Baru menginjak kelas 12, ada saja hal yang membuat Syanza harus menghadapi Pangeran, si ketua Savero.
Ketua apanya coba, tengil gitu.
"Lo pikir, lo kodok bisa berubah jadi pangeran beneran, hah??" Ketus Syanza.
"Emang gue pangeran," balas Pangeran angkuh.
"Nama doang, kelakuan kayak setan!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cipaaiinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Pangeran terbangun dari tidurnya. Melirik jam yang menunjukkan pukul 20.10. Matanya membulat, berapa jam dirinya tertidur?
Setelah pulang sekolah tadi, Pangeran langsung merebahkan dirinya di atas kasur, dan tanpa disadarinya ia mulai mengantuk dan terlelap.
Tidak ingin membuang waktunya, Pangeran mengambil kunci motor di atas kasurnya yang ia lembar sembarangan tadi. Kemudian mengecek ponselnya.
"Buset, gue gak jadi ngedatelah ini. Udah telat buat balapan juga," ucapnya. Kemudian memakai jaket bertuliskan Savero dibelakangnya, tidak lupa logo rubah ganas di bawahnya.
Baru akan berlari keluar dari kamarnya, dering telepon membuatnya terkejut.
"Si bangsat. Siapa sih?"
Pangeran mengerutkan dahinya. "Pasti ngomel nih," ucapnya setelah tahu yang menghubunginya adalah cewek yang akan main dengannya.
Dengan napas pasrah, Pangeran mengangkatnya.
"PANGERAN! KAMU DI MANA SIH?! AKU UDAH NUNGGUIN SATU JAM LEBIH DAN KAMU GAK DATENG DATENG! AKU MALU TAHU DILIHAT BANYAK ORANG!"
Ya ampun, lihatlah betapa menyebalkannya wanita di seberang sana. Pangeran hanya main-main saja sudah dapat omelan seperti sang kekasih saja. Memang yang paling membuat Pangeran semangat tuh hanya Syanza.
"Sorry, gue ketiduran."
"APA? BISA BISANYA YA KAMU. ALASAN KAMU TERLALU BASIC TAHU GAK," sewot wanita itu.
Pangeran menggeram frustasi. Jujur salah, tidak jujur apalagi.
"Terserah lo dah. Mau percaya atau enggak, gue gak bisa sekarang. Udah telat mau balapan, dah Mei."
Pemuda ini memutuskan sambungan sepihak. Gadis itu bernama Meira. Di temukan Pangeran saat tidak sengaja dirinya melihat Meira terjatuh karena terserempet motor. Niat hati ingin membantu saja, tetapi gadis itu mengharapkan lebih. Mau bagaimana lagi, jiwa playboy dalam diri Pangeran sedikit tertarik juga.
Ponselnya ia masukkan ke dalam saku celana, tapi lagi lagi ada yang mengulur waktunya.
"Apa lagi sih anjing," kesal Pangeran.
Tertera di sana nama salah satu anggotanya.
"BOS LO DI MANA MONYET. XEROX UDAH NUNGGUIN DARI TADI. TERUS LO DICEMOOH, KATANYA KETUA KALIAN KURANG PROFESIONAL GAK PANTES JADI KETUA-"
"Bacot. Lo pada yang ngomong gitu bukan mereka, right?"
Di tenpat lain Jarrel cengengesan. Ketahuan deh.
"Cepet elah, pak Bos. Udah ditungguin nih, tumben amat lagi ngaret. Oh iya, lancar ngedatenya?"
Suara Cakra terdengar. Pangeran menghela napasnya. Belum saja reda dengan emosi si cewek yang tantrum, malah bertambah lagi.
"Gue ketiduran, sat. Gak ada dat det, gue otw."
Lagi, Pangeran yang menyudahi telepon itu. Kemudian dirinya mengaktifkan mode silent untuk tidak terganggu lagi oleh siapa pun.
•••
Setelah sampai di area balapan, Pangeran langsung mengambil posisi.
"Anjayy, 7 menit udah nyampe aja," seru Jarrel.
"Pangeran gitu lho, bawa motor kayak dikejar setan," seloroh Cakra.
"Daripada lo berdua, bawa motor kayak keong, lemah."
Jarrel memegang dadanya dan memegang lengan Cakra. "Sial, Cak. Dada gue sakit kena hinaan dari ketua," ucapnya drmatis.
"Geli, anj. Lepas, nyet."
Cakra menepis tangan Jarrel, dan menepuknya seolah mengusir debu yang menempel.
"Bersih kali gue, anti rabies," ngawur Jarrel.
"Ketua kok telat," sahut seseorang di samping Pangeran. Siapa lagi kalau bukan ketua Xerox, Melvin.
Pangeran mendengus. "Ah elah telah lima menit jeu," ucapnya.
"Tepatnya 25 menit, Bos," timpal Jarrel.
"Nyahut mulu lo."
Zergan yang sedari tadi diam, menarik lagi kedua telinga Jarrel dan Cakra. Dua anak itu memang suka mengganggu Pangeran saat mau balapan. Jika di Savero, Zergan ini sosok ayah yang tegas, sedangkan sang ketua sosok daddy cerewet tapi perhatian.
"Anying, Zer elah hobi banget jewer gue," ringis Cakra.
"Bang udah bang." Mohon Jarrel dramatis.
Pangeran mengacungkan jempolnya. "Good job."
Seseorang mulai maju di antara motor Pangeran dan Melvin. Mengangkat sebuah bendera menandakan balapan akan segera dimulai.
Terdengar suara hitungan mulai dari angka tiga, menandakan balapan yang di atur oleh musuh Savero telah dimulai. Intinya gini, setiap geng atau kawanan yang menantang dan mau nambah rival dengan Savero, maka siap-siap saja mereka menyiapkan semua sesuai dengan tantangannya. Satu lagi persiapan untuk mereka, kekalahan.