"Ah...ini di kantor! Bagaimana jika ada yang tau! Kalau istrimu---" Suara laknat seorang karyawati bernama Soraya.
"Stt! Tidak akan ada yang tau. Istriku cuma sampah yang bahkan tidak perlu diingat." Bisik Heru yang telah tidak berpakaian.
Binara Mahendra, atau biasa dipanggil Bima, melihat segalanya. Mengintip dari celah pintu. Jemari tangannya mengepal.
Namun perlahan wajahnya tersenyum. Mengetahui perselingkuhan dari suami mantan kekasihnya.
"Sampah mu, adalah harta bagiku..." Gumam Bima menyeringai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Mertua Tersayang
Restauran yang cukup terkenal. Makanan di tempat ini tentu saja bernilai tinggi.
Memakai pakaian terbaiknya, berusaha terlihat berkelas. Lagipula putranya saat ini seorang manager bukan? Sebagai ibu dari anak yang membanggakan, dirinya harus tampil maksimal.
"Apa enak?" Tanya Heru.
"Enak, tapi dagingnya kurang matang. Boleh ibu pesan nasinya?" Sutini bertanya pada putranya. Membuat Heru menghela napas kasar.
"Dagingnya memang tingkat kematangan soft. Dan nasi? Mana ada orang yang makan steak pakai nasi." Pemuda yang berusaha tersenyum benar-benar berusaha. Tidak ingin citranya hancur di depan pacar tersayang.
"Ibu, sebenarnya hari ini aku ingin memperkenalkan ibu dengan seseorang." Lanjut Heru, membuat Sutini tertegun, menghentikan gerakan tangannya.
"Siapa?" Tanya Sutini menelan ludah, memiliki firasat tidak enak.
"Ada...tapi nanti ibu harus jaga sikap didepannya. Dia orang yang berharga untukku." Heru tertunduk tersenyum-senyum sendiri.
Benar kan! Firasat perselingkuhan menyengat. Sutini menelan ludahnya, berharap menantunya tersayang tidak digantikan.
Dan benar saja, seorang wanita cantik, dengan bentuk tubuh bak gitar spanyol. Pakaian berwarna merah menantang, rambut bergelombang indah seperti... tsunami?
Sudahlah...
"Hai tan..." Soraya tersenyum, Heru menyambutnya. Memeluk Soraya, mencium pipi kanan dan pipi kirinya. Kemudian duduk di dekat Heru.
"Ibu perkenalkan ini Soraya. Soraya, perkenalkan ini ibuku." Pemuda yang memperkenalkan Soraya penuh kebanggaan. Mengingat dari sudut mana pun pacarnya sempurna maksimal. Dibandingkan dengan istrinya yang begitu... minimal?
"Soraya..." Soraya mengulurkan tangannya. Sedangkan Sutini dengan ragu membalasnya.
Walaupun mulut menantunya tersayang jika sudah marah seperti setan. Tapi saat Sutini sakit, Dira yang menjaganya, bahkan mengurusnya lebih dari yang Heru lakukan.
Menelan ludah, super woman yang dapat melakukan segala pekerjaan itulah Dira. Walaupun mulutnya kasar, tapi hatinya bak malaikat.
"Ja...jangan bilang." Sutini terbata-bata berharap ini tidak terjadi. Membalas uluran tangan Soraya, kemudian menarik tangannya sendiri.
"Ibu... sebenarnya setahun ini aku menjalin hubungan dengan Soraya. A...aku mencintainya. Dia wanita yang sempurna, bahkan penghasilannya lebih besar dari Dira." Ucap Heru bersungguh-sungguh.
Ibunya akan mendukung bukan? Dari atas sampai bawah, tidak ada yang kurang dari Soraya. Sudah pasti ibunya akan menjadi pemuja Soraya.
Tapi.
Srash!
"Kamu selingkuh!?" Teriak Sutini tiba-tiba murka, menyiram kemudian menjambak rambut putranya.
"I...ibu, Soraya wanita karier, gajinya lebih dari lima juta sebulan. Dia juga---"
"Selama Dira bekerja, aku yang menjaga Pino. Jika kamu berani bercerai, maka Dira akan membawa Pino! Aku tidak rela!" Serangan dari seorang nenek yang mengasuh cucunya dari berumur 2 tahun hingga saat ini. Walaupun digaji 900.000 oleh menantunya sendiri.
"Ta... Tante, aku mencintai Heru. Kami cepat atau lambat akan memiliki anak sendiri." Soraya benar-benar berusaha tersenyum. Benar-benar berusaha, total 6 juta uang yang diberikan Heru setiap bulan pada dirinya. Ditambah dengan hadiah, serta jalan-jalan setiap akhir pekan.
Tentu saja dirinya tidak ingin kehilangan Heru.
"Ibu tenang! Ini memalukan!" Heru pada akhirnya membentak ibunya. Sedangkan Sutini hanya merungut, melihat ke arah lain.
Menantunya tersayang yang malang. 8 tahun pernikahan, sudah benar-benar bersabar. Dari Heru kuliah tidak mendapatkan nafkah sebagaimana mestinya. Hingga sang suami menjadi manager. Malah berakhir diselingkuhi.
"Pokoknya ibu tidak setuju! Dimana lagi ibu mendapatkan menantu seperti Dira." Geram Sutini.
"Ibu setiap malam selalu mengeluh mulutnya seperti setan." Heru menghela napas tidak mengerti tentang ibunya.
"Walaupun kami selalu bertengkar. Kami saling sayang!" Ucap Sutini masih saja tidak mau melihat ke arah putranya.
"Ibu, aku menikah dengan Dira, karena ibu dan ibunya Dira menjodohkan kami. Dan sekarang aku menemukan cinta sejati ku...Soraya..." Ucap Heru memegang jemari tangan Soraya.
Pasangan yang saling menatap, penuh rasa cinta, bagaikan cinta setegar batu karang. Dimana tahi kucing rasa coklat. Walaupun... penulis pun tidak tahu dimana letak enaknya tahi kucing. Mungkin Soraya dan Heru pernah memakan tahi kucing? Entahlah...yang jelas pasangan ini saling mencintai.
Tidak ada jawaban dari Sutini. Dirinya mungkin bagaikan antagonis di kehidupan putranya. Menghela napas, hanya dapat berharap Heru mengakhiri hubungan terlarangnya.
Seseorang turun dari lantai dua. Tersenyum mengantarkan kepergian dua orang warga negara asing. Mungkin merupakan salah satu partner bisnis sampingannya.
Menghela napas, tapi hanya sejenak mengerutkan keningnya. Menelan ludah, Bima menggeleng. Menatap ke arah Heru, seorang wanita paruh baya dan seorang wanita dengan pakaian berkelas yang duduk memunggunginya.
"Dia sudah menjadi istri orang lain..." Gumamnya, mengira Heru tengah malam malam dengan Dira.
Bima hanya menginginkan kebahagiaan mantan kekasihnya. Bahkan Bima-lah yang menaikkan jabatan Heru. Laporan yang amburadul, pemuda itu yang lembur memperbaikinya.
Harapannya hanya satu, Dira dapat hidup berkecukupan. Karena hal itu tidak dapat diberikan Bima di masa menjadi kekasihnya dulu. Hal yang membuat Bima memutuskan hubungannya dengan Dira dengan alasan sudah bosan.
Padahal aslinya, tidak ingin kekasihnya ikut dikejar penagih hutang. Walaupun orang tua Dira juga tidak setuju saat itu, dengan alasan Dira telah dijodohkan dengan pria yang lebih baik.
Bima hanya terdiam, mengira itu adalah Dira.
Hingga.
Kala Soraya sedikit menoleh ke samping, wajah wanita itu terlihat.
"Suami setan!" Gumam Bima mengepalkan tangannya. Menahan amarah, melangkah mendekati meja tempat Heru berada saat ini, menyadari bukan Dira yang tengah makan malam dengan Heru.
"Pa...pak Bima?" Heru tersenyum canggung melihat ke arah atasannya.
"Pak Bima, sedang apa disini?" Soraya menyelipkan anak rambut di telinganya sendiri. Bagaimana pun Binara Mahendra merupakan atasan yang paling keren. Paling kaya, sekaligus paling cuek.
"Boleh aku bergabung?" Tanya Bima berusaha tidak marah. Padahal hatinya mendidih, dirinya dulu sering makan bakso semangkok berdua dengan Dira, saking miskinnya. Tapi, suami Dira saat ini malah makan malam di restauran mewah dengan selingkuhannya?
"Aku ingin mencekik mu!" Teriak Bima dalam hatinya.
"Tentu saja!" Soraya menarikkan kursi untuk Bima.
Bersamaan dengan itu seorang pelayan memberikan daftar menu pada Bima. Atasan yang aneh, hanya memesan minuman tanpa makanan.
"Dimana istri dan anakmu? Ini hari gajian, tidak keluar bersama mereka?" Pertanyaan yang begitu ringan dari Bima penuh dengan senyuman tulus.
Heru tertunduk sejenak, menelan ludahnya."I..itu..."
"Anaknya Heru sakit! Istrinya sedang menjaganya di rumah." Alasan yang diberikan Soraya, benar-benar cepat.
"Begitu?" Bima meminum sedikit jus di hadapannya."Jika aku mempunyai istri dan anak, kemudian anakku sakit. Aku akan meminta istriku beristirahat, sementara aku menggantikannya menjaga anak kami."
Sebuah kalimat yang berarti, mampus! Orang yang paling membelanya di kantor terlihat tidak senang.
"Hanya flu, istriku sering tidak percaya diri dengan penampilannya. Karena itu---" Kalimat Heru disela.
"Bukankah aku menyuruhmu membahagiakan istrimu? Lalu apa yang kamu lakukan disini. Mau mati!?" Pertanyaan dari Bima seketika membuat nyali Heru ciut.
"Ma... maaf! Maaf! Aku akan pulang!" Heru segera pergi menarik tangan ibunya. Diikuti oleh Soraya.
Tujuannya? Tentu saja setelah mengantar Sutini pulang. Dirinya akan menginap di hotel berbintang bersama Soraya. Menunjukkan betapa kuat cinta mereka.
Sedangkan Bima, masih duduk di kursi meja restauran."Pria sial..." umpatnya.