'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'
***
Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...
--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Honeymoon Time
Kaesang dan Tyas pergi dari toko jajanan setelah puas berkeliling dan memilih-milih aneka camilan. Mereka membeli beberapa makanan untuk oleh-oleh keluarga di rumah.
"Yang, habis ini kita ke mana?" tanya Tyas, matanya berbinar-binar saat mereka menyusuri lorong mall, melihat toko-toko yang berjejer di kanan kiri.
Kaesang menoleh ke Tyas, tersenyum manis. "Kamu maunya kemana Dear? Aku ikut kamu," katanya.
Tyas mengerutkan keningnya, tak mengerti. "Kok ikut aku, bukannya kamu yang punya wishlistnya?" tanyanya.
Kaesang terkekeh, mengalihkan pandangannya. "Iya, tapi habis ini di list kita itu mau nonton di bioskop. Emang kamu mau? Atau ngerasa capek? Kalo capek kita pulang aja ke villa," katanya.
Seulas senyum menghiasi bibir Tyas, kedua tangannya semakin erat mengapit lengan Kaesang. "Nonton aja Yang, aku bosen kalo di villa Mulu. Ehm, kita main di time zone dulu yuk!" serunya semangat, menoleh ke Kaesang.
Kaesang pun menoleh. "Oke, apapun yang kamu mau Dear," sahutnya.
Keduanya lalu melangkah melewati kerumunan, menaiki tangga eskalator lagi menuju tempat di mana time zone berada di mall itu.
Tidak lama mereka tiba di area time zone. Di sana banyak orang sedang bermain dan bersenda gurau. Tyas menatap ke sekelilingnya dengan penuh senyum, lalu ia dan Kaesang masuk.
"Yang! Kita main yang ini yuk!" seru Tyas, menunjuk ke mesin game balap mobil yang terlihat menarik. Kaesang tersenyum, "Oke, tapi kita harus beli kartu powercard-nya dulu ya."
Tyas mengangguk semangat, "Ayo, cepetan! Aku udah nggak sabar!" Keduanya pun bergegas menuju konter penjualan kartu. Tak lama kemudian, mereka kembali ke area game dengan kartu powercard di tangan. Tyas langsung bersemangat, "Ayo, Yang! Kita main balapan!" serunya, tak sabar untuk merasakan sensasi balapan mobil di mesin game.
"Ayo siapa takut!" balas Kaesang bersemangat.
Tyas dan Kaesang langsung menuju mesin game balap mobil. Tyas memilih mobil berwarna merah menyala, sementara Kaesang memilih mobil biru yang terlihat sporty. Keduanya pun duduk di kursi yang disediakan, tangan mereka siap untuk mengendalikan setir dan pedal gas.
"Siap-siap, Yang! Aku akan mengalahkanmu!" seru Tyas, matanya berbinar-binar. "Soal game kayak gini aku sering main di hape."
Kaesang terkekeh, "Kita lihat saja siapa yang akan menang, Dear."
Lampu di mesin game berkedip, menandakan bahwa permainan akan segera dimulai. Suara mesin mobil yang bergemuruh memenuhi ruangan, menambah keseruan suasana.
Tyas dan Kaesang, dengan konsentrasi penuh, mulai mengendalikan mobil mereka. Tyas, dengan semangatnya, langsung tancap gas, berusaha untuk mendahului Kaesang. Namun Kaesang, dengan pengalamannya dalam bermain game balap, bahkan pernah mengikuti balapan sungguhan dengan tenang mengendalikan mobilnya, mengikuti setiap gerakan Tyas.
Permainan berlangsung dengan seru dan menegangkan. Tyas dan Kaesang saling bergantian memimpin, saling mengejar, dan saling mendahului. Tyas, yang awalnya semangat, mulai merasa lelah, tangannya mulai gemetar.
Namun, ia tetap berusaha keras untuk memenangkan permainan. Kaesang, yang melihat Tyas mulai kelelahan, tersenyum dan berkata, "Tenang aja, Dear, kita main santai aja."
Akhirnya, setelah beberapa putaran, permainan pun berakhir. Tyas dan Kaesang sama-sama tersenyum, meskipun Tyas sedikit kecewa karena kalah. "Seru ya, Yang!" seru Tyas, "Kita main lagi yuk!"
Kaesang mengangguk, "Oke, Dear, kita main lagi. Tapi, kita harus ganti game dulu ya, biar nggak bosan." Keduanya pun beranjak dari mesin game balap mobil, mencari permainan lain yang menarik di area time zone.
Mereka melewati berbagai macam mesin game, mulai dari game menembak, game menari, game menangkap boneka, dan masih banyak lagi. Tyas dan Kaesang, dengan penuh semangat, mencoba berbagai macam permainan. Mereka tertawa, berteriak, dan bersenang-senang bersama.
Waktu terasa berlalu begitu cepat, sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa langit sudah mulai gelap. "Yang, udah malem nih, kita pergi yuk," ajak Tyas, "Eh, tapi katamu tadi kita habis ini bakal nonton bioskop ya?" tanyanya.
"Iya, Dear, kita bakal nonton bioskop. Tapi, sebelum itu, aku pengen ngajak kamu makan malam dulu. Gimana kalau kita makan makanan khas New Zealand? Kayak lamb shank atau fish and chips?" kata Kaesang, matanya berbinar-binar.
"Sebelumnya aku udah cari tau restoran paling rame di sini dan makannya enak-enak. Kita bisa kesana," lanjutnya.
Tyas mengerutkan keningnya, "Hmm, lamb shank? Aku belum pernah coba Yang. Tapi, kayaknya enak." Matanya berbinar-binar, "Yaudah, ayo kita makan malam dulu. Tapi, jangan lupa ya, habis ini kita bakal nonton bioskop!"
Kaesang tersenyum lebar, "Tenang aja, Dear, aku nggak akan lupa. Kita makan dulu, habis itu langsung ke bioskop. Gimana, deal?"
Tyas mengangguk semangat, "Deal Ayo, Yang, aku udah mulai lapar nih." Keduanya pun melangkah keluar dari area time zone, menuju restoran yang dimaksud Kaesang.
Mereka berjalan melewati lorong mall, melewati berbagai toko dan kios yang menjual berbagai macam barang. Tyas sesekali menunjuk barang-barang yang menarik perhatiannya, sambil bercerita tentang keinginannya dulu untuk membeli barang-barang tersebut.
Kaesang mendengarkan dengan sabar, sesekali memberikan komentar atau bercanda. Ia bahkan juga berkeinginan untuk langsung membelikan Tyas barang-barang itu, tapi Tyas menolak.
Akhirnya, mereka sampai di restoran yang dimaksud Kaesang. Restoran itu terlihat ramai, dengan aroma makanan yang menggugah selera. Mereka pun masuk ke dalam restoran, dan memesan meja untuk berdua.
"Yang, aku mau pesan yang ini ya, Hangi," kata Tyas, menunjuk ke menu. "Aku pernah baca web katanya makanan ini enak."
Kaesang mengangguk, "Oke, Dear. Aku juga mau pesan yang sama. Kita cobain bareng-bareng." Keduanya pun menunggu pesanan mereka sambil berbincang-bincang.
Tidak lama kemudian, pesanan mereka pun datang. Hangi, makanan khas New Zealand yang berupa daging dan sayuran yang dimasak dalam oven tanah liat, terlihat sangat menggugah selera. Tyas dan Kaesang pun langsung mencicipi makanan mereka.
"Enak banget, Yang" seru Tyas, "Aku suka banget sama rasanya."
Kaesang tersenyum, "Aku juga suka. Rasanya unik dan lezat." Keduanya pun menikmati makan malam mereka sambil sesekali mengobrol.
Setelah selesai makan malam, Kaesang dan Tyas pun bergegas menuju bioskop. Mereka menaiki mobil yang sudah menunggu mereka di depan mall, dan melaju menuju bioskop yang terletak di luar mall.
"Yang, aku denger ada film bagus dan baru rilis ya? Film itu di tayangin di seluruh bioskop mancanegara kan? Aku mau coba nonton itu," kata Tyas, "Kalo nggak salah inget, filmnya tentang percintaan gitu. Kayaknya cocok banget kita tonton Yang. Kita kan lagi honeymoon."
Kaesang mengangguk, "Oke, Dear. Apapun keinginan kamu." Keduanya pun memasuki bioskop, dan memilih kursi yang berada di bagian tengah.
Tak lama kemudian, lampu di dalam bioskop meredup, pertanda film akan segera dimulai. Tyas dan Kaesang sama-sama fokus pada layar, menikmati alur cerita film yang romantis dan mengharukan. Sesekali, Tyas menoleh ke Kaesang, tersenyum dan menggenggam tangannya.
Setelah film berakhir, Tyas dan Kaesang keluar dari bioskop, masih terbawa suasana romantis film yang baru saja mereka tonton. "Yang, aku suka banget sama filmnya," kata Tyas, "Romantis banget."
Kaesang mengangguk, "Aku juga suka, Dear. Ceritanya bagus, dan aktingnya juga bagus." Ia men-ci-um kening Tyas, menunjukkan rasa cintanya.
"Sekarang kita mau ngapain lagi, Yang?" tanya Tyas, "Udah malem nih."
"Gimana kalau kita jalan-jalan dulu di sekitar sini, Dear?" jawab Kaesang, "Kita bisa melihat-lihat dan melepas penat sebelum pulang lagi ke villa."
Tyas mengangguk setuju. "Oke, Yang. Terserah kamu aja." Keduanya pun berjalan-jalan di sekitar bioskop, menikmati suasana malam yang sejuk. Mereka sesekali bercanda dan bercerita, membuat suasana semakin romantis.
Mereka berjalan menyusuri trotoar di sekitar bioskop, melewati beberapa toko kecil yang masih buka. Tyas tertarik pada sebuah toko suvenir yang menjual berbagai macam aksesoris dan pernak-pernik lucu.
"Yang, kita mampir ke toko ini yuk," ajak Tyas, matanya berbinar-binar melihat koleksi barang-barang di dalam toko. "Aku mau cari oleh-oleh yang berbeda buat bunda, ayah, dan yang lain."
Kaesang tersenyum, "Oke, Dear. Ayo kita lihat-lihat." Keduanya pun masuk ke dalam toko, menelusuri setiap sudut ruangan. Tyas sibuk memilih-milih aksesoris lucu, sementara Kaesang memperhatikannya dengan penuh perhatian.
Tyas menemukan beberapa aksesoris yang menarik perhatiannya, seperti gantungan kunci berbentuk hewan lucu, kalung dengan desain unik, dan gelang dengan batu berwarna-warni. Ia pun meminta Kaesang untuk memilih aksesoris yang cocok untuk bundanya dan keluarga mereka yang lain.
"Yang, kamu pilih yang mana nih? Yang bagus buat keluarga kita di rumah?" tanya Tyas, sambil menunjukkan beberapa aksesoris yang ia sukai.
Kaesang tersenyum, "Hmm, aku rasa gelang ini cocok untuk mama dan bunda. Warnanya lembut dan elegan. Dan untuk keluarga kita yang lain? Hmm...gantungan kunci berbentuk perahu, papan selancar sama topi ini kayaknya cocok buat mereka. Mereka kan cowok, yakali kita beliin mereka yang lucu-lucu."
Kaesang tertawa, lalu menggelengkan kepalanya.
Tyas mengangguk setuju, "Oke, Yang. Aku beli ini aja." Keduanya pun membayar aksesoris yang telah mereka pilih, dan keluar dari toko suvenir.
Bersambung ...