Menikah politik dengan seorang Kaisar yang sangat bejat, membuat sosok Mattias Glory Lattish memutuskan untuk mengkudeta suaminya sendiri dan membebaskan rakyat dari kemiskinan yang mengakibatkan mereka putus asa di setiap hembusan nafas mereka.
Namun semuanya tak seperti yang dibayangkan Glory, tak semudah kata yang diucapkan. Semuanya sungguh sulit, karena kuasa Kaisar yang bersifat mutlak, membuat Glory harus melihat bagaimana darah mengalir tanpa henti dari orang-orang yang membelanya.
Berbagai percobaan pembunuhan dan siksaan berat terus dilalui Glory, membuat semangatnya terkadang luntur dan ingin menyerah. Bahkan membuat tekadnya yang berkobar melemah, dan menjadikannya sebagai sosok Permaisuri yang hancur.
Namun sebuah kabar menggetarkan Kekaisaran, saat sang Kakak Kaisar yang merupakan 'takdir Riyue' kembali dari wilayah Utara Kekaisaran. Akankah rencana Glory berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Drama Krisan
Kaisar Riyue yang mengira bila Kekasihnya ditindas oleh Glory sebelumnya menjadi murka, terlebih lagi saat ini Kekasihnya tengah mengandung.
Namun dia juga sempat kaget saat melihat gadis cantik bermata biru itu, dia sangat jauh dari rumor yang mengatakan betapa buruknya sosok Glory. Selama satu Minggu dia berusaha menghibur kekasihnya, bahkan saat dia akan menikah dengan Glory Kekasihnya masih berada disampingnya.
“Krisan, apa anda merasa kecewa dengan keputusan saya?” Alfaso kala itu tengah tertidur di atas pangkuan sang kekasih.
“Mana mungkin, saya tak Bernai Yang Mulia.” Ucapnya, Alfaso memejamkan matanya setelah mendengar jawaban dari Krisan. Dia lelah dengan segala urusan yang ada di Istana, dan keluhan dari para bawahannya.
Krisan menatap wajah sang suami yang tampak amat sempurna, dia bertekad tak akan membagi Alfaso dengan siapapun lagi. Sekalipun dia adalah Permaisuri Kekaisaran, Krisan sudah memutuskan untuk membuat Glory menjadi Permaisuri yang tak berguna.
Setetes air mata keluar dari sudut mata Krisan, sontak saja Alfaso kembali terbangun dan menatap kekasihnya yang tampak begitu sendu dan sangat menyedihkan.
“Anda yakin tidak apa-apa?” Tanya lagi Kaisar, Krisan mengangguk.
“Bohong bila saya mengatakan saya tidak patah hati, apalagi Permaisuri sangatlah cantik dan mungkin anda juga akan terpikat oleh kecantikannya. Namun saya sangat ingin percaya pada anda, saya ingin mencintai anda tanpa keraguan.” Ucap Krisan dengan suara terisak yang semakin membuat kata-katanya terdengar begitu menyedihkan.
“Sudahlah, aku juga tak akan tertarik padanya.” Ungkap Alfaso mengusap air mata Krisan dengan lembut, Krisan mengangguk dan tersenyum kembali meski air matanya tetap mengalir.
Setelahnya dengan sengaja Alfaso membiarkan Glory menunggu untuk memberi Glory sedikit pelajaran, namun siapa sangka. Ternyata Glory dapat membuat semua omongan terhadapnya dikembalikan dengan satu tindakan tegas, dan tentu saja membuat Alfaso merasa terusik karenanya.
Setelah pernikahan dengan sengaja pula Alfaso meninggalkan Glory sendirian, Glory sendiri tampak acuh tak acuh dan justru malah duduk di atas singgasananya dengan nyaman.
Sedangkan malam harinya, pesta meriah diadakan untuk menyambut Permaisuri baru di Kekaisaran Riyue. Namun siapa sangka, kala itu Glory benar-benar dalam masalah besar.
“Kenapa semua ukurannya sangat kecil?” Tanya Glory pada seorang pelayan yang membawa gaun untuk pesta malam itu.
“A-ampun yang mulia, namun saya mendapatkan ini dari Istana Pusat. Menurut para pelayan disana mengatakan bila semua gaun ini telah di sesuaikan dengan ukuran tubuh anda.” Ucap Pelayan yang mengantarkan gaun, Glory tahu betul siapa pelakunya. Ditambah salah satu gaun itu pernah dikenakan oleh Kekasih sang Kaisar saat menemuinya, jadi semua gaun itu bisa dikatakan sebagai gaun bekas.
Krisan sendiri memang sengaja melakukannya, dia ingin mempertegas kekuasannya sendiri. Karena siapapun dia, baik itu selir atau Permaisuri sekalipun. Yang akan dicintai Kaisar hanyalah Krisan seorang, tanpa dia ketahui bila Glory memang sudah merasa geram. Namun dia cukup bijak dan cerdik dan tak akan dapat dimonopoli dengan begitu mudahnya.
“Sudahlah, kembalikan lagi semua gaun itu!” Perintah Glory, dia kemudian mengambil gaun yang tadi dia gunakan untuk menikah. Glory terdiam mengingat trend fashion di zaman modern.
“Aku harus tampil sopan tapi memukau. Ck, merepotkan sekali!” Gertak Glory dan memotong gaun itu di bagian belakangnya, dia mengambil bunga dan menempatkannya di bagian bawah gaun, hingga warna merah dari gaunnya tampak semakin menyala saat dipadukan dengan mawar yang indah.
Glory pernah belajar dari calon Kakak Iparnya untuk memperbaiki kondisi genting semacam itu, Glory dengan telaten menghias rambutnya dan membuang penyangga rok yang biasanya digunakan oleh para Lady, agar membuat roknya tampak merekah.
Alhasil gaun yang dia kenakan saat itu terlihat amat berbeda, Glory tahu bila hal itu tentu masih kurang untuk menjadi pusat perhatian. Dia dengan sengaja masih menyisakan ciri khas dari gaun pernikahan nya.
Terdengar pembicaraan para Bangsawan di aula Pesta malam itu, dan Glory berjalan di atas karpet merah tanpa sungkan. Para Bangsawan kian berbisik melihat penampilan Glory yang memang sangat berbeda dari kebanyakan orang, Glory tersenyum dan berjalan selayaknya tengah memperagakan busana diatas panggung.
Semua tampak terpaku, rambut Glory yang panjang dia naikan ke atas dan dia sanggul. Sanggul itu tampak sembarangan, namun Glory sudah cukup memperhitungkannya. Meski tampak berantakan namun hal itu justru akan memancarkan kecantikan sesungguhnya.
“Astaga apakah itu adalah gaun yang dirombak dari gaun pernikahan beliau?” Bisik salah seorang Lady yang melihat bagian perut Glory dan Label toko disana.
“Ya ampun, anda benar. Apa yang sebenarnya terjadi di Istana? Bagaimana bisa seorang Permaisuri menggunakan gaun rombakan?” Gumam yang lainnya, gaun rombakan atau gaun yang diperbaiki sendiri tak layak dikenakan oleh seorang Nyonya dari kalangan atas apalagi seorang Permaisuri. Namun kini Glory justru mengenakannya dengan sangat anggun dan penuh percaya diri.
Glory masih dengan sangat percaya diri berjalan dan menuju ke atas singgasananya, Kaisar yang mendengar itu menatap Kekasihnya dan kedua selirnya yang tampak terpaku.
“Apa kalian yang melakukan ini?” Tanya Alfaso, karena apa yang telah dilakukan ketiganya sudah mencoreng nama Kaisar, Kekasih Kaisar tampak menggeleng dan menangis tersedu-sedu.
“Ampun Baginda, Krisan tidak tahu akan hal ini. Krisan bahkan sudah menyiapkan banyak gaun cantik untuk beliau, saya tidak menyangka bila Permaisuri justru menggunakan siasat seperti ini untuk mencoreng nama anda.” Kekasih Kaisar menangis, Glory mengangkat alisnya melihat drama yang kini terjadi di bawah sana.
“Gaun kekecilan itu maksud mu? Atau gaun yang sudah kau pakai itu? Ck, yang benar saja, baju pelayan lebih baik agaknya. Aku bahkan mengira bila semua gaun itu lebih menjijikan dari drama air matamu ini.” Ucap Glory di atas singgasananya, maaf saja Glory bukanlah wanita yang mudah ditindas begitu saja.
“Astaga, sudah keterlaluan sekali kekasih Kaisar saat ini.” Bisik salah seorang Bangsawan, Kaisar mengepalkan tangannya mendengar teguran dari sang Permaisuri.
Merasa bila posisinya sudah tak dapat tertolong lagi, Krisan kembali menangis dan pura-pura pingsan setelahnya. Alhasil seluruh ruangan itu gempar, dan Kaisar mau tak mau langsung membawa Kekasihnya kembali.
“Terimakasih untuk kalian semua yang telah hadir dihadapan saya hari ini, saya mengucapkan selamat menikmati pestanya.” Ucap Glory mengangkat gelas anggurnya, alhasil semua orang mengangkat gelas anggur mereka juga dan pesta malam itu akhirnya dimulai.
“Bukankah Permaisuri cukup unik?” Seorang pria dengan wajahnya yang sudah dipenuhi keriput dan tongkat di tangannya menandakan bila usianya telah lebih dari setengah abad.
“Anda benar, saya tidak tahu bagaimana nasib Kekaisaran kedepannya. Namun melihat Permaisuri, membuat darah saya bergejolak.” Ucap yang lainnya yang tampak berusia sebaya dengan pria itu.
“Ya, setelah sang takdir yang ditunjuk Kuil menghilang. Kita semua kehilangan cahaya kita, dan kita harus tutup mata atas apa yang dilakukan pemimpin kita sendiri.” Ucap Pria tua itu lagi, sejenak dia mengingat masa kecilnya dimana Kekaisaran Riyue yang damai dan sejahtera.
“Kita harus tahu, tujuan Permaisuri terlebih dahulu. Kita juga harus mulai berjaga-jaga karena bisa saja dimasa depan orang-orang itu kembali dan memburu Permaisuri seperti apa yang mereka lakukan pada Duke Altair sebelumnya.” Ucap kakek tua itu lagi, orang-orang ibu suri memanglah sangat mengerikan. Mereka memburu orang tanpa belas kasih, bahkan mereka menyiksa para pemberontak dengan metode yang amat keji.
semoga dilancarkan semua kesibukannya author
semangat berkarya 💪💪♥️♥️♥️♥️♥️♥️
kami masih menunggu kelanjutan ceritanya. semangat ya 💪💪🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
kami tunggu updatenya
semangat