Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri yang saling dijodohkan oleh kedua orang tuanya dari kecil. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin. Namun Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Akankah Airin sanggup bertahan selamanya? Ataukah Assandi akan luluh bersama Airin? Atau malah rumah tangga mereka akan retak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
Airin terengah-engah sesampainya di rumah. Dia membuka pelan pintu gerbang dengan tubuh basah kuyup.
Kakinya gemetar untuk berjalan dan tangannya menggigil memeluk tubuhnya yang kedinginan.
Di dalam rumah mama mertuanya sudah berkacak pinggang melotot melihatnya.
"Darimana saja kamu!!! Jam segini baru pulang!!!" Teriak Rosalina Mama mertuanya.
Airin tersentak mendengar suara Rosalina yang menggelegar memenuhi ruang tamu.
Semua keluarga di rumah itu berjalan keluar menuju mereka yang masih saling menatap.
"Ada apa sih ma marah-marah." Sahut Fandi Ayah mertua Airin.
Fandi melihat tubuh Airin basah kuyup dan kaki terluka. Dia menggeleng pelan menghampiri mereka.
"Kamu kenapa bisa seperti itu? Apa kamu tidak bisa naik bus?" Tanya Fandi.
Airin menggeleng pelan mengatur tubuhnya yang kedinginan.
"Ma-maaf ma, pa, sa-saya ter-lambat pu-pulang." Jawab Airin menggigil.
"Pasti kamu keluyuran kan!! Dasar perempuan tidak tau diri. Sudah ditampung disini malah seenaknya saja keluyuran di luar."
"Eng-enggak ma, sa-saya tidak ber-main. Sa-saya, me-nunggu bus ti-tidak ada."
"Halah alasan!!!"
"Ada apa sih ma?" Tanya Assandi yang baru turun dari kamarnya.
Airin menatap Assandi sendu, dia dari tadi menghubungi suaminya itu tapi tidak dijawab.
Sekarang suaminya sudah bersih dan rapi di rumah. Sedangkan dia harus berjuang kehujanan untuk sampai ke rumah.
Mata Airin dan Assandi saling bertemu, mereka menatap cukup lama sebelum Assandi berjalan menuju dapur untuk minum.
"Sudahlah, kamu sekarang bersih-bersih. Setelah itu segera buatkan makanan untuk kami." Ucap Fandi.
Airin mengangguk lemas dan berjalan gontai menuju kamarnya.
Dia berjalan dengan salah satu kaki diseret karena sakit akibat tertimpa ranting pohon.
Assandi bisa melihat Airin yang berjalan menyeret kakinya. Dia menatap kaki istrinya itu penuh luka lebam dan bekas darah.
Dahinya mengeryit bingung kenapa kaki Airin bisa sampai seperti itu.
Airin masuk ke kamar mandi dengan tubuh lemas. Saat ini dirinya ingin sekali mandi dengan air hangat.
Tetapi kamar mandi di kamarnya tidak terdapat saluran air hangat.
Dia menghela napas lelah, terpaksa dirinya harus mandi dengan air dingin.
"Awww, sakit banget." Rintihnya saat air membasahi kakinya.
Dia mengusap pelan luka di kakinya. Hampir satu jam dia membersihkan diri dan berdandan.
Kini saatnya dia keluar kamar untuk membuatkan makanan keluarganya.
Disana dia bisa melihat semua orang sudah berkumpul di meja makan dengan menatap ponselnya masing-masing.
Airin berjalan melewatinya untuk segera menuju dapur. Dia membuka kulkas mengambil semua bahan makanan.
Semua bahan sudah habis, tinggal ini saja. Besok aku masih sekolah untuk pergi ke pasar. - Batinnya.
Airin menghela napas bingung, dia harus bagaimana besok untuk membeli bahan-bahan makanan.
Karena pasar tradisional dari rumahnya sangatlah jauh. Belum juga dia harus pergi ke sekolah yang jaraknya tidak searah dengan pasar.
"Lama banget sih!!! Udah lapar ini aku." Teriak Dania adik iparnya.
Airin berdiri menatap mereka yang sudah memasang wajah marah.
Perasaannya merasa tidak nyaman jika mereka sudah menatapnya seperti itu.
"Ba-baik, saya akan memasaknya." Jawab Airin buru-buru.
Dia kemudian segera menyalakan kompor dan menyiapkan peralatan masak.
Airin dengan lihai memulai masak sangat cepat. Karena ini sudah menjadi makanannya setiap hari.
Yang harus menyiapkan untuk satu keluarga. Bahkan dirinya sendiri makan terakhir setelah mereka semua selesai makan.
"Hah, males banget kelamaan. Aku mau pesen online aja." Ujar Dania berjalan meninggalkan meja makan.
Begitu juga Rosalina mama mertuanya yang berdiri meninggalkan meja makan.
"Sama, mending mama pesan makanan restauran enak-enak." Ketusnya.
Airin menunduk sedih menatap masakanannya. Dia sudah hampir selesai menyiapkan makanan.
Tetapi anggota keluarga mertuanya malah pergi satu persatu meninggalkannya.
Tanpa sedikitpun menghargai usahanya untuk memasak makan malam.
Airin menarik napas pelan menetralkan degup jantungnya yang kencang.
Dia merasa sakit mendengar ucapan dari mereka. Tapi sebisa mungkin dia akan menahan rasa sakit ini untuk membalas kebaikan kakek Assandi.
Airin berjalan menuju meja makan yang hanya tersisa Assandi yang sedang membaca buku.
Hati Airin sangat deg-deggan jika berdekatan dengan suaminya ini.
"Mas, ini makanannya."
Airin menata semua makanan di atas meja. Dia juga mengambil satu piring untuk diberikan kepada Assandi.
Tetapi laki-laki itu hanya diam tidak menatap Airin sama sekali.
Bahkan dirinya juga tidak menghiraukan sepiring makanan yang sudah disiapkan oleh Airin.
"Mas makan dulu, nanti keburu dingin."
Assandi tetap tidak menjawabnya, dia masih sibuk dengan buku pelajaran sains yang ada di depannya.
Airin menghela napas pelan, dia menyentuh lembut tangan Assandi.
Tapi...
Perbuatan baiknya itu ditepis mentah-mentah oleh Assandi. Dia sangat terkejut dengan tingkah suaminya.
Tangannya merasa sakit karena tepisan dari Assandi yang cukup kasar.
"Ma-maaf mas, ini makanan mas. Saya hanya ingin memberikan ini."
Mata Assandi menatap tajam ke arahnya. Membuat Airin menciut ketakutan tidak bisa berkutik sama sekali.
Dia menunduk lemas menahan perasaannya yang sangat kacau.
"Jangan coba-coba menyentuhku. Paham!!!" Bentak Assandi.
Airin kaget dengan suara bentakan suaminya itu. Ini pertama kalinya Assandi berbicara dengannya setelah pernikahan mereka.
Karena selama bertemu pertama kali dia tidak pernah bicara sekalipun dengannya.
Bahkan tersenyum pun tidak pernah ditujukan kepadanya.
Airin merasa dirinya sangat hina dimata Assandi. Karena sama sekali tidak pernah disentuhnya setelah pernikahan.
Bahkan Airin ingin masuk ke dalam kamar Assandi tidak bisa.
Karena laki-laki itu menguncinya dari luar agar Airin tidak bisa masuk.
Maka dari itu dia tidak pernah tahu apa isi di dalam kamar Assandi.
Sekarang, Airin hanya bisa diam menangis menatap punggung Assandi yang sudah menaiki tangga.
Sama seperti biasanya, dirinya hanya sendiri dengan kehampaan di hidupnya.
Airin mencoba berdiri memunguti semua makanan di meja untuk dimasukkan ke dalam kulkas.
Dia terpejam meratapi semua masakan yang telah dia buat masih utuh tidak ada yang menyentuh.
Padahal dirinya sudah sekuat tenaga menahan sakit disekujur tubuhnya untuk bisa segera memasak.
Tapi sekarang, semua orang tidak peduli dengan keadaannya. Bahkan hasil masakannya pun tidak ada yang menghargai.
Airin terisak pelan meratapi hidupnya yang semakin pedih.
Dia tidak menyangka jika pernikahan yang dia impikan ternyata membuat hidupnya menderita.
"Hiks, hiks, aku bahkan tidak pernah sedikitpun ingin menyakiti seseorang. Tapi kenapa semua orang menyakitiku. Hiks, hiks."
Tubuhnya ambruk bersandar pada pintu kulkas. Dia masih terus terisak melepaskan semua perih di hatinya.
"Sampai kapan semua ini akan seperti ini. Apakah aku bisa terus kuat bertahan disini? Hiks, hiks."
Tangannya mengusap pipinya yang sudah basah, matanya sangat sembab akibat menangis.
Tubuhnya terasa sakit dan pegal-pegal semua. Tangannya pun bergetar hebat karena menahan rasa sakit itu.
Dia mencoba berjalan menuju kamarnya, ingin merebahkan diri di tempat tidur.
Kerena kelelahan dia akhirnya terlelap seketika hingga lupa menutup pintu kamarnya.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.
The Best 👍