Arsyila Maharani harus terpaksa melalui hari- hari yang sulit, hanya karena sebuah kesalahan satu malam yang di luar kendalinya.
Arsyila menjadi korban dari bos tempat Ia bekerja yang pada saat itu sedang terpuruk, kehilangan mahkota yang sangat berarti dua hari sebelum pernikahan mereka.
Mampukah Arsyila melalui hari- harinya ke depan, bukan hanya masalah dari keluarga nya dan juga masyarakat yang memandang dirinya hina.
Bagaimana Ia menghilangkan rasa trauma berat dalam hidupnya, apakah ada cinta tulus yang akhirnya menghampiri nya. Yuk simak kelanjutan nya disini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selalu menghilang
***
Setelah acara penyematan cincin usai, kini mereka kembali menjalani rangkaian acara selanjutnya. Mata Rangga tak lepas memandang wajah cantik istrinya, di dampingi orang tua masing-masing kini mereka sudah berada di pelaminan sembari menyambut uluran tangan para tamu undangan yang ingin mengucapkan selamat kepada mereka.
" *Kamu cantik sekali sayang, aku bahagia bisa memiliki mu. " Puji Rangga ketika tamu undangan mulai berangsur pulang*.
Arsy sungguh bahagia namun tetap saja ada rasa takut yang bersemayam di hatinya mengenai apa yang akan terjadi di malam pertama mereka nanti.
Acara demi acara pun berhasil mereka lalui, hingga kini dirinya sudah berada di kamar pengantin. Nampak kelopak mawar bertebaran di atas kasur pengantin yang sudah di sulap sedemikian rupa.
Pintu kamar terbuka, Arsy memang sengaja tidak menguncinya karena Rangga suaminya masih berada di luar.
Arsy mengira yang masuk adalah Rangga, tapi ternyata bukan. Dia adalah Rita, Ibu tirinya. Rita memindai seisi kamar itu, bibirnya mencibir karena beliau adalah salah satu yang tidak bahagia dengan kebahagiaan Arsy.
" Ada apa Bu. " Tanya Arsy pelan.
" Kenapa, apa aku tidak boleh menemui mu. Apakah kedatangan ku mengganggu mu begitu, dasar anak tak tau di untung. Asal kamu tau saja, aku memang bukan yang melahirkan kamu, tapi akulah yang sudah membesarkan mu seperti sekarang dan kamu jangan lupakan itu. Lagi pula aku kemari hanya untuk mengingatkan mu satu hal. "
Arsy memilih diam, tak ingin berdebat dengan Ibu tirinya itu.
" Arsy, meskipun sekarang kamu sudah menikah tapi kamu harus tetap ngasih Ibu uang bulanan. Bagaimana pun juga Gita adik mu, dan dia masih butuh uang untuk melanjutkan kuliahnya. Kalau mengharapkan uang dari pemberian Ayah mu, kamu tau sendiri. Berapa yang bisa Ayah mu berikan, Ayah mu juga sakit- sakitan. Hari ini bekerja, besok belum tentu bisa. Anggap saja ini adalah imbalan dari jasa Ibu yang sudah bersusah payah merawat mu selama ini, "
" Tapi Bu, setelah menikah Arsy belum tentu bisa bekerja lagi. Mas Rangga belum tentu memberikan ijin untuk Arsy bekerja seperti sebelumnya. Lalu uang darimana yang bisa aku kirimkan pada Ibu. "
" Kamu bodoh atau apa, kamu kan punya suami. Dia juga bekerja di kecamatan, pasti gajinya juga lumayan. Masih gitu saja nggak tau, kamu jangan maruk, gajih suami mau di embat sendiri. "
Arsy hanya mengangguk pasrah, lagi-lagi berdebat bukan hal yang baik untuk saat ini. Arsy memilih membersihkan diri, tubuhnya terasa lengket. Ia melepaskan kebaya nya sendiri karena tidak ada sesiapa pun untuk di mintai tolong.
\*\*\*
Jam di dinding masih menujukan pukul satu siang, cacing di dalam perut sudah mulai demo akhirnya Arsy memutuskan untuk keluar, mencari sesuatu yang bisa di makan untuk mengganjal perut.
Ia teringat seseorang yang belum Ia temui sejak tadi, oleh sebab itu Arsy bergegas keluar dari kamar.
Arsy celingak - celinguk menyoroti seisi rumah, masih ada beberapa orang yang sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing.
" Loh Bude. Bude mau kemana, kok bawa tas begini. "
Lastri adalah kakak dari Ibunya Arsy, wanita berparas teduh itu tersenyum ramah pada Arsy.
" Nak, Bude baru akan menemui mu. Bude ingin pamit kembali ke Jakarta, maaf Bude tidak bisa menemani mu lebih lama disini, itu karena Tuan Arkan meminta Bude cepat kembali. Saudara nya dari Jerman katanya sudah ada di Jakarta dan itu sudah dua hari yang lalu. Sekali lagi Bude minta maaf ya. "
Lastri sebenarnya masih ingin menemani keponakan nya namun permintaan majikannya juga tidak bisa Ia abaikan. Apalagi jaman sekarang, susah untuk mencari pekerjaan yang nyaman.
" Tidak apa- apa Bude, makasih Bude sudah menyempatkan hadir di acara pernikahan nya Arsy. Bude baik- baik ya disana, jaga kesehatan. Jangan terlalu capek- capek. "
Mereka berpelukan sebelum akhirnya berpisah, Arsy mengantarkan Bude Lastri ke depan rumah yang ternyata di sana sudah terparkir sebuah mobil yang mungkin sengaja datang menjemput wanita itu.
Arsy kembali ke dalam rumah, kembali Ia mencari keberadaan suaminya yang tidak nampak di sejak tadi.
" *Kemana perginya Mas Rangga. " Gumam Arsy*.
" Hei, kamu mencari suami mu. Wanita gatal, lihat itu jam masih sore. Nggak sabaran ya pingin di sodok, giliran mu nanti malam. Sekarang suami mu sedang menemani adik mu, ke suatu tempat. Tidak perlu kamu mencarinya, tunggulah di kamar mu, nanti malam juga dia pasti kembali. "
Rita menyelonong begitu saja, datang dan pergi secara tiba-tiba. Arsy hanya bisa menggeleng pelan di sertai helaan nafas, Ia memutuskan ke dapur untuk melanjutkan makan siang yang tertunda.
\*\*\*\*\*\*
" Sayang. "
Arsy sedikit kaget karena suaminya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dadanya bergemuruh mana kala melihat penampilan suaminya.
Kemeja yang Ia pakai nampak terbuka karena ada beberapa kancing yang terlepas, terpampang dada yang di tumbuhi bulu halus dan juga potongan roti sobek membuat Arsy kesulitan menelan salivanya.
Pipinya memanas, melihat pemandangan indah di depannya. Tiba-tiba sesuatu yang Ia pegang sejak tadi jatuh dari tangannya.
" Apa ini. "
Rangga sendiri yang memungut benda yang jatuh itu, Ia menelisik memastikan benda apa itu.
" Ka- kamu sedang kedatangan tamu bulanan. " Tanya Rangga
Arsy menunduk tapi kemudian Ia mengangguk pelan, terdengar helaan nafas dari Pria di hadapannya itu.
" Ya sudah kalau begitu, mau bagaimana lagi. Berikan handuknya, Mas mau mandi. "
Arsy bisa menangkap nada kecewa pada suara suaminya yang terdengar berat, tapi benar kata suaminya. Mau bagaimana lagi, itu sudah kodratnya sebagai wanita.
Sudah beberapa hari ini Rangga selalu menghilang bahkan pada malam hari, Arsy sering terbangun dan lp mendapati suaminya sudah tidak ada di sampingnya.
" Mas Rangga, kemana perginya malam- malam begini. " Gumam Arsy.
Hal itu terjadi hampir setiap malam namun ketika Arsy terbangun untuk melakukan sholat subuh, suaminya sudah ada disamping nya, tidur dengan lelap nya.
***
" M- Mas. "
Rangga terkejut, Ia yang sedang berbicara dengan seseorang sontak menjauhkan ponsel dari telinga nya. Arsy menautkan kedua alisnya, melihat reaksi keterkejutan Rangga suaminya.
" Mas terkejut, maaf ya. "
" Ah tidak apa- apa sayang. "
Rangga mengulas senyuman tipis dan kembali menempelkan ponselnya di telinga.
" Hm nanti aku hubungi lagi.... em sampai ketemu nanti. "
Rangga menyudahi percakapan nya dan berbalik menatap Arsy.
" Itu tadi teman Mas, Ia menanyakan kapan Mas akan kembali bekerja. Entahlah mereka itu, nggak jelas amat. Nyata- nyatanya masa cuti Mas belum habis tapi sudah menanyakan kapan Mas kembali bekerja. "
Arsy menangkap sesuatu yang ganjal dari ucapan Rangga, Pria itu bahkan tidak berani menatap padanya. Dari gerakan tubuhnya seolah ada yang Ia sembunyikan.
Malam ini sebelum tidur Rangga membicarakan rencana kepindahan mereka, besok mereka akan pindah ke rumah yang sudah Rangga siapkan jauh- jauh hari.
Rumah sederhana, namun tentu sangat berarti karena itu di beli dengan uang Pribadi yang sudah di tabung sejak lama. Lokasinya pun strategis, berada di tengah-tengah antara rumah orang tua Arsy dan juga tempat kerjanya Rangga, jadi kalau mau kemana-mana tidaklah jauh.
Arsy mengangguk setuju, sekarang Ia adalah seorang istri. Kemanapun suaminya mengajaknya tinggal, Ia pun harus ikut.
****
lope lope dah pokoknya ini mah cantik habis othor. next visual yang lain ya jangan lupa wiliam juga oke