NovelToon NovelToon
Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Fantasi Wanita
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: monoxs TM7

Di bawah cahaya bulan, istana di lembah tersembunyi menjadi saksi kelahiran seorang bayi istimewa. Erydan dan Lyanna, pengemban Segel Cahaya, menyambut putri mereka dengan perasaan haru dan cemas.

"Dia adalah harapan terakhir kita," ujar Erydan, matanya menatap tanda bercahaya di punggung kecil bayi itu.

Lyanna menggenggam tangannya. "Tapi dia masih bayi. Bagaimana jika dunia ini terlalu berat untuknya?"

Erydan menjawab lirih, "Kita akan melindunginya."

Namun di kejauhan, dalam bayang-bayang malam, sesuatu yang gelap telah bangkit, siap mengincar pewaris Segel Cahaya: Elarya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon monoxs TM7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: Pengujian Cahaya

Elarya merasa seperti ada sesuatu yang terbangun dalam dirinya. Ketika cahaya mulai menyelimuti tubuhnya, dunia seakan berhenti berputar. Waktu menjadi kabur, dan semua yang ada di sekitar altar itu menghilang. Hanya ada dia dan cahaya yang membanjiri pikirannya, seolah mengajak dirinya untuk melangkah lebih dalam ke dalam kekuatan yang selama ini tersembunyi.

Dia bisa merasakan setiap partikel cahaya itu bergerak di dalam dirinya, mengalir seperti sungai yang tak pernah kering, menyebar ke seluruh tubuhnya. Rasa panas yang aneh muncul di dadanya, tepat di tempat hati berdebar, sementara matanya terbuka perlahan. Di sekelilingnya, bayang-bayang gelap tampak bergerak, mengintai, namun tidak bisa menyentuhnya. Cahaya itu, yang tampak begitu murni dan kuat, menghalau semuanya.

Namun, dengan kekuatan yang datang begitu cepat, Elarya juga merasakan adanya ketakutan. Semakin dalam cahaya itu mengalir, semakin jelas ia merasakan kekuatan yang terkandung di dalam segel itu. Ada rasa yang tak bisa dijelaskan, sebuah kekuatan yang mengancam, sesuatu yang terasa begitu asing—sesuatu yang membuatnya takut akan apa yang mungkin terjadi jika segel itu terlepas sepenuhnya.

Kael berdiri diam di samping altar, matanya mengamati Elarya dengan penuh perhatian. Ia tahu betul bahwa ini adalah momen yang menentukan. Para penjaga juga tak bergerak, tetapi mereka tampaknya mengamati dengan cermat, menilai bagaimana Elarya merespons kekuatan yang ada di dalam dirinya.

"Jaga dirimu, Elarya," kata Kael dengan suara rendah, seolah ia tahu perasaan yang sedang dialami oleh Elarya. "Kekuatan ini akan membuatmu terpecah. Kamu harus mengendalikannya, jangan biarkan ia menguasaimu."

Elarya menutup mata, berusaha untuk tetap tenang. Namun, cahaya yang bersinar begitu terang seakan menyentuh jiwanya. Ada perasaan yang begitu kuat, seolah ia bisa merasakan kehidupan dan kematian, cahaya dan kegelapan, semuanya bercampur dalam satu kesatuan yang menakutkan.

Pikirannya menjadi kabur, dan ia bisa mendengar suara-suara aneh berbisik di telinganya, suara yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri. "Kekuatan ini milikmu," suara itu berbisik, "dan itu bisa menghancurkan atau menyelamatkan dunia."

Elarya berusaha untuk fokus, untuk mencari pegangan di tengah kebingungannya. Segel ini, kekuatan yang ada dalam dirinya, bukan hanya sebuah alat untuk menyelamatkan dunia. Itu juga bisa menghancurkan. Ia merasa beban yang luar biasa, seolah dunia ini bergantung padanya untuk menentukan nasibnya.

Di dalam hatinya, muncul pertanyaan yang semakin menghantui. "Apakah aku cukup kuat untuk mengendalikan semua ini? Apakah aku benar-benar bisa mengatasi kegelapan yang ada di dalamku?"

Suara berbisik itu semakin keras, seperti gema yang tak pernah berhenti, "Jika kamu takut, segel ini akan menghancurkanmu. Hanya dengan percaya pada dirimu sendiri, kamu bisa mengendalikannya."

Elarya mengerutkan kening, berusaha untuk mengatur napasnya. Ia tahu sekarang bahwa segel ini bukan sekadar kekuatan. Itu adalah bagian dari dirinya, dan ia harus memahami cara menghadapinya, bukan menghindarinya. Ia harus belajar menerima kekuatan ini, dengan segala konsekuensinya.

Dengan perlahan, ia mulai membuka matanya. Cahaya itu masih memancar dari dalam dirinya, tetapi kali ini, ia merasa sedikit lebih tenang. Segel ini adalah bagian dari dirinya, dan ia harus mempelajarinya, bukan melawannya.

"Tutup matamu, Elarya," suara penjaga wanita berambut merah itu terdengar lembut, namun penuh kekuatan. "Rasakan kekuatanmu. Jangan takut. Segel cahaya adalah milikmu, dan hanya kamu yang bisa mengendalikannya."

Dengan napas yang dalam, Elarya menutup matanya sekali lagi. Ia mulai merasakan aliran cahaya itu tidak hanya dari dalam dirinya, tetapi juga mengalir ke sekelilingnya, menyatu dengan alam. Setiap partikel cahaya itu terasa seperti bagian dari dirinya sendiri, dan ia bisa merasakan ikatan yang kuat, seolah ia dan kekuatan itu adalah satu kesatuan.

Namun, seiring dengan kedamaian yang mulai ia rasakan, muncul sebuah bayangan gelap, sesuatu yang mengintai di balik cahaya. Bayangan itu muncul perlahan, seolah mencoba menembus pelindung cahaya yang ia bangun. Hati Elarya berdegup kencang, dan ia bisa merasakan ketakutan yang dalam, seolah ada sesuatu yang sangat buruk sedang menunggu.

"Tahanlah!" suara Kael terdengar lagi, kali ini lebih tegas, dan seolah memberi kekuatan kepada Elarya. "Jangan biarkan kegelapan itu masuk!"

Elarya mengerahkan seluruh kemampuannya untuk fokus. Ia tahu bahwa apa pun yang ada di balik bayangan gelap itu adalah bagian dari ujian ini. Ia harus menghadapinya, atau segel ini tidak akan pernah sepenuhnya terkendali.

Dengan seluruh kekuatan yang ia miliki, Elarya berusaha menahan bayangan gelap itu, membiarkan cahaya yang ada dalam dirinya memancar lebih kuat. Cahaya itu mulai berkilau, dan bayangan gelap itu tampak mundur, seperti terhalang oleh kekuatan yang tidak terlihat. Perlahan, bayangan itu menghilang, dan Elarya bisa merasakan kekuatan segel itu mereda.

Ia membuka matanya perlahan, dan untuk pertama kalinya, ia merasa ada kedamaian yang mengalir di dalam dirinya. Cahaya itu sekarang terasa lebih kuat, lebih bersatu dengan dirinya.

"Baiklah," suara penjaga pria berambut perak itu terdengar, suara yang penuh kelegaan. "Kamu berhasil, Elarya. Kekuatanmu telah terbangun, tetapi perjalananmu baru dimulai."

Elarya menghela napas, merasa lega, namun di dalam hatinya, ia tahu ini baru permulaan. Ada banyak yang harus ia pelajari tentang kekuatan segel ini, dan tentang dirinya sendiri. Apa yang baru saja ia rasakan bukanlah akhir dari perjalanannya, tetapi awal dari banyak hal yang akan datang.

Elarya berdiri tegak di depan altar, matanya kini terbuka lebar. Cahaya yang semula menyilaukan kini mereda, hanya menyisakan kehangatan yang lembut di tubuhnya. Meski ketegangan yang sempat melanda hatinya mulai surut, ada perasaan yang menggantung—sebuah kesadaran baru bahwa dirinya telah mengubah sesuatu yang besar dalam dirinya. Sesuatu yang tak dapat dia kuasai sepenuhnya, tetapi yang pasti akan mempengaruhi masa depannya.

Kael mendekat, mengamati Elarya dengan tatapan penuh pertimbangan. "Bagaimana rasanya?" tanyanya, suaranya tidak lagi serupa dengan nada perintah atau pembimbing. Ada kelembutan yang menunjukkan bahwa ia benar-benar peduli dengan keadaan Elarya.

Elarya menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya setelah pengalaman yang mengguncang itu. "Itu... luar biasa," jawabnya perlahan, menyesap setiap kata yang keluar. "Tapi... aku merasa seperti ada bagian dari diriku yang hilang. Seperti ada sesuatu yang lebih besar dari diriku yang masih mengintai."

Kael mengangguk, mengerti dengan perasaan yang sedang dialami Elarya. "Itulah kekuatan segel cahaya. Ada dua sisi yang selalu berjalan berdampingan—cahaya dan kegelapan. Kekuatan ini bukan hanya untuk menyelamatkan dunia, tetapi juga untuk melindungi dirimu dari kegelapan yang bisa menguasai hatimu."

Penjaga wanita berambut merah, yang tadi diam saja, mendekat dan tersenyum dengan bijak. "Ingat, Elarya, setiap orang yang mengendalikan kekuatan besar harus menghadapi ujian yang lebih sulit daripada sekadar mengendalikan kekuatannya. Kamu tidak akan pernah bisa sepenuhnya terlepas dari kegelapan itu. Yang bisa kamu lakukan adalah menghadapinya setiap kali ia muncul."

Elarya merenung, mencoba menyerap semua kata-kata itu. Kegelapan yang mereka sebutkan—apakah itu bagian dari dirinya yang akan terus ada, terpendam di dalam? Pikirannya mulai berkecamuk, tetapi dia tahu bahwa ini adalah langkah pertama yang harus ia lewati. Bagaimanapun, segel cahaya adalah bagian dari dirinya.

"Apakah... apakah ini berarti aku harus selalu berjuang melawan kegelapan itu?" tanya Elarya, suara gemetar. "Bagaimana jika suatu saat aku kalah? Apa yang terjadi jika aku tidak bisa mengendalikannya?"

"Setiap orang punya kelemahan, Elarya," jawab pria berambut perak itu, kali ini dengan nada yang lebih lembut namun tetap tegas. "Kekuatan segel tidak menjadikanmu sempurna. Kegelapan itu mungkin akan datang lagi, dan mungkin ada saatnya ketika kamu merasa tak mampu melawannya. Tapi yang terpenting adalah keberanian untuk tetap berdiri meski dalam kegelapan. Dan dalam dirimu, ada sesuatu yang lebih kuat dari ketakutan itu—cahaya yang hanya akan bersinar ketika kamu mengizinkannya."

Sosok pria tua yang diam sejak tadi akhirnya berbicara, suaranya penuh kebijaksanaan yang dalam. "Cahaya dalam dirimu adalah jembatan menuju keselamatan, tetapi itu juga bisa menjadi ancaman bagi mereka yang tidak bisa memahami atau mengendalikan apa yang ada di dalamnya. Jangan biarkan kekuatan ini menguasaimu, Elarya. Kendalikan dia, bukan sebaliknya."

Elarya mengangguk pelan, meskipun rasa ragu masih menghantui pikirannya. Ia bisa merasakan beratnya beban yang harus ditanggung, bukan hanya sebagai penerus segel cahaya, tetapi juga sebagai seseorang yang harus belajar mengendalikan kekuatan yang sangat besar dan penuh risiko. Namun, kata-kata Kael dan para penjaga itu memberinya sedikit ketenangan. Kekuatan segel adalah bagian dari dirinya—dia tidak bisa melarikan diri darinya, dan hanya dengan memahaminya dia bisa menghadapinya.

"Jangan khawatir," Kael melanjutkan, memberikan senyum yang penuh keyakinan. "Kamu sudah melangkah jauh, Elarya. Dan kami akan selalu berada di sini untuk membimbingmu. Tetapi ingatlah, perjalananmu tidak akan mudah. Kekuatanmu hanya akan tumbuh seiring waktu. Ada banyak yang harus kau pelajari."

"Sekarang, kamu sudah siap untuk ujian berikutnya," tambah wanita berambut merah itu, dengan tatapan penuh harapan. "Hari ini, kamu baru saja membuka gerbang kekuatan dalam dirimu. Yang perlu kamu lakukan sekarang adalah memahami bagaimana menggunakan cahaya itu untuk tujuan yang benar."

Satu hal yang Elarya pahami sekarang: perjalanan ini adalah miliknya untuk ditempuh. Tidak ada jalan pintas, tidak ada yang bisa mengajarinya secara langsung bagaimana menghadapi setiap tantangan. Hanya dirinya yang bisa menentukan bagaimana dia akan menggunakan kekuatan segel itu.

"Baik," kata Elarya dengan tekad yang baru. "Aku akan menghadapinya. Aku akan belajar mengendalikannya."

"Bagus," jawab Kael, menepuk bahunya dengan penuh keyakinan. "Kamu tidak akan sendiri. Ingat, tidak ada yang pernah mengendalikan segel cahaya dengan sempurna dalam sekali langkah. Ini adalah perjalanan panjang yang akan membutuhkan waktu, pengorbanan, dan kesabaran."

Pada saat itu, suasana sekitar mereka mulai berubah. Cahaya dari batu kristal di dinding gua semakin pudar, dan ruangan itu kembali diliputi keheningan. Para penjaga mulai mundur, memberi ruang bagi Elarya untuk merenung lebih dalam tentang apa yang baru saja ia alami.

Elarya berdiri di sana, merasa lebih kuat dari sebelumnya, tetapi juga lebih sadar akan tanggung jawab yang ada di pundaknya. Cahaya itu, yang kini terhubung dengan dirinya, bukanlah sesuatu yang bisa dipandang remeh. Kekuatan besar datang dengan harga yang besar pula, dan ia belum tahu sepenuhnya apa yang harus dia bayar untuk kekuatan ini.

Namun, satu hal yang pasti—Elarya tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai. Dia akan menghadapi banyak ujian dan tantangan di depan, dan hanya dengan ketekunan, keberanian, dan keyakinan pada dirinya sendiri, ia bisa menghadapinya.

"Selamat, Elarya," Kael berkata, menariknya dari lamunannya. "Sekarang, kita bisa melanjutkan perjalanan ini. Kamu sudah siap untuk lebih banyak pelajaran."

Elarya mengangguk, matanya kini penuh semangat yang baru. "Aku siap."

Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa ujian sejati belum dimulai.

1
Sean71
👣 ..
Murni Dewita
👣
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Amanda
Memberi dampak besar
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Odette/Odile
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Ainun Rohman
Karakternya juara banget. 🏆
Zxuin: bagus
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!