[Complete] Diantara dua desa, ada sebuah hutan yang berada ditengah kedua desa tersebut, konon jika mendengar suara gamelan maka dialam gaib lain sedang ada pesta hajat.
Suaranya begitu membuat merinding sampai membuat tidur kadang terbangun karena bercampur dengan suara lolongan anjing hutan.
Menurut warga desa sekitar saat ditanya mengenai suara gamelan tengah malam, dikira dari desa sebelah, desa sebelah mengira sebaliknya.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Ikuti kisahnya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan/Pembukaan
Langit siang tanpak biru, cerah siang ini membawa sekumpulan bocah berempat berkumpul dihalaman rumah Yono, sebuah rencana besar sudah didepan mata. Rasa menggebu-gebu untuk ngebolang kesuatu tempat tujuan selama ini.
Yono sebagai pemandu karena lebih tahu tempat tujuannya. Akhirnya berjalan bersama melewati pemukiman desa, melewati jembatan, sawah hingga sampai ke ladang milik keluarga Yono yang sudah lama tidak terurus.
Dimata Arhan kala itu diluar ekspektasi.
Keempat Bocah itu berdiri berjejer melihat ladang yang penuh rumput lumayan tinggi. Sungguh apa yang akan dicari disini. Suasananya kini berubah menjadi aneh dan merinding.
"Kau yakin ini ladangnya. Bukannya banyak yang ditanam oleh Bapakmu." Ungkap Obi yang terheran-heran melihat ladang dihadapannya
"Tenang, kita lihat ada apa dibalik rerimbunan ladang ini." Senyum Yono, perkataannya mencoba meyakinkan sahabatnya itu. "Ikuti aku." Yono berjalan memasuki rimbunan alas itu.
Ketiga sahabat mengikuti Yono dari belakang.
Berjalan setapak demi setapak masuk kedalam, semakin kedalam mulai banyak nyamuk mengigit kulit tubuh bikin gatal, terasa lembab.
Sampailah pada titik yang dimaksud Yono, sebuah gubuk tak terurus milik saudara Yono. Mereka istirahat didepan teras gubuk sambil garuk-garuk karena digigit nyamuk alas.
Saat duduk, Arhan mulai bercerita tentang kejadian yang dialaminya kemarin. "Kalian tau, aku kemarin ketemu ular hitam melingkar saat nemenin Bang Hasan cari rumput."
Ketiga sahabatnya mendengar hal itu langsung kaget.
Si Toni nyeletuk "Kena sial kau sebentar lagi. Kata Mbah Buyutku kalo lihat ular Ireng itu pertanda nggak baik." Celotehan Toni membuat Muka Arhan berubah sedikit panik dan takut.
"Huss. Ngomong apa si Ton. Jangan aneh-aneh disini." Odi menepis perkataan Toni.
"Udah. Kalian ngomong Mulu. Aku kebelet kencing nih. Aku kencing dulu." Ucap Yono. Yono lekas pergi ke belakang gubuk.
"Jangan kencing sembarangan, izin dulu sama doa." Ucap Odi dengan suara keras pada Yono.
Sementara saat Yono tidak ada dilokasi, Toni mendekati pintu gubuk yang terkunci. Toni tipe anak yang mudah penasaran dan ingin mengetahui hal yang baru. Toni berusaha membuka gembok itu dengan mengoyaknya.
"Kau mau apa Toni. Jangan Macam-macam." Ungkap Arhan.
"Udah diem aja, mumpung Yono nggak ada." Dipukulnya gembok itu pake batu dibawah pintu hingga terlepas dan terbuka.
Seketika debu melayang terkena angin dan hembusan angin membawa bau tak sedap keluar dari dalam gubuk. Baunya anyir dan seperti bangkai.
Toni muntah-muntah, Obi juga muntah-muntah. Ketiganya mengindari gubuk dan menjauh.
Seketika saat Yono kembali, Yono kaget dan Panik. "Apa-apaan ini. Siapa yang buka pintu gubuknya." Yono melotot tak terima, ada sesuatu yang belum Yono kasih tau mengenai larangan ditempat ini.
"Si Toni yang Buka." Ungkap kompak bareng Arhan dan Obi.
Waktu itu menunjukan pukul tiga sore, sudah mulai masuk ke sendakala. Karena Toni yang membuka pintu itu, ia mendekati pintu dan akan menutupnya kembali.
"Jangan, biarkan saja. Sini merapat." Ucap Yono.
Ke empat Bocah merapat. Lalu Yono memberitahu sesuatu hal penting.
"Kata Budeku, jangan sesekali membuka pintu gubuk ini. Nanti.....Boong." Yono ketawa cekikikan karena sudah berhasil membuat teman-temannya ketakutan.
"Ah kau, aku takut sekali Yon." Ungkap Toni yang sudah gemetar tubuhnya.
Obi dan Arhan mukanya mulai kesal karena ulah Yono.
"Udah ayok ikuti aku ketempat berikutnya, danau buatan pasti seru." Senyum Yono.
Lalu keempat bocah itu berjalan bersama kembali menuju ke tempat berikutnya.
Sesampainya ke Danau Buatan yang dulunya tambang pasir putih, tapi sekarang sudah distop oleh pemerintah karena merusak lingkungan hidup dan sekitar desa. Dulu banyak demo membuat kerusuhan agar proyek tambang pasir berhenti. Akhirnya berhenti juga dan banyak danau buatan jadi tempat untuk liburan dan mandi.
Pemandangan danau yang indah sudah didepan mata. Perjalanan jauh ini mereka lalui pertama kali menginjak tempat ini. Suasana begitu tenang, keempat bocah itu akhirnya mandi bersama untuk melepas lelah.
Sudah menunjukan pukul setengah lima sore, hari mulai senja kekuningan. Saatnya untuk pulang.
Sambil mengambil pakaian dan dipakai kembali. Arhan bertanya?
"Kita pulang lewat jalan yang tadi?"
"Tenang, kita lewat jalan tembusan kuburan, ya walau menyeramkan tapi cepat sampai." Ucap Yono.
Saat sudah selesai pakai pakaian. Saatnya mereka kembali berjalan cepat menembus jalan ke arah kuburan. Namun tiba-tiba Toni yang berada diurutan paling belakang merasa merinding dan merasa ada yang mengikuti mulai teriak ketakutan. Semua berlari pontang panting dengan teriakan juga. Panik.
Hingga tembuslah ke kuburan, keempat bocah itu lega bisa keluar dengan aman dan bertemu juru kunci penjaga kuburan ini Mbah Siman.
"Ngapain kalian disini, darimana kalian." Tanya Mbah Siman.
"Kami dari kebon Yono Mbah." Jawab Arhan.
"Macam-macam kalian. Langsung pulang sekarang. Nggak baik ketempat seperti itu." Mbah Siman mulai murka.
"Arhan kamu tadi dicari Abangmu. Kamu bohong sama Abang dan Ibumu. Kalian juga semua bohong." Tatapan mata Mbah Siman mulai sedikit melotot. Membuat keempat bocah itu ketakutan.
Keempat bocah itu berjalan cepat untuk pulang.
Sementara Mbah Siman melihat kearah jalan rerimbunan yang dilewati oleh bocah nakal itu. Merasa melihat sesuatu yang aneh. Namun Mbah Siman menghiraukannya.
-
Arhan sesampainya dirumah, sudah dihadang abangnya didepan pintu, wajahnya menyimpan begitu banyak pertanyaan.
"Darimana aja kamu. Nggak kasian sama Ibu sama Bapak cari-cari kamu." Mulai kesal, nada agak meninggi.
"Aku main ke tempat Yono." Arhan mulai makin berbohong.
"Bohong kamu, aku cek ke rumah Yono nggak ada kalian." Ungkap kesal Hasan pada adiknya.
"Kami ke sekolah, main disana." Arhan Makin mengelak.
"Aku juga cek kesana nggak ada. Pembohong. Ini kamu ikut-ikut mereka jadi nakal." Hasan mematahkan elakan Arhan.
Arhan sudah habis kebohongannya dan tidak bisa berkutik.
"Kenapa dirimu bau bunga Kamboja, kamu dari hutan sana. Kamu ngebolang. Abang sudah bilang jangan main sembarangan disana. BAHAYA." Hasan mulai meninggi nadanya dan memarahi adiknya.
Bapak dan Ibunya baru pulang dari mencari Arhan. Ibunya memeluk Arhan dan berkata "Gusti Allah Le, kemana aja kamu, Ibu Bapak, kakakmu mencarimu kemana-mana." Lalu Ibu membawa Arhan ke kamar mandi untuk dimandikan.
"Le, bukan salahmu, memang adikmu yang susah diatur." Bapak menepuk pundak Hasan yang merasa kesal dan bersalah.
Hasan menghela nafas agar lebih tenang dan bisa berfikir jernih.
-
Sore semakin datang berganti gelap, suasana kampung mulai sepi dan semuanya berada dirumah untuk istirahat dan berkumpul dengan keluarga.
Sementara Hasan masuk ke kamar Arhan dan melihat adiknya sedang terlelap tidur setelah solat Magrib. Terlihat lelah karena ngebolang entah kemana. Hasan lalu berjalan masuk ke kamarnya juga untuk istirahat.
-
...Sementara disisi lain, disuatu tempat yang jauh yaitu gubuk yang dibuka oleh Toni pintunya terbuka lalu tertutup kembali, bunyinya sangat keras. Terasa ada yang tidak terima atas kunjungan yang tak diundang....
-