Lulu, seorang yatim piatu yang rela menerima pernikahan kontrak yang diajukan Atthara, demi tanah panti asuhan yang selama ini ia tinggali.
Lulu yang memerlukan perlindungan serta finasial dan Atthara yang memerlukan tameng, merasa pernikahan kontrak mereka saling menguntungkan, sampai kejadian yang tidak terduga terjadi. “Kamu harus bertanggung jawab!”
Kebencian, penyesalan, suka, saling ketertarikan mewarnai kesepakatan mereka. Bagaimana hubungan keduanya selanjutnya? Apakah keduanya bisa keluar dari zona saling menguntungkan?
Note: Hallo semuanya.. ini adalah novel author yang kesenian kalinya. Semoga para pembaca suka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Kantor
Atthara dan Lulu sudah berada di restoran hotel untuk sarapan. Saat mereka sedang makan, ada tamu tak diundang mendatangi mereka.
“Tuan Atthara!” Seru tamu tersebut.
“Tuan James!” Atthara menjabat tangan James.
“Sedang apa Anda disini?”
“Ada urusan. Anda sendiri?”
“Aku akan mengunjungi kedua orang tuaku. Ini?” James menatap ke arah Lulu yang sedari tadi menunduk.
“Dia istriku, Lulu.”
“Istri? Kapan kamu menikah dan kenapa tidak mengundangku?” Lulu menangkupkan tangannya di dada untuk memberi salam dan kembali menunduk.
“Sungguh tidak bisa dipercaya! Seorang Tua Atthara telah menikah dengan seorang muslimah.” Atthara hanya melirik.
“Oh! Sebaiknya saya pergi, saya tidak akan mengganggu kebersamaan pengantin baru.” James berpamitan dan pergi.
“Lakukan seperti itu sampai seterusnya!”
“Maksud, Mas?”
“Salam yang kamu lakukan tadi!”
“Oh! Mas tenang saja, tanpa Mas minta pun aku akan melakukannya.” Lulu tersenyum ke arah Atthara.
Atthara tidak menjawab. Ia melanjutkan makannya dalam diam.
“Apakah kamu cemburu, Mas?” Batin Lulu.
Selesai makan, mereka menuju kantor cabang. Di sana ada beberapa orang yang menyambut kedatangan mereka. Atthara mengenalkan Lulu sebagai istrinya, yang disambut baik oleh para karyawan.
Setelah perkenalan, Atthara membawa Lulu ke ruangannya dan memintanya untuk menunggu di sofa. Lulu dengan patuh duduk. Tidak ada ponsel, Lulu mengeluarkan buku dari tasnya dan mulai membaca.
Beberapa orang keluar masuk ruangan Atthara. Lulu tidak merasa terganggu, sampai seseorang menyajikan minuman dan camilan untuknya.
“Silahkan dinikmati, Nona Muda.” kata seseorang yang Atthara kenalkan sebagai sekretaris, Risa.
“Terima kasih.” Risa mengangguk dan undur diri.
Lulu meminum jus jeruk yang disuguhkan dan melanjutkan membaca. Atthara yang ternyata memperhatikannya sedari tadi hanya tersenyum. Melihat Lulu yang patuh, entah mengapa hatinya menjadi tenang.
Berbeda dengan karyawan yang saat ini berada di hadapannya. Mereka merasa asing dengan senyum Bos mereka. Tetapi setelah tahu sebab dari senyuman tersebut, mereka mulai memakluminya.
“Pernahkah kalian melihat Bos tersenyum?”
“Bos? Tersenyum?”
“Ya!”
“Jangan sampai melihatnya!”
“Kenapa?”
“Jika Bos tersenyum, sudah pasti ada yang salah!”
“Tidak, tidak! Kamu salah!”
“Maksud kamu?”
“Aku baru saja melihat Bos tersenyum tadi.”
“Benarkah? Apa kamu tidak apa-apa?”
“Tentu saja aku baik-baik saja! Bos tersenyum saat melihat ke arah istrinya.”
“Benarkah?”
“Apa iya? Bos kulkas kita bisa tersenyum?”
“Jika saja aku bisa mengabadikannya, pasti sudah aku lakukan!”
“Tapi mungkin Bos bisa romantis dan lembut dengan istrinya. Nyatanya Bos berjalan sambil menggandeng Bu Bos tadi.”
“Ya! Aku juga melihatnya.”
“Jadi, sedingin apapun Bos kita tetaplah manusia biasa yang bisa bucin!”
“Ya! Aku juga mau satu yang seperti itu karena sudah pasti setia!”
“Aku juga mau!”
Pembicaraan para karyawan perempuan membuat para karyawan laki-laki menggelengkan kepala mereka. Jika standar mereka adalah seorang Izqian Atthara Zaki yang merupakan CEO AZ group, mereka mundur teratur. Selain CEO, atasan mereka juga lahir dengan sendok emas di mulutnya. Bagaimana mereka akan bersaing?
Sementara itu, Lulu yang sudah mulai merasa jenuh menutup bukunya dan sedikit meregangkan tubuhnya. Ia berdiri dari duduknya dan menghampiri Atthara yang masih fokus di layar komputernya.
“Toilet dimana, Mas?” Tanya Lulu.
“Tunggu sebentar!” Atthara melakukan panggilan di telepon kabelnya.
“Ris, antarkan istriku ke toilet!”
“Baik, Tuan Muda.”
Beberapa menit kemudian, Risa mengetuk pintu. Atthara menyuruh Lulu mengikuti Risa.
“Apakah aku boleh dhuha?”
“Ada mushola di bawah, Risa akan menunjukkannya kepadamu.”
“Terima kasih, Mas.” Ucap Lulu seraya mendekat ke arah Atthara, lalu mencium punggung dan telapak tangannya.
“Segera kembali setelah selesai!” Lulu mengangguk dan tersenyum.
Risa membimbing Lulu menuju toilet lebih dulu dan setelah itu turun menggunakan lift untuk menuju mushola yang ada di dekat lobi. Tidak hanya menunjukkan jalan, Risa juga menunggu sampai Lulu selesai sholat dan mengantarkannya kembali ke ruangan Atthara.
“Terima kasih, Risa.” Ucap Lulu.
“Sama-sama, Nona Muda.”
Jam makan siang, Atthara meminta Rudi membelikan mereka makanan karena ia tidak bisa membuat waktu untuk makan di luar. Lulu menurut saja, bahkan ia menunggu sampai Atthara selesai untuk makan bersama.
“Ini!” Atthara menyerahkan ponsel baru untuk Lulu.
“Punya siapa, Mas?”
“Punyamu. Mulai sekarang kamu pakai itu, aku sudah meminta orang memindahkan data ponsel lama mu ke sini.” Lulu menerima ponsel pemberian Atthara.
Model ponselnya sama dengan ponsel Atthara yang pernah di pinjamnya. Lulu tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
“Kamu akan bisa mengabadikan banyak moment nanti!” Lulu mengangguk.
“Tapi, kenapa menunya berbeda, Mas?” Tanya Lulu yang melihat tampilan layar awal ponsel.
“Kamu pelajari sendiri! Passwordnya, kebalikan dari tanggal pernikahan kita.”
Lulu berakhir mempelajari ponsel barunya sampai ia bisa mengoperasikannya. Sedikit berbeda dengan ponsel lamanya, tetapi ia bisa menggunakannya walau masih tak tahu fungsi lainnya dari ponse baru tersebut.
Mereka kembali ke hotel pukul 4 sore dan menghabiskan waktu di dalam kamar. Mereka sampai memesan makan malam di dalam kamar dan beristirahat tepat pukul 10 malam. Kegiatan mereka tersebut berulang selama satu minggu lamanya.
“Maafkan aku, sepertinya kita akan lebih lama tinggal di sini.” Kata Atthara saat mereka sednag sarapan.
“Tidak apa, Mas.”
“Kamu pasti bosan, keluarlah dengan Rudi! Dia akan membawamu jalan-jalan.” Lulu menggeleng.
“Haram bagiku keluar dengan laki-laki yang bukan suamiku, Mas. Aku memilih untuk tetap menemanimu seperti biasa.”
“Baiklah, kalau itu maumu.” Lulu mengangguk.
Di sisi lain.
“Kamu masih belum menemukan Atthar seminggu ini?” Tanya Agnes dengan tidak sabar.
“Aku sudah menemukannya. Atthara ada di kota S bersama istrinya.”
“Apa? Sejak kapan?”
“Sejak seminggu yang lalu. Aku bisa mengetahuinya setelah merayu resepsionis di kantornya.”
“Apa kamu tahu alamatnya?”
“Ya. Hotel Five Star.”
“Hotel?” Mata Agnes berbinar.
“Segera siapkan semuanya! Aku akan menyusulnya. Pastikan kali ini berhasil!” Imbuhnya.
“Kamu yakin? Sepertinya istri Atthara bukanlah orang biasa.”
“Kamu tahu apa? Permpuan itu hanya parasit! Kamu tidak perlu memedulikannya! Kamu bisa memilikinya jika mau.”
Rian terdiam. Ia yang merasakan tendangan Lulu, merasakan sakit yang luar biasa seperti semua kekuatan dikerahkan di tendangan itu. Hal ini membuktikan kalau istri dari Atthara tahu cara membela diri. Rian tidak yakin dengan pekerjaannya kali ini.
“Kenapa masih bengong?”
“Aku mau bayarannya ditambah!”
“Gila saja! Harga yang kamu tawarkan sudah sangat tinggi.”
“Kamu tambah, atau tidak sama sekali.” Rian tidak mau merugi.
Jika berhasil ia bisa menggunakan uang itu untuk pergi ke kota lain atau bahkan ke luar negeri.
“Baiklah! Aku akan menambahkan 20% dari nominal yang kita sepakati,”
“Senang bekerja denganmu!” Rian tersenyum puas.