Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Tok
Tok
Tok
"Siapa pagi-pagi ke sini?"
Zara segera mematikan kompornya dan segera menuju ke pintu untuk melihat siapa tamu yang pagi-pagi sudah datang ke rumah kontrakannya.
Ceklek!
"Siapa ya?" tanya Zara saat melihat sosok pria yang tidak dia kenal.
"Selamat pagi mbak Zara, saya Dion, saya asisten pribadi dari mas Aven. Saya datang untuk menjemput mbak berangkat ke kantor bersama mas Aven," ucap lelaki itu dengan sopan.
Hah?
Ucapan lelaki yang mengenalkan dirinya bernama Dion itu membuat Zara terperangah.
Menjemput?
Sepagi ini?
Zara tidak percaya bahkan dirinya saja belum sarapan. Kenapa juga harus menjemput segala. Padahal juga di kantor tidak ada acara yang berlebihan. Nanti juga hanya perkenalan biasa saja. Lagian ini masih jam enam pagi. Astaga....
"Tapi saya masih memasak untuk sarapan. Apakah tidak bisa..."
"Kamu masak apa?" pertanyaan itu bukan berasal dari asisten Dion melainkan dari seseorang yang sudah membuat Zara cukup banyak menghela napasnya sejak pertemuan pertama.
"Bang Aven kenapa sepagi ini... eh...." Zara mundur seketika saat lelaki bernama Aven itu tidak berminat mendengar omelannya. Namun justru langsung masuk ke dalam rumah kontrakannya.
"Rumahmu kecil begini. Lebih baik tinggal di apartemen milikku saja. Di sana kosong tidak ada penghuninya," ujar Aven sambil melihat sekitar yang ada di kontrakan Zara.
Zara tidak menggubris ucapan Aven. Dia justru mempersilakan asisten Dion untuk masuk. Karena Zara tidak mau hanya berduaan saja dengan Aven di rumah kontrakan.
"Bang, saya masih memasak, lagian ini masih pagi sekali, saya ijin meneruskan memasak dulu ya," pamit Zara dengan sopan karena dia tidak mau bersikap aneh di depan orang yang baru dia kenal, seperti Dion.
"Masak apa sih? Kamu bisa memasak sekarang?" tanya Aven yang melangkah menuju ke dapur mini yang ada di rumah kontrakan.
"Bisa lah, jangan meremehkan aku ya," sahut Zara kemudian dia memakai kembali apron yang tadi sempat dia lepaskan.
"Lumayan juga tampaknya. Aku ikut sarapan di sini ya," kata Aven kemudian langsung pergi meninggalkan Zara yang belum sempat membalas perkataannya barusan.
"Eh, apa-apaan sih dia, main perintah seenaknya saja. Astaga belum jadi CEO udah berasa mau naik darah aja diriku," gerutu Zara setelah melihat kelakuan Aven barusan.
......................
Lima belas menit kemudian.
Zara meletakkan nasi dan juga sayur sop yang dia buat. Ada juga tempe goreng, ayam goreng dan juga sambal yang dia buat untuk melengkapi sarapan pagi ini. Sebenarnya dia tidak akan memasak sebanyak ini. Hanya saja permintaan mendadak dari Aven membuat dia memasak berlebih.
"Silakan dinikmati makanannya," ujar Zara mempersilakan Aven dan juga asisten Dion untuk menikmati sarapan hasil masakannya.
"Terimakasih mbak Zara," sahut Dion.
"Zara saja panggilnya," ucap Zara meralat ucapan asisten Dion.
"Oh baiklah Zara," ucap Dion.
"Iya asisten Dion," balas Zara.
"Dion saja, tidak perlu..."
Ekheeeemmm!
Suara deheman membuat perkenalan keduanya terhenti. Dion seketika menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat Aven memberi tatapan tajam kepadanya.
"Kita ini mau sarapan bukan ajang perkenalan," ucap Aven sambil menyodorkan piring kosongnya kepada Zara.
Melihat perlakuan Aven membuat Zara menghela napasnya pelan. Kenapa juga sosok Aven yang sekarang lebih mengenalkan daripada Aven yang dia kenal dulu.
"Pakai sambel kah bang?" tanya Zara saat akan menyendok sambal.
"Iya, yang agak banyak nggak apa-apa," sahut Aven.
Asisten Dion hanya terdiam dan menikmati masakan dari Zara. Ternyata enak juga masakan sekretaris Zara tersebut.
"Bagaimana masakannya?" tanya Zara meminta pendapat.
"Sangat enak Zara..."
Ekheeeemm!
Sikap asisten Dion yang menggebu-gebu seketika menciut saat terdengar kembali peringatan dari Aven.
"Enak," jawab Aven singkat.
Zara tersenyum mendengar jawaban dua orang yang sedang menikmati masakannya tersebut.
Tidak sia-sia dia belajar memasak selama ini. Akhirnya masakannya dipuji juga oleh orang lain.
......................
"Perkenalkan CEO yang baru di perusahaan MH. Dia adalah Mas Aven Maheswara. Beliau lulusan luar negeri dan juga memiliki banyak pengalaman di bidangnya. Selain itu namanya juga sudah masuk ke jajaran pebisnis muda berbakat tahun ini," perkenalan singkat itu membawa kesan tersendiri bagi semua karyawan yang ada di perusahaan MH.
"Selamat pagi semuanya. Saya Aven Maheswara. Mari bersama-sama bekerja untuk membuat MH semakin berjaya, terimakasih."
Itulah sambutan singkat dari seorang CEO baru yang ada di perusahaan MH.
Banyak karyawati yang kepincut akan pesona seorang Aven Maheswara. Selain tampan, pintar dan juga kaya raya. Pesona sang duda itu membuat wanita lajang maupun janda ketar ketir dibuatnya. Penampilannya begitu sempurna. Ketampanan yang luar biasa. Bak seorang pangeran meski dari luar tampak dingin dan datar. Justru pesona itulah yang membuat para wanita jatuh hati dibuatnya.
"Eh, denger-dengar bos seorang duda lho, boleh dong daftar jadi calon istrinya."
"Wah pesona duda emang kagak main-main ya. Ganteng bener."
"Kata raya lagi. Siapa juga yang tidak mau diperistri meski statusnya duda nggak masalah. Apalagi nggak ada anaknya."
Suara-suara mulai terdengar dan membuat Zara yang sejak tadi mendengar mereka menyanjung Aven hanya bisa mencibir. Belum tahu aja mereka gimana mengesalkannya sosok Aven Maheswara.
Setelah acara perkenalan CEO baru selesai. Zara pun berniat akan melangkah ke ruangannya. Namun tanpa sengaja dia melihat Widia yang hari itu bekerja dengan menggunakan syal di lehernya. Tumben banget padahal hari sedang seterik ini kenapa justru pakai syal setebal itu?
"Wid, kamu lagi sakit?"
"Eh..." Widia spontan menoleh saat mendengar suara familiar Zara.
"Ah.... i...iya hanya kurang enak badan saja. Uhuk. uhuk...uhuk," sahut Widia sambil batuk di depan Zara.
"Kenapa kamu nekat masuk kalau emang lagi sakit sih?" tanya Zara merasa kasihan dengan kondisi sahabatnya.
"Aku cuma kecapekan aja kok semalaman harus menjaga saudaraku yang sedang sakit di rumah sakit," kilah Widia dengan tampang sedihnya.
"Kalau kamu memang nggak kuat berkerja. Kamu ijin aja Wid daripada nanti kamu kenapa-napa," ujar Zara tidak tega.
"Ah, nggak apa-apa kok Ra, cuma kecapekan biasa. Besok juga bakalan membaik," balas Widia dengan tersenyum.
"Beneran?" tanya Zara ulang merasa khawatir.
"Bener. Udahlah yuk bekerja lagi. Inget tuh atasan kamu baru. Jangan buat ulah dengan banyak mengobrol. Nanti kita kena SP dari atasan," kata Widia membuat Zara langsung menuju ke ruangannya di atas.
Dia harus segera menemui Aven melaporkan apa yang akan dia lakukan selama satu hari ini.
Setelah kepergian Zara,Widia tampak bernapas lega. Karena Zara tidak curiga sedikitpun kepadanya.
"Yes, aku selamat kali ini."
❤️❤️❤️
TBC