Alena: My Beloved Vampire
Sejak seratus tahun yang lalu, dunia percaya bahwa vampir telah punah. Sejarah dan kejayaan mereka terkubur bersama legenda kelam tentang perang besar yang melibatkan manusia, vampir, dan Lycan yang terjadi 200 tahun yang lalu.
Di sebuah gua di dalam hutan, Alberd tak sengaja membuka segel yang membangunkan Alena, vampir murni terakhir yang telah tertidur selama satu abad. Alena yang membawa kenangan masa lalu kelam akan kehancuran seluruh keluarganya meyakini bahwa Alberd adalah seseorang yang akan merubah takdir, lalu perlahan menumbuhkan perasaan cinta diantara mereka.
Namun, bayang-bayang bahaya mulai mendekat. Sisa-sisa organisasi pemburu vampir yang dulu berjaya kini kembali menunjukan dirinya, mengincar Alena sebagai simbol terakhir dari ras yang mereka ingin musnahkan.
Dapatkah mereka bertahan melawan kegelapan dan bahaya yang mengancam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syafar JJY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Dua Hati Bersatu
Chapter 24: Kejutan Besar
Malam itu...
Alena melangkah keluar dari gedung apartemen dengan anggun. Gaun merah yang ia kenakan memancarkan aura memikat yang membuatnya terlihat seperti seorang dewi malam. Udara dingin seolah enggan menyentuh kulitnya, seakan malam itu dirancang untuk dirinya. Di sisinya, Nina berjalan dengan semangat, mengenakan gaun kuning cerah yang membuatnya tampak seperti sinar matahari kecil yang membawa keceriaan.
Di depan mereka, Alberd berdiri menunggu dengan setelan jas hitam yang elegan. Dia menyandarkan satu tangan di pintu mobil, tubuhnya tegap dan penuh percaya diri. Matanya terpaku pada sosok Alena, dan sebuah senyum lembut terukir di bibirnya saat ia menyadari betapa luar biasanya penampilan Alena malam itu.
"Kak Alena, itu kak Alberd.." ucap Nina sambil menunjuk ke arah kakaknya.
Alena tersenyum sambil melihat ke arah Alberd, lalu mereka melangkah perlahan.
“Kau terlihat... luar biasa, Alena,” ucap Alberd pelan, seolah kalimat itu hanya untuknya.
Wajah Alena memerah sedikit, namun ia mencoba menutupinya dengan senyuman. “Terima kasih... Kau juga terlihat sangat tampan,” jawabnya sambil melirik gaun merahnya sendiri, merasa sedikit gugup.
Alberd tersenyum lebih lebar, lalu membukakan pintu mobil untuk keduanya. Setelah mereka masuk, mobil itu melaju dengan tenang meninggalkan apartemen.
Alena dan Nina duduk dibelakang,
"Alberd, kamu yakin kita hanya akan pergi menonton teater?, bukankah pakaian yang dibawakan Nina ini terlalu mencolok?" tanya Alena dengan sedikit ragu.
"Ya, kita akan menonton teater malam ini. Pakaian itu tidak salah, itu cocok untukmu dan Nina. Pakaian itu telah aku pesan sebelumnya khusus untuk kalian." jelas Alberd.
"Benar kak Alena, kamu terlihat sangat cantik, seandainya aku adalah seorang pria, aku pasti akan mencurimu dari kakakku" tambah Nina sambil terkekeh kecil.
"Ehmm.. baiklah jika demikian, aku hanya berfikir dengan memakai pakaian ini seolah kita bukan untuk menonton, melainkan menjadi aktor yang akan memainkan pertunjukan diatas panggung." ungkap Alena polos.
Alberd menoleh sebentar kebelakang dan berkata, "hehe, tidak tidak, tenang saja.." balas Alberd menenangkan. "Maaf Alena, malam ini pemeran utamanya memang kita berdua.." gumam Alberd dalam hati..
Tak selang berapa lama, merekapun tiba di gedung teater. Setelah memarkirkan mobil, ketiganya memasuki gedung.
Didalam gedung, cahaya redup menerangi bangku penonton, beberapa orang tampak sudah duduk mengisi sebagian dikursi penonton. Semantara beberapa cahaya lampu berputar putar menyoroti kursi penonton.
Di depan tampak sebuah panggung yang terlihat bercahaya terang disinari oleh lampu panggung ditambah dengan dekorasi yang menghiasinya."
"Wah indah sekali.." ujar Alena dengan takjub dan mata berbinar.
Alberd tersenyum melihat Alena dan Nina yang tertegun.
"Ayo kita duduk.." ucap Alberd sambil meraih tangan keduanya menuntun perlahan menuju kursi yang berada ditengah tengah tribun penonton. Kemudian mereka duduk berdampingan, Alena duduk diantara Nina dan Alberd.
Para penonton lain mulai berdatangan dan satu persatu memenuhi tribun penonton.
Tak lama kemudian semua lampu sorot yang sedari tadi berputar putar tiba tiba serempak menyorot ke arah panggung.. Para aktor mulai memasuki panggung satu persatu.. diiringi sorakan dan tepuk tangan penonton.
"Selamat malam para penonton.." sapa narator.
"Malam ini kami akan menghibur semua penonton yang ada disini," sambungnya.
"Kami akan membawakan pertunjukan tentang kisah cinta legendaris Bai Suzhen Sang Ular Putih dan Xu Xian."
Lalu beberapa saat kemudian pertunjukan teaterpun dimulai. Para pemeran beradu akting diatas panggung, diikuti iringan musik yang menghidupkan suasana. Alena yang menyaksikan tampak kagum dan takjub, begitupula dengan Nina..
Alberd yang ada disamping Alena justru lebih memilih memandangi wajah kekasihnya itu dari pada pertunjukan yang ada dipanggung, hal itu terkadang membuat Alberd tersenyum dan tertawa kecil.
Dia memperhatikan dengan jelas setiap inci ekspresi wajah Alena dengan penuh kehangatan.
Pertunjukan Akhirnya usai, sorak sorai dan tepuk tangan penonton mengiringi para aktor yang mulai meninggalkan panggung satu persatu.
Tak lama kemudian sesuatu terjadi..
Seluruh ruangan tiba tiba gelap gulita, semua lampu teater padam. Suasana tiba tiba hening, tak ada satupun suara sorakan dan tepuk tangan terdengar.
Alena yang kebingungan dan terkejut lantas berteriak,
"Alberd.. Alberd kamu dimana?" ucap Alena dengan sorot mata yang mencari cari keberadaan kekasihnya itu namun tak ada jawaban.
Alena menoleh ke sisi kirinya tempat dimana Alberd duduk, tangannya mencoba meraba raba, tapi Alberd tidak ada di tempat itu..
Kepanikan mulai melanda Alena dia tampak cemas dan gelisah hingga terjatuh dari kursi.
Tak tega melihat kondisi kakak iparnya,
Nina lantas memegang tangan Alena dan mencoba menenangkannya.
"Kakak, kakak tenanglah.. lihatlah kesana," ucap Nina sambil menunjuk ke arah panggung.
Alena yang terjatuh kemudian pelahan bangkit berdiri dibantu oleh Nina, matanya memandang lurus ke arah panggung yang ditunjuk oleh Nina.
Chapter 25: Momen Yang Berkesan
Tiba tiba dua buah cahaya lampu sorot menyala terang ditengah kegelapan. Satu menyorot ke panggung dan satu lagi menyorot ke Alena. Alena tampak terkejut melihat cahaya menyorot dirinya. Apalagi posisinya yang saat itu sedang berdiri. Lalu dia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke panggung.
Lampu itu menyorot sesuatu diatas panggung,
Alena mengerutkan dahinya sambil memandang serius.
"Sebuah piano?" gumamnya.
Tepat didepan piano tersebut tampak duduk seorang pria tampan, yang tak asing lagi bagi Alena.
"Al...berd..?" ucap alena dengan nada terkejut dan rasa tak percaya.
Alberd lantas menatap ke arah Alena di tribun penonton yang sedari tadi hening, semua penonton diam, tak ada satupun yang bersuara. Hanya meninggalkan Alena yang tenggelam dalam kebingungan dan tanda tanya.
Alberd kemudian berdiri dan meraih mikrofon yang ada didepannya, menghela napas sejenak, lalu menatap kedepan dengan tegas.
"Penonton sekalian.. disini, malam ini, aku berdiri disini untuk seseorang yang istimewa.. Aku ingin membawakan sebuah lagu dengan diiringi alunan piano." ucap Alberd.
"Lagu ini kuciptakan dan siapkan khusus untuk seseorang yang juga spesial dihatiku. Dia sosok yang sangat berharga bagiku, dia adalah hidupku dan duniaku.. Dan hari ini disini aku ingin kalian semua menjadi saksi.. Bahwa Aku, Alberd hanyalah Milik Alena.." tegas Alberd sambil menunjuk dan memandang ke arah Alena dengan sorot mata yang penuh arti.
Melihat dan mendengar itu, Alena hanya bisa tertegun, bibirnya tak mampu berkata apa apa.. hatinya dipenuhi rasa haru dan bahagia. Matanya terbelalak lalu perlahan mulai tampak berkaca kaca, tak lama air matapun menetes membasahi pipinya..
Dengan gemetar bibirnya terbuka perlahan berusaha mengatakan sesuatu. Dan hanya satu kata yang bisa dia sebutkan.
"Sayangku...." ucap Alena dengan bibir gemetar dan air mata berjatuhan. Para penonton bersorak menyaksikan momen dramatis tersebut.
Beberapa saat kemudian suasana kembali hening, alunan indah melodi piano mulai terdengar samar lalu semakin jelas. Jari jari Alberd menari-nari diatas tuts. Alunan nada merdu menyihir para penonton, membuat mereka terpaku karena kagum. Kemudian suara nyanyian Alberd mulai mengiringi alunan piano. Perpaduan keduanya sangat serasi dan mempesona. Alena yang menyaksikan itu hanya bisa terbelalak kagum.
Dia benar benar tak mampu berkata kata. Seluruh tubuhnya gemetar menyaksikan semua yang dilihatnya. Sorot matanya mulai berkaca kaca..
Perlahan Alena memejamkan matanya.. mencoba menghayati kata demi kata dalam lirik lagu serta tiap jengkal alunan nada piano. Lirik lagu penuh arti dan makna benar benar merasuk ke dalam hati dan jiwa Alena, air matanya bercucuran tak terbendung. Tubuh Alena perlahan berhenti gemetar, kehangatan dari setiap lirik dan alunan melodi seakan mulai menyelimuti tubuhnya, memberikan Alena ketengangan dan kedamaian, Alena merasakan seolah saat itu Alberd sedang memeluk dirinya.
Nina yang menyaksikan hal itu turut menangis bahagia bercampur kagum dan rasa haru..
Tak lama berselang suasana kembali hening, lagu dan alunan piano telah berhenti.. Para penton sontak bersorak dan bertepuk tangan..
Tiba tiba Kedua lampu sorot padam. Alena yang sadar perlahan membuka matanya, dia melihat sekelilingnya yang gelap gulita. Suasana hening seketika.. Alena perlahan berdiri dari tempat duduknya, dalam suasana yang gelap, dia juga tak tau dan tak dapat menerka apa yang akan terjadi.
Dibalik kegelapan, kursi penonton yang sebelumnya terbaris lurus didepan Alena perlahan ditarik kebawah oleh sesuatu tanpa ada yang menyadari. Menciptakan jalur lurus yang menghubungkan panggung dengan tempat Alena berdiri..
Tak lama berselang, dua sorot lampu kembali menyala, tapi kali ini kedua lampu itu menerangi bagian tengah tribun penonton.
Dua lampu itu menyoroti Alena dan Alberd.
Di depan Alena, ada Alberd yang sedang berlutut sambil memegang buket bunga mawar merah. Melihat itu Alena kaget bukan kepalang, dia terkejut sekaligus terharu..
Alberd mengangkat wajahnya keatas, menatap mata Alena dengan penuh kasih.
"Alena, bertemu denganmu adalah anugerah terindah dalam hidupku. Kau adalah pelipur laraku, pengisi hatiku, kaulah tampatku bersandar, kau adalah teman hidupku. Disini, di tempat ini, dengan semua orang yang ada disini yang sebagai saksi.
Aku ingin mengatakan, Alena.. Aku sangat mencintaimu, aku ingin menghabiskan seluruh sisa hidupku bersamamu, Langit dan bumi menjadi saksinya, aku bersungguh sungguh mengatakan, betapa aku sayang padamu. Ambilah bunga ini dan terimalah cintaku.."
Alena tertegun..hatinya dipenuhi kebahagiaan dan rasa haru yang luar biasa.. Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia meraih buket mawar itu, menciumnya perlahan.
Alberd perlahan berdiri, Alena langsung memeluk Alberd dengan erat,
"Aku juga sangat mencintaimu Alberd, demi apapun itu aku sangat sangat menyayangimu, kau adalah cahaya dalam hidupku." teriak Alena diiringi
air matanya yang tumpah di bahu Alberd..
Para penonton bersorak serta bertepuk tangan, beberapa dari mereka bahkan menangis tersedu sedu.
Di samping keduanya berdiri Nina yang sedari tadi sedang mengabadikan momen itu melalui ponselnya, dia menangis tersedu sedu sambil menyeka air matanya.
Alberd melepaskan dekapannya lalu mengeluarkan kotak cincin dari dalam sakunya..
Dia membuka kotaknya, seketika berkilau pantulan cahaya indah dari permata di cincin itu.
Alberd meraih tangan Alena, kemudian memasangkan cincin itu dijari manisnya.
Sekali lagi Air mata Alena berjatuhan.. Lalu dia langsung memeluk Alberd dengan erat.
"Aku disini sayang, dan aku tak akan pergi.." bisik Alberd pelan seraya membelai rambut Alena.
Akhirnya Alberd dan Alena meresmikan hubungan mereka didepan ratusan orang sebagai saksi. Kisah cinta mereka akan menjadi sebuah legenda yang dikenang banyak orang dimasa depan.
makasih Thor 👍 salam sehat selalu 🤗🙏
Bagian awal di bab pertama harusnya jangan dimasukkan karena merupakan plot penting yang harusnya dikembangkan saja di tiap bab nya nanti. Kalau dimasukkan jadinya pembaca gak penasaran. Kayak Alena kenapa bisa tersegel di gua. Lalu kayak si Alberd juga di awal. Intinya yang tadi pakai tanda < atau > lebih baik tidak dimasukkan dalam cerita.
Akan lebih baik langsung masuk saja ke bagian Alberd yang dikejar dan terluka hingga memasuki gua dan membangunkan Alena. Sehingga pembaca akan bertanya-tanya, kenapa Alberd dikejar, kenapa Alena tersegel di sana dan lain sebagainya.
Jadi nantinya di bab yang lain nya akan membuat keduanya berinteraksi dan menceritakan kisahnya satu sama lain. Saran nama, harusnya jangan terlalu mirip atau awalan atau akhiran yang mirip, seperti Alena dan Alberd sama-sama memiliki awalan Al, jadi terkesan kembar. Jika yang satu Alena, nama cowoknya mungkin bisa menggunakan awalan huruf lain.
Novel ini adalah karya pertama saya, sekaligus debut saya sebagai seorang penulis.
Mengangkat tema vampir dan bergenre romansa-fantasy yang dibalut berbagai konflik dalam dunia modern.
Novel ini memiliki dua karakter utama yang seimbang, Alena dan Alberd.
Novel kebanyakan dibagi menjadi dua jenis; novel pria dan novel wanita.
Novel yang bisa cocok dan diterima oleh keduanya secara bersamaan bisa dibilang sedikit.
Sehingga saya sebagai penulis memutuskan untuk menciptakan dua karakter utama yang setara dan berusaha menarik minat pembaca dari kedua gender dalam novel pertama saya.
Saya harap pembaca menyukai novel ini.
Selamat membaca dan terima kasih,
Salam hangat dari author.