Kesalahan satu malam membuat Meisya harus menanggung akibatnya seorang diri. Kekasih yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya, malah mengabaikan dan mengira kehamilan Meisya sebagai lelucon.
Meisya yang ketahuan hamil, justru diusir oleh keluarganya dan terpaksa membesarkan anaknya seorang diri. Dia dituntut untuk hidup mandiri dan kuat demi anaknya.
Sampai akhirnya, takdir mempertemukan Meisya dan Ello, mantan kekasih sekaligus ayah dari anaknya. Akankah Meisya bersedia mengungkapkan kebenaran tentang anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalahan Semalam Bab 1
Bunyi lonceng yang terdengar nyaring menjadi penanda pulang sekolah telah tiba. Para murid yang baru menyelesaikan ujian akhir itu berhamburan keluar dari kelas mereka. Pun begitu dengan Meisya, gadis cantik kelas 12 IPA 1 yang merupakan murid paling cerdas di angkatannya.
Gadis itu keluar dari kelas sambil menenteng tas selempangnya yang tidak berisi apa-apa karena memang mereka sedang ujian. Setelah ini mereka semua akan bebas dan mulai menentukan masa depan.
“Sayang, jalan yuk!” ajak cowok tampan yang merupakan kekasih Meisya. Laki-laki berperawakan tinggi dengan kulit putih yang sempurna itu sudah berdiri di depan kelas Meisya bahkan sebelum jam pulang.
“Jalan ke mana?” tanya Meisya malu-malu. Mereka sudah pacaran setahun lebih, tapi tetap saja Meisya masih begitu terpikat oleh pesona cowok tampan itu.
“Ya, jalan-jalan aja habisin bensin. Mau nggak?” tanya pacar Meisya itu.
“Cie, cie, yang punya pacar jalan-jalan. Ikut dong, El!” goda salah satu teman Meisya.
“Motornya nggak muat! Ajak Reno aja sono!” balas Ello, sapaan cowok tampan itu. “Jadi gimana, Sya? kamu mau kan jalan-jalan sama aku?”
Meisya berpikir cukup lama, sampai akhirnya gadis itu mengangguk setuju. “Tapi aku izin sama Kakak aku dulu ya,” kata Meisya yang sebenarnya sedikit takut pada suami dari kakaknya.
“Oke, Sayang.”
Meisya sudah kehilangan kedua orang tuanya beberapa waktu yang lalu, dan saat ini dia tinggal bersama sang kakak di rumah mewah milik kakak ipar Meisya. Setelah menelepon kakaknya dan mendapat izin, Meisya dan Ello akhirnya bisa pergi tanpa pulang ke rumah lebih dulu.
Saat ini, dua remaja itu sudah berganti pakaian dengan baju baru yang dibelikan Ello. Meisya juga sudah dibonceng Ello dengan motor besarnya. Meski bukan kali pertama dibonceng Ello, tetap saja Meisya merasakan bahagia yang luar biasa.
“Sya, peluk aku dong, Sayang!” kata Ello sembari meraih tangan Meisya dengan tangan kirinya.
Gadis itu dengan malu-malu merangkul perut Ello dan menyandarkan kepalanya yang mengenakan helm di punggung kekasihnya. Meisya begitu menikmati perjalanan bersama Ello kali ini karena mungkin ke depannya mereka tidak bisa menikmati momen seperti ini lagi.
Ello sudah berencana untuk kuliah di luar negeri setelah lulus nanti, sedangkan Meisya tidak banyak bermimpi untuk bisa kuliah karena orang tuanya sudah tiada. Meisya tidak mau membebani kakak dan iparnya yang sudah mau melunasi hutang-hutang yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Kali ini, Meisya ingin bekerja saja supaya tidak merepotkan orang lain.
Ello mengukir senyum bahagia saat merasakan hangatnya dekapan tubuh Meisya di belakang punggungnya. Dia begitu mencintai gadis itu dan sangat berat saat tahu Meisya tidak bisa pergi ke luar negeri bersamanya.
Sesekali tangan Ello mengusap lembut tangan Meisya yang sedang memeluknya. Siang itu, cuaca panas di jalan raya seolah tergantikan dengan kesejukan hati yang mereka rasakan. Dua insan yang saling mencinta itu larut dalam perasaan mereka masing-masing.
*
*
Meisya tersenyum bahagia saat Ello membawanya ke pantai. Hari telah berganti sore dan Ello akhirnya mengajak Meisya untuk mengukir kenangan indah bersama yang akan mereka ingat saat berpisah nanti.
“Ini tempatnya bagus banget, El!” seru Meisya yang baru pertama kali datang ke tempat ini. Gadis itu turun dari boncengan Ello dan menghirup udara pantai dengan bahagia.
Melihat senyum manis itu, rasanya Ello benar-benar tidak rela harus berpisah dengan Meisya. Namun, Ello ingin memberikan kebahagiaan yang sempurna untuk Meisya dengan menjadi orang yang sukses dengan menjadi arsitek dan mengembangkan perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang konstruksi.
“Bagus dong, cantik nggak?” tanya Ello yang kini sudah berdiri di samping Meisya.
“Cantik banget, Ello! Aku mau ke sana ya, ke tengah laut sana!” seru Meisya sambil menunjuk jembatan berlapis kayu yang akan membawa pengunjung menuju laut.
“Lebih cantik kamu, Sya!” balas Ello sembari menatap wajah wanitanya.
Meisya tersenyum malu-malu menanggapi celetukkan Ello itu. Dia menunduk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Namun tiba-tiba Ello merangkulnya dan membawa Meisya menuju tempat yang diinginkan gadis itu.
“Ello!” pekik Meisya dengan raut bahagia.
Ello malah mencium kening gadis itu dan membawanya berlari. Dua insan itu begitu bahagia sore ini bermain di pantai demi mengukir kenangan indah yang akan selalu terkenang selamanya.
Sampai akhirnya, Meisya mendapat kabar dari kakaknya bahwa hari ini kakak dan kakak iparnya tidak pulang ke rumah karena ada keperluan mendadak. Saat itu, hari sudah hampir gelap dan mereka masih menikmati senja di tepi pantai.
“Kakak aku nggak pulang, El! Nanti anter aku ke rumah Vanesa saja ya!” pinta Meisya pada kekasihnya itu.
Ello menatap lekat-lekat wajah Meisya yang sedang gelisah. Dia lalu meraih tangan gadis itu yang membuat Meisya ikut menatapnya.
“Bagaimana kalau kita cari penginapan di dekat sini! Biar kita bisa puas menghabiskan waktu seharian. Sebelum aku dapat kabar diterima atau nggaknya di London!” usul Ello yang sejujurnya ingin menghabiskan lebih banyak waktu lagi bersama kekasihnya itu.
Meisya berpikir sejenak. Jarak dari pantai ke rumah cukup jauh dan sejujurnya dia sendiri juga ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Ello.
“Tapi kita nggak apa-apa nginep berdua? Kita masih pacaran, Ello. Kita belum menikah!” sanggah Meisya yang masih ingin menatap masa depan cerah tanpa terkontaminasi hubungan pacaran yang tidak sehat.
“Kan kita bisa pesan kamar sendiri-sendiri, Sya. Pikiran kamu kotor banget!” seru Ello yang diiringi gelak tawa. Untungnya dia membawa banyak uang hari ini karena memang sengaja ingin membuat Meisya bahagia seharian penuh.
“Oke. Kamu yang bayar!” putus Meisya kemudian.
“Siap Nona!” Ello merangkul punggung Meisya dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Mereka lalu menikmati indahnya senja yang tengah mengucapkan salam perpisahan pada langit dari Sang Surya.
*
*
Ello dan Meisya kesulitan mencari tempat menginap karena rata-rata sudah penuh. Mungkin karena tiba-tiba turun hujan dengan deras sehingga orang-orang enggan kembali ke rumah dan menginap di pantai daripada hujan-hujanan.
“Bagaimana ini, El?” tanya Meisya sembari menatap hujan yang turun dengan derasnya. Sementara penginapan yang mereka datangi hanya menyisakan satu kamar saja.
“Kita ambil sajalah. Aku bisa tidur di lantai daripada kamu kehujanan!” jawab Ello setelah memikirkan banyak pertimbangan.
Meisya menghela napas berat sebelum akhirnya mengangguk. Kedua insan itu akhirnya mendapat kamar yang cukup nyaman.
“Kamarnya cukup nyaman, kamu mau mandi duluan atau aku duluan aja?” tanya Ello sambil melepas jaketnya.
“Kamu duluan aja!”
Ello mengangguk lalu masuk ke kamar mandi. Keduanya masih baik-baik saja dan bergantian memakai kamar mandi untuk bersih-bersih.
Usai bersih-bersih, Ello dan Meisya duduk bersandar di ranjang sambil membicarakan masa depan mereka.
“Aku pasti akan jadi arsitek hebat, dan kamu pasti akan membuat seluruh wanita di dunia iri karena cuma kamu yang aku pilih menjadi istriku!” ucap Ello sembari menatap mata Meisya dengan penuh cinta.
“Apa iya aku akan menjadi istrimu, Ello? Kamu pasti akan dikelilingi banyak wanita cantik,” goda Meisya.
“Mana mungkin aku bisa tergoda, Sya. Di hati aku cuma ada kamu, dan aku nggak mungkin berpaling sama wanita lain,” ucap Ello bersungguh-sungguh. Dia mendekatkan wajahnya pada Meisya dan mengunci pandangan keduanya. “Aku mencintaimu, Sya!”
Tangan Ello menggenggam erat tangan Meisya, lalu laki-laki itu mendekatkan bibirnya pada sang gadis pujaan yang kini menatapnya dengan napas memburu.
Semua mengalir begitu saja sampai Meisya dan Ello terlupa bahwa mereka masih terlalu muda, terlebih lagi mereka belum menikah.
Ello menyentuh wajah Meisya dengan perasaan yang membuncah. Terbesit dalam pikiran lelaki itu untuk memiliki Meisya seutuhnya dan mengikat wanita itu agar tidak meninggalkannya apa pun yang terjadi.
“Sya, aku ... aku cinta sama kamu. Apa kamu juga mencintaiku?” tanya Ello yang kini telah dikuasai oleh nafsu yang tinggi. Tangannya bergerilya menyusuri lekuk tubuh Meisya seolah mengisyaratkan bahwa dia menginginkan gadis itu.
***
Jangan lupa pencet subscribe, semoga suka ya, ambil positifnya, buang negatifnya 🤗💖 Kembang kopinya jangan lupa 💋💋
tapi untuk kebodohannya luar biasa dan sangat luar biasa.
jempol terbalik buat Ello.