Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 34
Pram dan Dania tiba di mall yang cukup besar, selama memasuki mall, tangan Dania tak pernah lepas dari genggaman tangan Pram. Pram dan Dania mulai memasuki sebuah butik ternama di mall itu. Dania mulai memilih gaun yang sesuai untuknya. Sebenarnya Dania sangat enggan, namun Pram terus memaksanya. Bahkan Pram memerintahkan seorang karyawan toko untuk membawakan gaun terbaru keluaran butik ini.
Dania semakin bingung dengan banyaknya gaun di hadapan.
" Mas, aku semakin bingung."
Ucapnya setelah lelah melihat dan menimbang gaun yang pas di tubuhnya.
" Kenapa bingung, kalau kamu mau, kamu bisa ambil semua."
" Haaahh...Gilak aja. Emangnya mas kira, aku mau buka butik. "
" Dari pada kamu bingung kan??"
Dania memutar matanya malas. Berhadapan dengan Pram membuat Dania enggan berdebat. Akhirnya Pram yang memilihkan Dania sebuah gaun berwarna maroon. Dengan potongan dada yang sedikit rendah. Dania membulatkan matanya saat Pram memilih gaun itu. Tapi Pram bukanlah orang yang bisa di bantah.
Setelah membayar gaun itu, Dania pun di ajak Pram untuk makan siang. Karena sebenarnya Pram yang belum mengisi perutnya. Sebuah restoran masakan Sunda menjadi pilihan Pram siang itu. Setelah memesan makanan, Pram pun menelisik wajah Dania.
" Cantik.."
Dania yang mendengar perkataan Pram menoleh.
" Apa mas?"
" Gak apa, emangnya kenapa?"
Dania menggelengkan kepalanya. Tak lama, pelayan pun datang menghidangkan pesanan mereka. Dania dan Pram makan dengan tenang, sesekali Pram menyuapkan makanannya ke mulut Dania.
" Mas, aku udah kenyang."
" Makan, kamu terlalu kurus. Aku gak mau, di kira orang aku gak ngasi kamu makan. Masa pria setampan aku, punya istri kurus kayak kamu."
Dania mencebik kan bibirnya. Ucapan Pram membuat Dania memancungkan bibirnya.
" Bibir kamu, mau aku cium disini?"
" Ish... apa an sih, Mas. Gak usah aneh-aneh, ya?"
" Makanya bibirnya jangan di monyongin gitu. "
Dania semakin kesal dengan Pram. Tapi Pram tak peduli, Dania yang sudah menyelesaikan makannya pun menatap ke arah luar. Pram pun mengakhiri makan siangnya, setelah duduk sejenak, Pram dan Dania pun keluar dari restoran itu.
Dan lagi-lagi tangan Dania di genggam oleh Pram.
" Mas, aku bisa jalan sendiri. Lepasin pegangannya."
" Gak, nanti kamu hilang."
" Emang aku anak kucing apa? Sampai aku bisa ngilang disini."
Jawab Dania sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift. Lift yang hanya berisi mereka itu pun, menjadi saksi Pram kembali mencuri ciuman di bibir Dania.
" Makanya jangan ngoceh terus."
Dania menundukkan wajahnya, sudah jelas pasti saat ini wajahnya Semerah tomat.
" Masih mau lepasin tangan aku?"
Dania menggeleng, dan membuat Pram tersenyum. Mereka keluar dari dalam lift, dan Dania masih menundukkan wajahnya. Rasanya saat ini Dania ingin masuk ke lubang semut aja. Sangat malu, apalagi Pram menciumnya di dalam Lift, yang jelas-jelas ada kamera pengawasnya.
Pram membawa Dania masuk ke sebuah toko perhiasan. Pram meminta manager toko memperlihatkan koleksi terbaru di toko itu. Dania hanya melihat tanpa bertanya.
" Woow, mas Pram membelikan mbak Chelsea seperangkat perhiasan mewah. Sepertinya Mbak Chelsea itu memang istimewa untuk Mas Pram. Batin Dania.
Saat Pram masih memilih, Pram melirik sekilas Dania yang hanya memainkan ponselnya. Lalu meminta manager toko itu membungkus tiga set perhiasan bertahta berlian itu. Mata Dania membulat melihat hadiah yang akan di berikan Pram pada Chelsea.
" Horang kaya mah bebas..." Batinnya lagi.
" Kamu masih mau disini, atau mau pulang atau kamu mau..."
" Pulang..."
Jawab Dania cepat dan keluar melenggang dari toko. Sedangkan perhiasaan yang di minta oleh Pram nantinya akan di kirim langsung ke rumah. Melihat Dania pergi dengan cepat membuat Pram menggelengkan kepalanya.
Hampir sore, akhirnya Dania dan Pram tiba di rumah. Cilla sudah menunggu kehadiran kedua orang itu. Saat Dania keluar dari mobil, Cilla dengan cepat berlari ke arahnya. Membuat Dania berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka.
" Bunda..."
" Hai, Sayangnya Bunda. Duh, udah cantik dan wangi. Yuk kita masuk."
Cilla dan Dania masuk ke dalam rumah. Diikuti Pram di belakangnya, sedangkan Mbok Sri merapikan mainan yang di bawa Cilla untuk menunggu kedua orang tua nya.
" Sore, Mi."
" Sore Sayang. Gimana dapat gaunnya?"
" Dapat, Mi."
Bukan Dania yang menjawab, melainkan Pram. Pram menjawab sambil menunjukkan sebuah paper bag di tangannya.
" Yaudah, sekarang kalian bersih-bersih. Mami lagi bantuin Mbak Ratih siapin bahan untuk makan malam."
Dania langsung meletakkan tas nya di kursi. Dan melangkah ke dapur.
" Biar Dania aja , Mi. Mami tunggu disana aja."
Fatma pun mengangguk, sedangkan Pram menggeleng melihat Dania. Pram melangkahkan kakinya menuju tangga setelah sebelumnya mengambil tas Dania yang tergeletak begitu saja.
Pram membawa tas dan juga paper bag menuju kamar mereka. Tas dan paper bag itu di letakkan diatas ranjang. Pram membersihkan diri, dan saat Pram membersihkan diri, Dania masuk ke kamar dan menyimpan pakaian yang akan di pakai oleh Pram di atas ranjang. Dan setelah itu, Dania kembali ke dapur.
Pram yang melihat pakaiannya sudah tersedia tersenyum simpul. Entah mengapa, saat ini Pram merasa senang, setiap kali Dania menyiapkan sesuatu yang berhubungan dengan dirinya. Walau itu adalah hal yang kecil dan bukan hal yang istimewa.
" Sadar Pram. Bisa di kira gila kalau kamu senyum-senyum sendiri terus menerus."
Ucap Pram sambil menggunakan pakaian. Pram pun turun setelah dirinya sudah rapi. Pram duduk di meja makan yang menghadap ke dapur. Dania yang melihat Pram pun langsung menawarkan minuman padanya.
" Mas mau teh? Atau kopi?"
" Kopi aja, Dan."
Dania pun membuatkan kopi untuk Pram. Meletakkannya di depan Pram, lalu melanjutkan masak untuk makan malam mereka. Tak lama Dania kembali membuka lemari pendingin, Dania mengambil jamur dan juga ayam.
" Kamu mau buat apa, Dan?"
" Aku mau masakin Cilla sup ayam jamur. Kayaknya cocok untuk cuaca saat ini. Cilla juga suka banget sama sup itu."
Pram mengangguk, lalu tak lama Cilla datang berlari.ke arah Pram.
" Hati- hati, Sayang. Nanti jatuh."
Pram segera mengambil Cilla dan mendudukkannya di sebelah Pram.
" Bunda, Cilla gambar ini."
Cilla menunjukkan sebuah gambar pada Dania. Dania yang melihat Cilla menggambar sebuah bunga pun bertepuk tangan.
" Waahh...hebatnya anak Bunda. Sekarang Cilla warnai ya gambarnya."
Cilla mengangguk, lalu mengambil crayon yang tersedia disana. Cilla terus mewarnai dan Pram sesekali melihat ke arah Dania dan juga Cilla. Cilla yang ada di sebelah nya dan juga Dania yang ada di hadapannya.
Fatma yang melihat dari lantai dua rumahnya pun tersenyum. Bahkan setetes kristal jatuh dari matanya.
" Papi benar, Dania adalah wanita yang tepat untuk Pram dan Cilla."
semoga ceritanya tidak mengecewakan