Lanjutan If I Met You First...
- Jessica adalah seorang sarjana sejarah dan harus bekerja di museum New York di bulan Desember dimana semua orang antusias dengan natal. Kedatangan Nick yang seorang pemilik restauran halal untuk menumpang di museum karena lebatnya salju, membuat keduanya menghabiskan malam itu sambil melihat-lihat museum. Hingga Jessica harus mencari artifak yang hilang dan Nick membantunya. Lama-lama keduanya pun jatuh cinta.
- Joy bekerja sebagai konsultan finance ketika hendak ke Washington DC, terjebak dengan salju dan terpaksa tinggal di kota kecil bernama Crystal Valley. Disana joy bertemu dengan Ben, seorang pemilik rumah sakit kecil dan juga toko roti di kota itu. Joy yang tidak bisa kemana-mana, mau tidak mau membantu Ben membuat cookies untuk Natal. Ben pun semakin tertarik dengan Joy tapi saat gadis itu harus kembali ke Washington DC, Ben bisa melihat bahwa dirinya tidak pantas dengan gadis kota yang kaya raya seperti Joy.
7th generation of klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemping
Crystal Valley
Ben kembali ke rumahnya yang menjadi satu dengan toko rotinya. Pria itu melepaskan mantel dan syalnya di capstock, dan mulai membereskan sisa roti yang ada lalu memasukkan ke dalam kotak-kotak. Ben memakai mantel dan syalnya lagi lalu membawa kotak-kotak itu keluar. Ben menaiki motor Vespa nya yang diparkir samping rumah lalu pergi menuju rumah sakit yang berada lima blok dari rumahnya.
Ben memarkirkan motornya dan bergegas masuk ke dalam lobby rumah sakit kecil itu. Suasana tampak lengang apalagi sudah masuk jam sepuluh malam. Crystal Valley termasuk kota kecil yang aman dan cukup lengkap. Mungkin ini seperti hidden gem dimana semua orang mengenal satu sama lain, kota yang lengkap dengan mini market, toko kelontong, kantor polisi, toko game bahkan ada area gym dan lapangan football di SMA crystal Valley.
Seperti berhenti di suatu waktu.
"Malam semuanya," sapa Ben sambil meletakkan kotak-kotak berisikan roti diatas meja resepsionis.
"Malam Ben," balas para suster yang berjaga disana.
"Bagaimana malam ini? Apakah ada pasien baru ?" tanya Ben sambil membuka kotak rotinya.
"Ada beberapa tapi cukup rawat jalan saja kok," jawab dokter Ivan yang keturunan Russia dan baru saja keluar dari ruang prakteknya.
"Aman terkendali kan?" tanya Ben.
"Puji Tuhan aman," senyum dokter Ivan. Pria berusia empat puluhan tahun itu pindah dari Moskow untuk menyepi di Amerika dan terdampar di Crystal Valley setelah istrinya meninggal sekitar lima tahun lalu. Awalnya hanya ingin berlibur di kota kecil itu tapi dia bertemu Ben yang baru selesai kuliah dan mendapatkan warisan rumah sakit kecil dari kakeknya.
Ben mencari tambahan dokter karena dokter di rumah sakit itu hanya dua orang. Ivan pun melamar dan akhirnya bekerja disana. Bagi Ivan, bukan uang yang dicari tapi kenyamanan hati. Ivan juga berhasil mendapatkan green card dan sedang mengajukan menjadi resident tetap atau warga negara Amerika Serikat.
"Ben, kata Mary, ada gadis yang kecelakaan ya?" tanya Penny, salah seorang suster senior.
"Siapa yang kecelakaan Ben?" tanya dokter Ivan sambil memakan croissant nya.
"Seorang gadis dari New York mau ke Washington tapi karena tol ada Contra flow, dia diarahkan lewat sini. Gara-gara rusa milik Mr Boulvedeer, Joy mengalami selip dan menabrak tong sampah depan toko rotiku," jawab Ben.
"Oh namanya Joy," goda Penny.
Ben menatap Penny dengan wajah datar. "Please, Penny. Jangan mulai."
"Ben, kamu kan sudah dua tahun jomblo gara-gara si Felicia minggat ke New York demi menjadi model dan tidak mau tinggal di kota kecil seperti ini. Kata Mary, dia cantik. Anak orang kaya tapi humble."
Ben cemberut. "Sudah deh ! aku suka dengan kejombloan aku."
"Tapi kalau dia ..."
"Dia akan pergi ke Washington besok. Jangan berpikiran macam-macam!" potong Ben.
"Aku rasa, dia tidak akan kemana-mana. Saljunya makin deras," ucap Dokter Ivan sambil melihat pintu kaca rumah sakit.
***
National Historic Museum Manhattan New York
"Kita tidur disini?" tanya Nick yang melihat Maurice dan Jessica mengeluarkan futon dari dalam lemari ruang pegawai museum.
"Yes. Kita tidak bisa keluar karena saljunya seperti itu kan?" senyum Jessica sambil menata futonnya.
Nick melihat kondisi jalan luar museum yang sangat sepi dan gelap dengan salju yang lebat. Pria itu mengusap rambutnya dan hanya bisa pasrah dengan kondisi alam yang sedang niat membuat Manhattan ditutupi salju. Mau gimana lagi?
"Kamu tidak tidur Nick?" ajak Jessica. "Aku sudah mulai mengantuk."
Nick menoleh dan melihat Jessica sudah diatas futonnya begitu juga dengan Maurice yang tidur di seberang dari gadis itu.
"Kita seperti kemping tapi di museum," kekeh Nick yang tidur diatas futon yang sudah ditata Jessica.
"Ayo, tidur. Good night semuanya," ucap Jessica.
Nick dan Maurice pun membalas ucapan Jessica. Tidak lama, ketiganya pun terlelap di lobby utama museum itu.
***
Crystal Valley
Joy terbangun seperti biasanya jam untuk melaksanakan ibadah subuh dan mulai melaksanakannya kewajibannya. Gadis itu memakai mantelnya dan keluar dari kamar tidurnya. Hari masih terlihat gelap di jam setengah tujuh ini tapi Joy sudah bisa mencium harum kopi dan membuatnya ingin menikmati minuman itu.
"Good morning, Joy. Bagaimana tidurnya?" sapa Mary yang sedang membuat kopi.
"Good morning," balas Joy yang berada di ruang sarapan.
"Sorry Joy, hanya ada bread toast and jam karena aku belum selesai memasak."
Joy pun duduk di kursinya. "Tidak apa-apa Mary. Aku tidak rewel."
"Ah syukurlah, karena tahu sendiri ada yang yang tidak suka makanan belum ada di meja saji." Mary memberikan kopi dan setumpuk toast bread beserta jam dan butter. "Bagaimana semalam?"
"Terima kasih Mary. Aku semalam tidur nyenyak bahkan sampai tidak bermimpi apa-apa," jawab Joy sambil mengolesi selai
"Ah syukurlah ..."
Joy tersenyum dan mulai memakan rotinya.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Maaf kalau beberapa hari ini aku gak banyak up sebab aku ada pekerjaan di dunia nyata.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂
tinggal Ben nih yang belum dites....
harusnya yang ngetes om eagle ato fesya ya
warisan budaya Indonesia yang sarat makna dan filosofi hanya senjata
monggo persiapkan dan tunjukan kemampuan tembak menembak nya....