Genre: Petualangan, Misteri, Fantasi
Garis Besar Cerita:
Perjalanan Kael adalah kisah tentang penemuan diri, pengorbanan, dan pertarungan antara memilih untuk berpegang pada prinsip atau membiarkan kekuasaan mengendalikan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasir Yang Menyimpan Jawaban
Matahari menyengat keras, dan pasir panas terasa membakar kaki Alaric meskipun ia mengenakan sepatu. Ia berdiri di tengah padang pasir tanpa ujung, dengan hanya suara angin yang mendesis di telinganya. Alaric mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.
"Ini bukan dunia nyata," gumamnya. "Ini pasti bagian dari ujian."
Ia merogoh tasnya untuk memastikan peta dan kunci bayangan masih bersamanya. Untungnya, kedua benda itu tetap ada. Peta yang ia buka menunjukkan lokasi yang tampaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Namun, di peta, ada tanda lain yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat: sebuah simbol lingkaran dengan gambar ular melingkar, simbol yang pernah ia lihat di salah satu catatan ayahnya.
“Kalau aku bisa ke tempat itu, mungkin aku akan menemukan jawaban,” pikirnya.
Namun, padang pasir ini tidak bersahabat. Tidak ada pohon, tidak ada bayangan, hanya pasir yang membentang. Ia tahu bahwa jika tidak segera bergerak, ia bisa saja tewas sebelum mencapai tujuannya.
---
Bahaya Tak Terduga
Langkah-langkah awal Alaric terasa berat, bukan hanya karena panas, tetapi juga karena ia merasa diawasi. Setiap kali ia berhenti untuk mengatur napas, ia merasakan ada sesuatu yang bergerak di pasir di sekitarnya.
"Angin?" pikirnya. Namun, gerakan itu terlalu teratur, terlalu dekat.
Saat ia melangkah lebih jauh, pasir di depannya tiba-tiba berputar, menciptakan pusaran kecil. Dari pusaran itu muncul seekor makhluk menyerupai ular raksasa dengan sisik hitam legam yang memantulkan cahaya matahari. Mata makhluk itu berkilau merah, seperti penjaga bayangan yang sebelumnya ia temui.
Alaric terhuyung mundur, menggenggam kunci bayangan erat-erat.
“Kau...” suara makhluk itu terdengar seperti bisikan ribuan suara sekaligus. “Kenapa kau membawa kunci itu ke sini?”
“Kalau kau ingin kuncinya, aku tidak akan menyerahkannya,” jawab Alaric, mencoba terdengar tegas meskipun tubuhnya gemetar.
Makhluk itu tertawa, geramannya membuat pasir di sekitar mereka bergetar. “Kunci itu adalah pemanggilku, anak manusia. Dan sekarang, kau harus membuktikan dirimu layak untuk melewati wilayah ini.”
---
Pertarungan Melawan Ketakutan
Makhluk itu menyerang tanpa peringatan, meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arah Alaric. Ia berhasil berguling ke samping, menghindari serangan pertama. Tapi pasir yang beterbangan membuat pandangannya buram, sulit baginya untuk melihat pergerakan makhluk itu.
Alaric mengingat perkataan Pelihat: “Kunci bayangan akan membantumu jika kau tahu bagaimana menggunakannya.”
“Apa yang sebenarnya bisa kau lakukan?” katanya sambil mengangkat kunci itu.
Saat ia menggenggamnya lebih erat, kunci itu mulai bersinar, memancarkan bayangan panjang di atas pasir. Bayangan itu membentuk lingkaran besar di sekitarnya, seperti pelindung. Ketika makhluk itu mencoba menyerangnya lagi, bayangan itu menciptakan dinding tak terlihat yang menghentikan serangan.
“Jadi ini kekuatanmu...” gumam Alaric.
Namun, makhluk itu tidak menyerah. Ia berputar mengelilingi Alaric, mencoba mencari celah di pertahanannya.
“Kekuatan itu tidak cukup untuk mengalahkanku, manusia kecil,” katanya dengan suara penuh ancaman.
Alaric sadar bahwa ia tidak bisa terus bertahan. Ia harus menemukan cara untuk mengalahkan makhluk itu. Mengingat peta yang ia lihat, ia menyadari bahwa simbol ular melingkar di peta mungkin memiliki kaitan dengan makhluk ini.
---
Menggunakan Peta
Ia mengeluarkan peta dari tasnya, membukanya sambil tetap menjaga kunci di tangan. Peta itu kembali memancarkan cahaya tiga dimensi, kali ini menunjukkan gambar ular yang melingkar di sekitar sebuah batu besar. Di gambar itu, ada titik kecil yang tampak seperti sebuah inti di tubuh ular.
“Apakah itu kelemahannya?” pikir Alaric.
Makhluk itu menyerang lagi, dan kali ini Alaric tidak menghindar. Sebaliknya, ia menunggu sampai makhluk itu cukup dekat. Tepat sebelum serangan mengenai, ia melompat ke samping dan menusukkan kunci bayangan ke pasir, tepat di lokasi yang ditunjukkan peta.
Seketika, bayangan dari kunci itu memanjang, menembus pasir dan mengenai tubuh makhluk itu. Makhluk itu berteriak kesakitan, tubuhnya melengkung seperti terkena pukulan besar.
“Kau... bagaimana mungkin kau tahu?” makhluk itu mengerang sebelum akhirnya lenyap menjadi butiran pasir yang terbawa angin.
---
Petunjuk Baru
Setelah makhluk itu menghilang, pasir di sekitar Alaric mulai berubah. Sebuah pola lingkaran besar muncul di tanah, dengan simbol-simbol kuno yang bersinar samar. Di tengah pola itu, muncul sebuah batu kecil berbentuk prisma, memancarkan cahaya biru.
Alaric mengambil batu itu. Saat ia menyentuhnya, ia merasa seperti mendengar suara-suara samar di kepalanya, suara yang terdengar seperti ayahnya.
“Rahasia dunia ini... tersembunyi di balik bayangan,” kata suara itu.
“Ayah?” Alaric hampir tidak percaya.
Namun, suara itu segera menghilang, meninggalkan Alaric dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Ia menggenggam batu itu erat-erat, merasa bahwa benda ini adalah bagian penting dari perjalanan berikutnya.
---
Keluar dari Ujian
Padang pasir perlahan memudar, dan Alaric menemukan dirinya kembali di ruangan observatorium. Pria berjubah putih masih berdiri di sana, kali ini dengan ekspresi puas.
“Kau telah melewati ujian kedua,” kata Pelihat. “Tapi ini baru permulaan. Batu itu adalah kunci berikutnya. Ia akan membawamu ke Nafara, tempat di mana kebenaran menunggumu.”
Alaric menatap pria itu dengan serius. “Apa yang sebenarnya sedang aku hadapi? Kenapa ayahku terlibat dalam semua ini?”
Pelihat tersenyum tipis. “Kau akan menemukan jawabannya di Nafara. Tapi berhati-hatilah, Alaric. Kunci yang kau bawa menarik perhatian banyak pihak, dan tidak semuanya berniat baik.”
Dengan itu, Pelihat menghilang, meninggalkan Alaric sendirian di ruangan.
“Baiklah,” kata Alaric sambil memasukkan batu itu ke dalam tasnya. “Nafara... aku akan ke sana. Apa pun yang terjadi.”
😄😄😄
Good job...!!!