bawah hujan, dengan payung yang dipegang Denika melindungi mereka dari guyuran air hujan. Mereka saling bertukar tawa yang riang, berpadu dengan rintik hujan yang mempesona. Kemiringan payungnya menunjukkan rasa cintanya yang tulus, memilih untuk melindungi Aika daripada dirinya sendiri.

...Kita bisa melihat ukuran cinta pada saat hujan, bahkan saat kau berbagi payung ukuran cintamu terlihat melalui kemiringan payung, cinta jatuh dengan hujan seperti itu....

...-18 again-...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!