NovelToon NovelToon
RED FLAG

RED FLAG

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Eva Rosita

"Kita putus!"

"putus?"

"ya. aku mau kita menjadi asing. semoga kita bisa menemukan kebahagiaan sendiri-sendiri. aku pergi,"

"Silahkan pergi. tapi selangkah saja kamu melewati pintu itu ... detik itu juga kamu akan melihat gambar tubuh indahmu dimana-mana,"

"brengsek!"

"ya. itu aku, Sayang ..."


***

Bagai madu dan racun, itulah yang dirasakan Eva Rosiana ketika jatuh dalam pesona Januar Handitama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Rosita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04

"Mau makan dulu nggak? Gue laper,"

Pertanyaan semi pernyataan itu keluar dari mulut Janu.

"Boleh,"

Janu mengangguk, sesekali dia melirik cewek yang sedari tadi diam saja dengan wajah datar.

Dan untuk Eva, otak warasnya baru saja berpikir. Kenepa dia mau mau saja ikut Janu yang notabene baru ia kenal kemarin.

Biasanya dia paling anti berinteraksi dengan orang baru.

Kenapa ya? Gumamnya bingung.

"Lo ada alergi makan?" tanya Janu lagi.

"Nggak ada,"

"Good,"

Janu membelokkan mobilnya ke restoran. Selesai memarkirkan mobilnya, Janu dan Eva keluar.

Memilih tempat duduk yang dekat dengan kaca.

Sedikit ketar ketir si Eva memasuki restoran ini. Sepertinya dompetnya akan ia kuras sedikit hanya untuk sarapan saja.

Biasanya dia hanya beli bubur dengan harga 15 ribu yang sudah include dengan sate usus.

Lah kalau sarapan di restoran mewah ini, bisa bisa harga dari biasanya untuk sarapan bisa melonjak 10 kali lipat.

Haduuh, begini banget jadi kaum kismin!

"Mau pesen apa?"

Andai yang bertanya itu Ajeng, mungkin mata Eva sudah melotot melihat harganya. Tapi berhubung ini Janu, Eva bisa mengatur air mukanya yang terlihat tenang.

Padahal mah sudah pengen ngereog dia melihat jejeran angka sialan itu.

Anjay, dari sekian menu kenapa hanya salad sayur yang paling murah. Jerit Eva dalam hatinya.

Dengan hati yang dongkol, dia menyebutkan si salad sayur dengan daging tuna sebagai menunya. Dan untuk minumnya, dia pesan air mineral saja.

"Diet?" tanya Janu setelah menyebutkan apa yang dia dan Eva pesan.

Diet matamu! Boleh tidak Eva berteriak seperti itu.

Tau begini dia mending makan di mekdi.

"Nggak juga sih, lagi inget sama kesehatan aja!"

Janu mengangguk saja, meskipun sebenarnya dia ingin tertawa, merasa lucu saja mendengar jawaban dari Eva.

Makanan datang, mereka makan dalam diam. Diam-diam yang Eva rutuki karena dia merasa menjadi kambing sekarang. Doyan dedaunan!

Asem, tau begini Eva akan makan bubur atau nasi bungkus untuk sarapan. Lain kali dia akan menyeret Janu ke warung makan saja dari pada ke tempat mewah yang membuat dompetnya jejeritan.

Eh? Lain kali??

Setelah makan, Janu langsung memanggil pelayan. Membuka dompetnya untuk mengeluarkan satu kartu. Ternyata Janu juga membayar makanan Eva.

Oke, sarapan selesai. Sekarang dua anak muda itu sudah ada di mobil. Entah mau di ajak kemana Eva tak tahu.

"Jan!"

"Heum?" Janu menggumam dan menoleh sebentar ke Eva.

"Split bill," balas Eva to the point. 

Janu yang mengerti maksud Eva, menanggapinya dengan senyum tipis. Tak mau meladeninya. Lagian apa apaan split bill split bill, dikira Janu kere apa?

Pantang ya bagi seorang Januar patung patungan bagitu.

"Jan! Lo denger gue nggak sih?" radak dongkol, Eva malas dengan cowok yang sok budeg.

"Denger," jawabnya santai.

"Ya udah sini!"

Cewek ini, keras kepala sekali! Batin Janu.

"Boleh nego?" tanya Janu.

"Maksudnya?"

"Gimana kalo nanti malem lo yang gantian nraktit gue?" cih, modus. "Lo pasti nggak nyaman kan, gue bayarin makan tadi?" tebaknya yang seratus persen bener banget!

Bau bau modus ini mah, pikir Eva. Tapi ... boleh lah dicoba!

Dih!

"Okey. Serah lo!" Lagakmu Vaaa.

25 menit perjalanan, mobil Janu sampai ditempat tujuannya. Tempat tujuan yang membuat Eva radak cengo.

"Lo ngajak gue kesini?"

Tebak, Janu membawa Eva kemana! TEMPAT BOXING!!

Mas berto alias Mas bertato yang ketampanannya ugal-ugalan itu membawa Eva ke tempat dia biasa latihan boxing.

"Ayo!"

Karena kebingungannya kenapa Janu mengajaknya kemari, Eva sampai tidak sadar jika Janu sudah membukakan pintu untuknya.

Mereka berjalan beriringan untuk memasuki gedung yang pasti Eva jamin di dalam sana banyak cowok cowok kekar.

"Kalo lagi setres, sedih atau pengen marah. Gue selalu kesini. Asik kok!" kata Janu seolah memberitahu Eva kalau dia juga bisa melampiaskan emosinya dengan olahraga ekstrim ini.

Eva mengangguk anggukkan kepalanya. Boleh juga dicoba.

"Udah pernah main beginian?" tanya Janu.

"Belum. Main gundu baru sering!"

Sekali lagi jawaban nyeleneh Eva itu berhasil membuat Janu tidak bisa menahan tawanya.

"Janu!" ada dua orang cowok yang menghampiri Janu. Sepertinya itu teman akrab Janu karena mereka melakukan tos tos ria. "Tumben kesininya pagi?"

"Pengen aja!" jawab Janu dengan khasnya. Datar dan santuy.

"Siapa nih?" cowok yang pakai kaos tanpa lengan warna merah itu melirik Eva.

"Temen,"

"Temen apa temen?" goda mereka.

"Bacot!"

Janu langsung menggandeng tangan Eva agar segera menyingkir dari dua cowok yang menyebalkan itu menurut Janu.

"Gimana? Mau coba nggak?" Tanya Janu. Dia duduk di kursi panjang dengan Eva disebelahnya.

Eva mengedarkan matanya, ada beberap ring yang di dalamnya sudah ada beberapa orang juga.

"Boleh. Tapi baju gue?" Eva kan niatnya pergi ngampus, pakai kemeja dan celana jeans. Masa iya mau jotos jotosan pakai kemeja?

Kalau keringetan kan tidak lucu. Siang nanti Eva juga harus balik lagi ke kampus.

"Gampang. Gue ada baju disini. Lo pake aja nggak papa,"

"Oke deh,"

"Ayo. Gue anterin, sekalian gue ambil bajunya,"

Menurut pendengaran dan pengamatannya, ternyata tempat ini milik Janu. Yang dalam arti Janu itu Bos ditempat ini.

Pantas saja tadi Eva dibawa ke ruangan Janu. Ruangan yang sepertinya difungsikan sebagai ruangan kerja cowok itu.

Eva sempat dibuat kaget juga tentang info ini. Karena melihat interaksi Janu dengan para pelatih seperti bukan Bos dan anak buahnya. Lebih mirip ke interaksi antar teman.

Selagi Eva mengganti bajunya dengan baju Janu yang pastinya kedodoran, Janu menunggu di sofa yang ada di depan ruang kerjanya.

"Jan, gue ketilep sama baju lo!" si manis yang misterius ini keluar, dan Janu tersenyum tipis melihat tampilannya.

Kaos warna hitam yang kebesaran. Eva sengaja melepas celana jeansnya, agar bisa leluasa bergerak.

Tapi tenang, walaupun celana jeansnya dilepas, Eva masih memakai celana ketat pendek yang selalu ia pakai.

"Yuk!" ajak Janu untuk keluar lagi.

Janu membantu Eva untuk memakai sarung tinju dikedua tangannya. Setelahnya dia memberi contoh dan beberapa materi inti sebelum memulai latihannya.

"Paham nggak, Va?"

Eva mengangguk makna dia paham.

"Pukul sesuai yang gue ajarin gerakannya!"

"Yang gue pukul, elo?"

"Yaps!" jawab Janu mantap, "karena lo lagi setres, pukul aja yang kenceng. Anggep aja gue sebagai pelampiasan emosi lo!"

"Bener nih?"

Janu mengangguk dan ... Bugh!

Cowok itu meringis dan memegang perutnya, ternyata pukulan gadis misterius ini lumayan kencang.

"Nggak langsung lo pukul juga kali!" sebisa mungkin Janu tidak mengeluarkan emosinya. Andai yang didepannya ini Evan, sudah Janu tonjok balik kepalanya.

"Hahaha ..." Eva tertawa, gadis itu bahkan tak merasa bersalah, "segitu doang nih?" tantangnya remeh.

Wah, memang agak lain nih cewek! Batin Janu.

"Oke. Ayo mulai!" Janu mulai ambil tindakan, menggerakkan kedua tangannya yang sudah dipasangi pelindung.

Eva pun mulai menyerang Janu. Dan diluar dugaan, serangan Eva ini bukan serangan seorang pemula. Jelas itu membuat Janu mengernyitkan keningnya karena heran.

Tapi selincah lincahnya Eva masih tetap bisa Janu kuasai. Jotos jotosan begini sudah menjadi makanan Janu sehari hari.

"Bukan pemula ternyata," sarkas Janu yang masih tetap bergerak kesana sini melindungi wajah dan badannya dari serangan Eva.

"Gue alumni anak taekwondo!" 

Waktu SMA dulu Eva ikut ekskul olahraga taekwondo.

"Apa gue perlu pakai sarung tinju juga?" tantang Janu.

"Itu lebih baik!"

Eva dan Janu sama sama berhenti. Segera pelindung ditangannya dilepas dan menggantinya dengan sarung tinju.

Kita lihat, siapa yang akan mendapat jotosan lebih banyak.

"Siap?" tanya Janu dengan seringaian tipisnya yang membuat Eva mengumpat.

Sialan, ganteng banget nih lakik!

Eva terus menatap kedua mata elang milik cowok tampan bertato itu. Dan yang ditatap pun membalasnya. Mereka seperti terkurung dalam aksi tatap menatap itu.

Tapi Janu salah, kesempatan itu Eva gunakan untuk menyerang Janu lebuih dulu.

Bugh!

Satu kali pukulan membuat Janu melotot kaget, dan Eva tak mau menyia nyiakan kesempatan. Pukulan kedua dan ketiga langsung ia layangkan.

Curang? Bodo amat kata Eva. Bukankah kita harus selalu menggunakan kesempatan jika terdesak?

Tiga kali Janu kena pukul, dan sekarang saatnya Janu yang mengambil alih.

Eva sudah memejamkan matanya saat tangannya tadi ditangkis dan tangan Janu melayang. Siap untuk memukulnya.

Tak merasakan apa-apa, Eva membuka matanya. Ternyata Janu hanya diam memandangi wajahnya.

"Kok diem? Gue nggak dipukul? Jangan mentang-mentang gue cewek jadi lo nggak ber---Aakh!" pekik Eva badannya nyaris terjengkang karena kakinya dijegal Janu.

Srek!

Tangan kanan Janu menahan pinggang Eva, sedangkan tangan kirinya menahan punggung.

Ini adegan jotos apa adegan dansa sih?

Dan karena itu wajah Janu ada di atas wajah Eva. Matanya tenang sekali menatap Eva.

"Lo terlalu indah untuk disakiti," bisik Janu sebelum menegakkan lagi badan Eva yang ternyata sudah membeku.

Ngefreeze badannya karena bisikan sialan itu.

Badannya memang beku, tapi jantung dan matanya yang berulah. Jantungnya lompat lompat, sedangkan matanya terus menatap punggung Janu yang menjauh. Entah mau kemana itu cowok yang berhasil membuat jantung Eva goyang dombret.

Oh, ternyata si tampan bertato itu tadi pergi mengambil minum. Terbukti dari kedua tangan yang sudah terlepas dari sarung tinju sedang membawa 2 botol air mineral.

"Thanks," ucap Eva setelah menerima botol yang sudah dibuka tutupnya.

Eva ikut duduk menyelonjorkan kedua kakinya seperti Janu sambil meminum airnya.

Tadi dikasih minum, sekarang dikasih handuk kecil. "Ini bersih kok," kata Janu takutnya Eva mengira itu handuk bekasnya, "mau langsung balik kampus?"

Eva mengangguk sambil menyeka keringatnya dengan handuk yang dibawa Janu.

Sebelum kembali ke kampus, Janu menyuruh Eva untuk mandi terlebih dahulu karena pasti tidak nyaman dengan tubuh yang lengket setelah jotos-jotosan.

Jadilah Eva mandi di kamar mandi yang ada di ruangan Janu. Bukan kamar mandi yang memang disediakan untuk para pengunjung.

***

"Halo?"

"-__-"

"Tidak, Pak. Saya ada di luar. Kenapa, Pak, ada yang bisa saya bantu?"

"-__-"

"Oh, kebetulan sebentar lagi saya lewat hotel itu, Pak,"

"-__-"

"Oke. Baik, Pak. Sama-sama,"

Eva memasukkan kembali ponsel ke saku celananya setelah panggilan dari dosennya terputus.

Eva dimintai tolong untuk mengambil flash disk milik Pak Johan, salah satu dosen prodinya.

"Em, Jan!"

"Ya?"

"Boleh mampir bentar ke hotel Astong nggak? Gue mau ambil flash disk di Pak Johan,"

"Boleh,"

"Thanks ya!"

"Dont worry,"

Mereka berdua sedang berada di dalam mobil menuju kampus.

Dan sesuai permintaan Eva, mobil itu belok ke pelataran hotel yang dimana ada Pak Johan yang sudah menunggu Eva di loby.

"Bentar ya, Jan!" Eva keluar setelah mendapati anggukan kecil dari Janu.

Eva pikir Janu akan menunggunya dimobil, ternyata cowok itu ikut keluar juga. Eva tahu setelah mendengar sapaan Pak Johan ke Janu.

"Ternyata kamu pergi sama Janu?" tanya Pak Johan dengan wajah selidiknya membuat Eva mendelik.

"Iya. Bapak nggak usah mikir aneh-aneh ya!"

"Memang kamu tahu apa yang saya pikirkan?" Pak Johan mendengus geli ke mahasiswi yang sudah menjadi bestie istrinya itu.

"Saya turunan cenayang, Pak!" sindir Eva yang sudah hafal benar kelakuan Dosennya. Yakin sekali, nanti pasti dia akan menjadi bahan gibahan oleh Pak Johan dan istrinya.

Jika diluar kampus, Eva dan Pak Johan sudah biasa berinteraksi seperti ini.

Dan interaksi itu tak luput sedetik pun dari pengamatan Janu. Kedua alis cowok tampan itu sampai menukik melihat kedekatan Dosen itu dan Eva.

Siapa yang tidak mengenal Pak Johan? Dosen yang sering dibicarakan para rakyat di kampus karena ketampanannya. Bahkan Dosen itu dijuluki Mayor Tedy KW karena badan kekar dan wajah tampannya mirip mantan ajudan Presiden yang sekarang.

Tapi yang mereka tak tahu, Pak Johan itu bukan pria lajang lagi. Setahu mereka Dosen tampan nan gagah itu masih singgle. Padahal istri dari Johan itu masih ada hubungan saudara dengan Eva.

Janu tak begitu mendengarkan obrolan Eva dengan dosennya. Dari tadi dia hanya diam mengamati dua manusia itu yang kedekatannya diluar normal seorang dosen dan mahasiswinya.

Setelah urusan dengan dosen tadi selesai, kini mobil Janu sudah terparkir di parkiran gedung FEB.

"Thanks ya," kata Eva sebelum keluar dari mobil Janu.

Janu mengangguk pelan, raut wajahnya seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Emm, Va?"

"Ya?"

"Gimana tadi? Bisa ngilangin setres lo nggak?"

"Lumayan,"

"Masih ada lagi sih sebenernya selain boxing. Kali aja lo penasaran gitu?"

"Oh ya?"

"Hem. Nigh ride. Wanna try it with me?"

Tak langsung menjawab. Lipatan halus dikeningnya timbul, tanda bahawa gadis itu sedang memikirkan ajakan Janu.

"Okey," diluar dugaan, Eva mengiyakan ajakan Janu. Bukan gaya Eva sekali yang langsung mau mau saja dengan ajakan orang yang masih tergolong asing untuknya. Tapi entah lah, kenapa dia tidak begitu risih dengan cowok bertato ini.

Janu tersenyum tipis di sertai anggukan kepalanya. "So, kosong lapan ...?" tau tau ditangan Janu sudah ada ponsel, menyodorkan ke gadis disebelahnya.

Eva terkekeh kecil, merasa lucu dengan cara Janu yang meminta nomer wasapnya.

1
Nia Arizani
seruuuu banget,, doble up dong thor😍
Ita Retno
gokil si ipe👏👏💪🔥
Ita Retno
dari cerita Ajeng jd tau cerita Eva👍❤️🔥
tati hartati
benar pasangan yg cocok sama emosian
Novita Ambarwanti
Thor lupa ya ada kontrakan disini 🫠
eva rositadewi: `nggak lupa. tapi pikun. hoho
total 1 replies
Vtree Bona
haha Eva di lawan
Vtree Bona
duh kemana aja kak thor
Arumi Putri
di lanjut gak nih padahal novel nya bagus loh
Arz Kaf
ya ampun kasiang juga si eva berarti yg masih beruntung hanya ajeng ya disayang mama dewi walau tiap hari ribut berdebat masalh yg gak genah tapi eva ternyata selalu dibedakan 😌😌va knapa nasibmu ngenes sih ga punya ibu tapi pilih kasih 😭
Arz Kaf
awasin ya di ipe ntar ada yg nyelakain kan repot apa perlu si bang janu yg jagain eva 🤭
Arz Kaf
gegara si janu nih terlalu seksih jadi baca kesini eh ternyata si markojeng teman nya si ipe toh😁😁😁
Safa
belum up lagi kah ?
anak meong
kaya nya memang ga di lanjut lagi sih cerita ini..
Aleea24
kereen siih ini novel.. semangat terus kaa...😊😍
Anonymous
nah uda keliatan ni red flag nya si januu
Rica Eldagita
akhirnya kesini juga 😊
anak meong
kak kata gw emang kurang panjang ih 😭😭
kak kenapa ga di fizo aja sih novel ini..
Anonymous: nah iyaaa. kenapa gak di pijo ajaa 😭😭😭
total 1 replies
Sri Wahyuni
bagus banget
Novia Herlina
Ho'oh...
Anonymous
aku nebak2 judul dan dimana letak red flag nya si Janu. Sejauh ini dia manis, tapi kayaknya dia bakal pecemburu bgttt Krn kecintaan atau bahkan seobses ituu sama si Eva. thorrr, makasih ya Uda up
✨litlestar🌟: belum kali kak ini kan masih awal, biasanya kan manis2 dulu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!