Awal mulanya gadis desa datang ke kota untuk bekerja, siapa sangka dia akan berminat melanjutkan pendidikan di kampus islami karena sering ikut dengan kedua sepupu kembarnya ke kampus, bahkan dikira dia mahasiswi pindahan dari luar kota padahal baru tamat SMK di desa. Cinta gadis tersebut harus Pupus karena cintanya harus terpatahkan oleh takdirnya.
Penasaran dengan kisah Cita dan Cinta dari gadis desa tersebut? ayuks simak ceritanya hanya di noveltoon, jangan lupa like, kritik dan sarannya readers kuuuuu ◇◇♡♡♡◇◇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IYP 7
_happy reading_
Usai makan, Nurul membereskan kembali piringnya, yang kotor dicuci dan yang bersih dia simpan kembali pada tempatnya. Setelah membereskan semua seperti semula, kini saatnya Nurul istirahat sebelum kerja tugas lagi.
Setelah istirahat cukup, Nurul mengerjakan tugasnya. Saat adzan berkumandang untuk shalat ashar, dia bersiap membersihkan kos lalu mandi. Air sumur kadang tidak mengalir, makanya Nurul harus angkat air PDAM yang tersedia di luar kos.
Nurul sedang bersantai tanpa ada niat memasak karena memang dia belum pandai memasak. Apalagi sepupunya tidak suka dengan masakannya terutama kak Mila.
"Kamu sudah pulang de? Dari tadi?" tanya kak Mita. Nurul yang sedang asyik bermain ponsel kaget.
"Eh kak, iya aku sudah pulang dari tadi. Aku sudah bersih-bersih, hanya belum memasak." jawab Nurul jujur.
"Gak apa-apa, tapi nasinya masih ada? Tadi aku beli somay." ucap kak Mita. Nurul mengangguk saja tanda membenarkan. Kak Mila juga sudah pulang tapi singgah di kamar temannya.
"Tadi aku sudah angkat air kak, kalau mau mandi banyak kok air di kamar mandi." ucap Nurul memberikan informasi.
"Air sumur gak mengalir ya?" tanyanya sambil berganti pakaian menjadi handuk sambil bersembunyi dibalik pintu.
"Habis airnya karena belum hujan." jawab Nurul apa adanya. Dia sibuk dengan ponselnya, tugasnya sudah selesai semua. "Mana ini kak Dirman kok belum balas pesanku?" gumamnya dalam hati.
Tadi Nurul sempat mengirim pesan basa basi. "[Lagi apa sayang? Sibuk ya?]" tanyanya tapi tidak ada respon dari kekasihnya. Nurul mendengus kesal, karena dicuekin. Tapi ya sudahlah, pikirnya.
Malam harinya Nurul, kak Mita dan kak Mila makan malam bersama dengan nasi campur somay ayam potong. "Alhamdulillah nikmat, apa pun jika disyukuri akan terasa berkah." batin Nurul.
Usai shalat isya dan belajar, Nurul istirahat. Saat akan tidur, ponselnya berbunyi dan ternyata ada pesan dari Dirman. "[Sibuk mengajar sayang, bukan hanya di tempat PPL tapi di sekolah Pelayaran juga]" balasnya sekitar pukul 21.20 menit.
"[Semangat sayangku, semoga sukses]" balas Nurul cepat sebelum terlelap. Nurul tidur dengan pulas, esok hari informasinya bahwa jurusan akan mengadakan pelatihan di sebuah Vila.
Paginya Nurul bersiap ke kampus. "Kak, aku pamit berangkat ya!" pamit Nurul pada kedua sepupunya. Mereka hanya mengangguk saja lalu melanjutkan kesibukannya. Nurul tidak mempermasalahkan akan hal itu.
Setibanya di Kampus, Nurul bertemu sang kekasih. "Eh, manja. Sudah di kampus saja?" tanyanya sambil tersenyum. Dirman sedang bersama dengan Puspa dan juga Rahman. Tapi Rahman ke kamar mandi.
"Iya dong, kan jadwalku memang pagi kak. Apa diurus pagi-pagi di kampus?" tanya Nurul penuh selidik. Dia memang tahu jika Dirman sudah tidak ada mata kuliah di semester tujuh.
"Mau ambil surat aktif kuliah, sekalian temani." ucapnya sambil menunjuk Puspa dengan kode matanya. Puspa menunduk saja tidak mau melihat Nurul. "Puspa, kenalin dia Nurul, cewek ku." ucap Dirman jujur.
"Hai, aku Puspa." sapa Puspa dengan menampilkan senyum manis meski terpaksa. Mereka saling mengenalkan diri dengan menjabat tangan.
"Aku Nurul Latifah kak, salam kenal." ujar Nurul ramah. Dia memang masih mahasiswi baru yang polos dan lugu.
"Jangan terlalu percaya Dirman de, dia banyak ceweknya." bisik Puspa sambil melirik Dirman. Nurul hanya diam saja mendengarkan, pikirannya kemana-mana. Tapi satu yang dia pegang ~ Percaya pada Pasangan.
"Hai, sorry lama." Ujar Rahman yang baru muncul. Dia pura-pura tidak mengenali Nurul supaya disapa duluan. Jaga image, pikirnya.
"Hai, kak Rahman. Masih ingat aku kan?" sapa Nurul sok akrab, bagaimana tidak? Yang selalu sama Dirman saat orientasi akademik adalah Rahman.
"Hai, kamu pacar Dirman ya?" tanyanya pura-pura kaget. Nurul hanya mengangguk sambil senyum malu-malu. "Kamu masih kenal saya de?" tanyanya bangga.
"Tentu kak, kak Rahman kan yang selalu bersama kak Dirman." jawab Nurul jujur. "Aku ke kelas duluan ya kak, mau ada Pelatihan Keguruan nih di jurusan Agama." jelasnya hendak pergi.
"Dimana?" tanya Dirman posesif. Dia menatap Nurul penuh selidik. Nurul yang ditatap malah cengengesan.
"Di Vila dekat permandian sayang." jawab Nurul sambil berbisik ditelinga Dirman. Puspa yang melihat memalingkan wajah. Dia hendak melangkah tapi ditahan oleh Rahman.
"Eh, mau kemana?" tanya Rahman menaruh curiga. "Sini dulu tunggu Dirman." ujarnya kemudian. Mau tidak mau Puspa menurut saja.
"Dimana itu? Jangan macam-macam ya!" tanya Dirman sambil mengancam, Nurul hanya mengangguk.
"Di dekat permandian sungai L kak. Nanti kalau ada waktu luang kakak bisa datang kesana ya!" ucap Nurul lalu mengedipkan sebelah matanya dan meninggalkan Dirman yang bengong.
Terkadang Dirman cuek, dan garang pada Nurul, tapi dia tidak peduli. Bahkan kadang pula Nurul genit, dan lugu sehingga membuat Dirman gemas pada kekasihnya.
Dirman tersenyum sambil menggeleng melihat tingkah aneh kekasihnya. "Aneh." gumamnya pelan. Rahman mendekat lalu menepuk pundak Dirman pelan.
"Kamu juga aneh, anak baru sudah dipacari." celetuk Rahman. "Yang dewasa ada noh malah gak mau." bisiknya sambil mengkode mata ke arah Puspa yang terlihat kesal.
Dirman kembali ke wajah garangnya sambil menatap Rahman dengan tajam. "Ayo kita selesaikan urusan kita." ujar Dirman menginterupsi.
Nurul melangkahkan kaki menuju kelas. "Kok ada rame-rame di dalam? Ada apa ya?" batin Nurul bertanya-tanya. Dia mendengarkan dari luar karena belum berani masuk, pintu ditutup rapat.
Karena Nurul penasaran maka dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu. "Masuk, mahasiswi baru ya?" salah satu seniornya membukakan pintu supaya Nurul masuk ke dalam kelas.
"Iya kak. Ini ada apa ya kak?" tanya Nurul pada seniornya.
"Duduklah de." jawabnya, Nurul pun menurut. Dia duduk dikursi yang kosong. Ternyata digabung kelas A dan B, makanya ramai. Selain itu ada senior yang mengabsen setiap nama mahasiswa supaya hadir di kegiatan pelatihan.
"Nanti sore kita berangkat ya, semua harus kumpul disini sebelum ashar. Semua harus shalat ashar di masjid kampus, kecuali yang berhalangan bagi perempuan." seru senior yang bernama Arsyad.
Nurul dapat mengetahui nama tersebut karena memang dia menggunakan papan nama di bajunya. "Satu lagi, jangan lupa membayar uang iuran sebesar dua puluh lima ribu rupiah. Paham?" tanyanya kembali.
"Paham." jawab teman-teman Nurul. Dia diam sendiri, mau komen tapi gak berani. Mau tidak mau dia harus memberanikan diri untuk angkat tangan.
"Kenapa de?" tanya senior perempuan namanya Istiana. Nurul menatap seniornya sebelum bertanya.
"Nama saya Nurul Latifah kak, saya mau komplain masalah biaya iuran. Kenapa harus membayar kak? Bukan kah seharusnya sudah ada dana dari kampus atau senior yang mencari dengan cara galang dana?" tanya Nurul protes.
Semua mahasiswa tidak menyangka dengan keberanian Nurul yang terlihat polos itu ternyata kritis. Mahasiswa baru menjadi riuh, kemudian senior laki-laki menenangkan.
...----------------...
Terima Kasih sudah mampir ♥︎♡♥︎
Terima kasih yang sudah berkenan membaca, memberi like, komen, mendukung dengan subscribe, vote, dan bintang limanya, dilengkapi dengan hadiah-hadiahnya.
Sehat selalu yaaa teman-teman, semoga lancar rezekinya. /Pray/ Dukung terus karya Hani.