Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Doubel uang saku
Pak Badhot tidak dapat tidur dengan nyenyak malam ini. Ia kembali teringat dengan memori kebersamaan dirinya bersama sang mantan kekasih.
Pergulatan panasnya dengan Catherine yang ia sendiri pun belum bisa melupakannya sampai saat ini. Pak Badhot menghela nafasnya dengan berat. Pria itu memutuskan keluar sekedar menghirup udara segar sambil menyesap sebatang rokok.
Secangkir kopi hitam menemani pria dengan rambut yang mulai sedikit berubah warna itu
"Ahhh...kenapa jadi kacau gini sih?" ucapnya bergumam
"Saya harus secepatnya kontak Barra besok pagi... Minta tolong dia lagi. Hadehhhh, hancur sudah reputasi seorang calon mertua yang wibawa di mata nya! Hemm payah...payah..."
Jarum jam menunjukan pukul setengah dua dini hari. Pak Badhot pun memutuskan segera masuk dan beristirahat, tak lupa ia memasang alarm lebih pagi dari biasanya agar tidak bangun kesiangan.
Esok paginya, seperti biasa Alina telah rapi dengan seragam sekolahnya. gadis itu tengah menuang susu cair ke dalam gelasnya dan memberinya sedikit taburan coklat di atasnya.
"Udah siap Lin? Ayo biar Papi yang anter kamu ," ucap Pak Badhot mengambil sebuah kunci mobil
"Nggak usah Pih, Alina dianterin om Barra kok." tolak Gadis itu secara halus dan ia kembali menyuap makanannya.
"Yeee dianterin Barra terus kamu mah. Sengaja ya mau berdua dua an?" cerca Pak Badhot membuat Alina berdecak malas
"Ck, orang mau sekolah juga. Siapa yang mau berdua dua an? Kalo Alina mau mah gampang tinggal menyelinap aja ke rumah sebelah... Wleeekkk..." ucapnya tanpa malu lagi.
"Au nih Papih, curiga aja bawaannya sama anak sendiri juga ,"bela Bu Koni
"Ya harus waspada lah Mih... Jaman sekarang kan pergaulan anak muda memprihatinkan..., emangnya Mami mau Alina di DP in dulu sama si barra gitu?" omel Pak Badhot dan Bu Koni pun mengangkat bahunya acuh
"Kaya gitu gitu itu cuma buat orang yang ngga punya iman, makanya gampang di goda setan sama iblis." celetuk Bu Koni dan sukses membuat Pak Badhot tersedak ludahnya sendiri. Alina dan Bu Koni pun saling pandang.
"Mami mah percaya sama Nak Barra, sama Alina juga mami percaya, dia gak bakalan bikin mami kecewa. Iya kan sayang?" ucap sang ibu sambil mengecup puncak kepala anak gadisnya dan Alina pun mengacungkan kedua jempolnya ke atas
"Yaudah ayo mau anterin Alina nggak Pih?" tanya Alina yang tengah bersiap memakai sepatunya.
"Assalamualaikum...."ucap Barra di ambang pintu
"Naah kan, diomongin dateng, panjang umur banget sayang..." ucap Alina tanpa malu malu dan sontak membuat pak Badhot mendelik kesal ke arahnya.
"Loh, mau dianterin sama Pak Badhot?" tanya Barra yang melihat calon mertuanya sudah bersiap dengan kuncinya.
"Eh Bar, kebetulan ada kamu. Ayo kita sekalian mampir ke tempat kursus Karate," ucap Pak Badhot dengan sebelah matanya yang memberi kode pada Barra agar menuruti nya.
Barra pun dengan canggung mengikuti langkah Pak Badhot.
"Kalo gitu pake mobil saya aja, Pak." tawar Barra dan diangguki seorang ayah dan anak perempuan nya itu.
"Iyalah pake mobil kamu, masa pake mobil saya? Emangnya kamu mau pake mobil bak duduk di bak belakang?" cibir Pak Badhot merasa kesal dan Barra pun terkekeh
Barra menghentikan mobilnya tepat di sebelah gerbang besar sekolah Alina. Gadis itu lekas menyalami kedua pria yang duduk di kursi depan, tak lupa Barra memberinya uang saku.
"Ini uang buat kamu jajan." ucap Barra sambil mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah bergambar dua bapak bapak.
"Widiiiihhh pantesan seneng banget dianterin ayangnya ... " celoteh pak Badhot sambil melirik lembaran merah yang telah berpindah ke dalam kantong seragam Alina.
"Yeee Papih mah ngasihnya cuma lima belas rebu. Cuma bisa buat beli es Boba doang itu mah." celetuk Alina dan Barra pun mesam mesem mendengarnya
"Yaa, kan kamu udah di bawain bekel makan siang sama Mami kamu..."
"Bekel udah abis pas jam istirahat pertama, jam istirahat kedua sama jam makan siang Alina ngga jajan emangnya?" ucapnya sedikit memelas membuat Pak Badhot merasa bersalah
"Iya deh iya nanti papi tambahin uang sakunya."
"Nggak usah Pak Badhot, biar saya aja." tolak Barra dengan halus
"Yee, dia masih anak saya, tanggung jawab saya Bar." tegas pak Badhot
"He he iya Pak, maaf,"
"Ya udah biar adil Alina terima segala bentuk uang saku dari kalian berdua." ucap Gadis itu sambil menepuk kantong saku seragamnya membuat kedua pria saling pandang dan menggeleng gemas.
"Dadah... papi..dadah Daddy .. Alina sekolah dulu." ucapnya asal dan membuat Barra terbengong
"Pak Badhot, apa barusan dia panggil saya Daddy?" tanya Barra menoleh pria di sampingnya.
"Sepertinya iya... Daddy,"jawab Pak Badhot sambil menirukan gaya bicara anaknya
"Ah... apa dia pikir saya mirip ayahnya?" cicit Barra dan pria itu lekas memutar kemudinya dan bersiap mendengar apa rencana Pak Badhot sebenarnya.
*****
"Jadi Bapak minta saya carikan pelatih Karate yang namanya Catherine gitu?" tanya Barra setelah pak Badhot menceritakan masalahnya.
"Yaa nggak usah cari yang namanya Catherine juga. Nanti kita tinggal kenalkan dia nama yang lain atau gimana terserah kamu lah, atur aja." ucap Pak Badhot sedikit kesal
"Hemmm... Ada ada aja Pak Badhot ini... Ha ha ha,"
"Ya masa saya harus bilang ke istri saya yang sebenarnya Bar? bisa ada perang dunia ke enam nanti,"
"Jiahahah... Iya sih. Yaudah Pak. gampang itu mah," jawab Barra yakin
"Oke atur aja Bar. Lagian kamu juga yang seneng nanti kalo Alina jago bela diri."
"Iya pak." jawab Barra tak ingin berlama lama adu argumen dengan tetangga nya itu.
*****
"Lin...." Panggil sebuah suara cempreng dari kejauhan. Alina pun membalikkan badannya dan mendapati sahabatnya tengah berlari ke arahnya.
Alina tampak berkaca kaca melihatnya namun sebisa mungkin gadis itu mencoba bersikap biasa saja dan seolah tak tahu apa apa.
"Hai nis..." Sapa Alina memeluk sahabatnya itu
"Ya ampun Lin... gue kangen banget sama Lo....Lo gimana kabar? ngga ada gue Lo idup kan?" cengir Anisa
"Nggak, gada Lo gue berasa pen pingsan." celetuk Alina sedikit kesal karena sahabatnya itu mulai tidak terbuka padanya
"Yaa.. Maaf Lin..." cicit anisa sambil menunduk. Gadis itu tampak benar benar menyesal
"Lo sakit Nis? Cerita sama gue kalo Lo ada masalah. Lo anggep gue apa emangnya sih Nis?"
"Oke nanti gue ceritain semuanya sama Lo. Dan Lo harus janji, Lo ga boleh kaget!" ucap Anisa dengan mengacungkan jari kelingking nya, Alina pun menyambutnya. Mereka saling menautkan jari kelingking nya
"Deal ya! Nanti harus cerita!"
"Deal....!!!"
*****
btw maaf yaaa othor dua hari libur belum apdet lanjutan
lope sekebon kak
/Tongue//Tongue/
mau 3ronde ,4 ronde jln gx smpek ngangkang alin klau perih iya 😂😂🤭🤭 aq dulu jga nikh muda
ksian no gx bisa muf'on sm anunya pk bandot,😂😂😂
itumah nglunjak pk olh" mita mobil