Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.
Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.
Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 23
Tapi Leandra mencoba menyingkat waktu. “Baiklah, aku akan tidur, jadi... Selamat malam, bajingan,” kata Leandra dengan nada pelan lalu membuka pintu apartemen nya.
Tapi siapa sangka, Tora mendorong pintu itu lebar-lebar membuat Leandra terkejut apalagi Tora ada di belakang nya seperti ingin ikut masuk.
“Apa yang kau lakukan?! Aku sudah bilang sampai jumpa!” dia menatap kesal.
Tapi ada suara dari tangga yang akan datang ke lorong itu membuat mereka berdua terdiam menoleh.
“Tidak mungkin?!” Leandra panik dan seketika memegang tangan Tora membuat Tora menatap nya.
“Cepat masuk lah, aku mohon,” Leandra menatap khawatir lalu Tora berjalan masuk dan pintu tertutup.
Tapi tak lama kemudian pintu Leandra terketuk membuat Leandra terkejut. “Cepat sembunyi,” dia memperingati Tora membuat Tora bingung dan menjauh dari pandangan pintu. “Begini?”
“Terserah, Bajingan!” Leandra tampak kesal, dia mengatakan nya dengan pelan namun mendadak, suara memanggil.
“Leandra,” suaranya rupanya dari Paman nya membuat Leandra agak terkejut sebentar hingga ia kemudian membuka pintu.
“Ah, Paman, ada apa?” Leandra menatap mencoba menutupi sesuatu.
“Apa kau baru saja pulang? Kau dari mana malam begini?” Paman nya menatap curiga apalagi dia masih memakai pakaian polisi.
“Uh... Um.... Aku pulang dari bekerja, tapi jangan khawatir.... Aku menyadari kesalahan ku dan tak akan mengulangi nya lagi! Aku tidak akan kembali larut malam lagi,” Leandra menyingkat obrolan membuat Paman nya terdiam bingung.
“Kau baik-baik saja kan? Apa kau tahu jika kau pulang larut begini, lalu ada apa-apa padamu, dia akan sangat marah besar,” tatap Paman nya.
“Yah, aku tahu itu, Paman... Jadi.... Selamat malam,” Leandra langsung menutup pintu kemudian menguncinya dan menghela napas panjang. “Ha.... Itu tadi hampir saja...” ia tampak lega tapi ia menatap Tora yang menyilang tangan bersandar di tembok.
Leandra menatap kesal. “Kita tunggu beberapa menit dulu baru kau boleh keluar.”
“Kau yang meminta ku masuk, jadi aku harus di sini bukan, apa salah nya,” Tora malah berjalan masuk.
“Apa?? Tidak, hei! Bajingan berhenti,” Leandra mengejarnya.
“Bajingan? Bukankah kau memanggil sebutan ku tadi? Kau memanggil nama ku dengan sangat baik tadi kan,” tatap Tora sambil duduk di sofa empuk di bagian beranda apartemen milik Leandra.
“Kapan? Aku tak merasa memanggil,” Leandra mencoba menghindar.
“Sepertinya kau menolak memanggil nya lagi, tapi harus kau tahu, nama ku bukan itu,” kata Tora menatap nya dengan masih menggunakan helmet hitam nya itu.
“Lalu siapa? Eh bentar... Kok aku jadi penasaran,” dia tersadar seketika menggeleng cepat kepalanya. “Lupakan, aku tak mau tahu siapa nama mu, aku hanya akan memanggil mu Bajingan atau Brengsek...” Leandra menyilang tangan.
“Itu bukan Gadis baik,” sindir Tora.
“Memang nya kenapa sih?! Memang nya itu peduli ku, dari awal aku tak pernah mau bertemu dengan mu! Aku hanya ingin menjalani kehidupan mandiri ku dan aku.... Gadis baik,” Leandra menatap hampir menangis karena dia benar-benar kesal pada keadaan.
“Tidak, salah, mungkin Gadis Kecil,” tatap Tora kembali mengejek membuat Leandra benar-benar kesal. “Sialan... Sebaiknya aku meminta mu keluar dari jendela...”
“Jangan terburu buru, aku juga punya tujuan untuk masuk ke apartemen mu,” kata Tora sambil bersandar dengan kedua tangan nya ke belakang kepala bersandar di sofa sambil menambah perkataan nya. “Aku ingin mengambil jaketku, apa masih ada?”
“Oh, aku sudah membuang nya keluar jendela,” Leandra membalas membuat Tora langsung terdiam.
“Kau tidak bercanda? Ukuran jaket itu memang kecil untuk ku tapi kau membuang nya, jaket itu untuk menemani ku di atas langit dingin—
“Baiklah, berhenti berpuisi, aku hanya bercanda... Astaga, aku mengantuk sekali... Aku akan mengambil nya,” Leandra berjalan ke kamar dan mengambil jaket hitam itu.
“Kau mencucinya untuk ku? Sungguh sangat baik—
PLAK!!
Mendadak Leandra melempar jaket nya itu sebelum Tora menyelesaikan perkataan nya.
“Memang nya siapa yang tahan dengan bau mu itu! Menjijikan! Sebaiknya jangan datang dengan bau yang aneh!” dia menatap kesal. Tapi ada yang aneh, dimana kedua matanya tampak kelelahan, sepertinya Leandra mengantuk tapi dia mencoba bersikap keras pada Tora.
“Sekarang pergilah,” Leandra mengusirnya.
“Ye ya, baiklah, jaket nya benar-benar harum.... Bagaimana jika aku kemari dengan sudah mandi, apa kau juga akan memperlakukan hal yang sama nantinya?”
“Yah, begitulah, aku akan mengusir mu dua kali dan menelpon Paman ku untuk menangkap mu, Tunggu!! Kenapa kita mengobrol, cepatlah keluar! Aku tak mau ada masalah!” Leandra menatap kesal.
“Tunggulah sebentar saja, Oh, dan aku punya sesuatu,” Tora melepas tas ransel yang masih ia bawa itu membuat Leandra bingung.
Tora membuka tas itu dan mengambil sesuatu hingga ia menunjukan nya pada Leandra yang terkejut dengan mata berkilau.
“Ini untuk mu,” Tora rupanya menunjukan gantungan kunci yang sangat imut berbentuk mochi kucing berwarna hitam dengan mata kuning yang imut.
“Sa-sangat imut!!” Leandra menatap terpukau. Tapi ia tersadar dan menggeleng, dia kembali bersikap gengsi dan membuang wajah. “Hmp.... Siapa yang mau menerima pemberian dari orang seperti mu... Kenapa dia bisa punya barang seperti itu, dan apakah aku tak salah dengar, dia memberikan nya padaku?! Tapi tetap saja, siapa yang mau menerima barang nya...”
“Anggap saja ini kucing yang tadi,” kata Tora membuat Leandra terkejut ingat kucing kecil yang mati tadi.
Tapi siapa sangka, Leandra malah menangis meneteskan air mata membuat suasana terdiam.
Tangisan yang imut dimata Tora membuat Leandra harus terus terisak. “Hiks.... Kasihan sekali.... Andai saja aku bisa memperingatinya untuk menjauh dari kematian nya.... Hiks... Hiks...”
“Itu hanya kucing kecil, kau masih punya beberapa,” Tora menatap ruangan dimana kucing Leandra terlihat tertidur.
“Kau tidak mengerti, dia pasti sangat sedih, padahal dia sudah susah-susah dilahirkan, dia pastinya bersyukur bisa lahir ke dunia, tapi keadaan memaksanya kembali ke kehidupan sebelumnya... Kau seharusnya bersimpati dengan itu.... Hiks...” Leandra masih mencoba membenarkan wajahnya yang acak acakan sambil masih berdiri di tempat nya.
“Baiklah, itu sudah cukup,” Tora mengulur tangan dan memegang tangan Leandra lalu menariknya membuat Leandra tertarik terkejut apalagi Leandra langsung menatap nya, hampir mendekat ke Tora.
“Apa yang kau lakukan?” Leandra menatap dengan masih mengalirkan air mata.
“Anggap saja dia akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi...”
“Aku sudah bilang, kau tidak mengerti,” Leandra mendorong nya dan dia yang menjauh dari Tora.
“Sekarang pergilah.... Aku tak mau ada apa-apa lagi,” ia mengusir Tora.
Tora terdiam melihat wajah Leandra yang tampak nya kesal sekaligus masih kasihan pada kucing kecil saat itu, lalu dia meletakan gantungan kucing kecil itu di meja dan berdiri. “Bisakah aku di sini saja?”
“Tidak, payah... Cepatlah keluar!” Leandra mendorong nya sekuat tenaga membuat Tora perlahan keluar dari pintu apartemen nya.
“Sekali lagi, sampai jumpa... Tidak, jangan... Tapi, semoga kita tak bertemu lagi... Macan Brengsek,” Leandra menatap sangat marah hingga ia menutup pintu.
Tora: “Oh... Fuck...” sepertinya dia kecewa karena terusir.