NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Mafia

Jerat Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / Roman-Angst Mafia
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: mommy Eng

Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.

Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.

Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Main ganti aja

Rasa takutnya terbawa sampai ke tempatnya bekerja. Bahkan, Dilan yang melihat wajah pias Rachel langsung menegurnya.

"Hel, kamu sakit? Kenapa kamu kelihatan pucat sekali?"

Rachel segera menggeleng. Apakah ketakutannya terlalu kentara?

"Maaf kak, mungkin karena belum make up. Aku touch up sebentar ya?" kilahnya memaksa tersenyum menutupi ketakutan.

Laki-laki ganteng berwajah kalem itu pun mengangguk. " Habis itu langsung ke ruangan ya, kita bahas yang tempo hari ingin kamu bicarakan!"

Dengan cepat Rachel mengangguk. Setibanya di toilet, ia dengan cepat memuntahkan isi perutnya karena mendadak mual demi teringat peristiwa tadi siang. Tak mau membuang waktu, ia lalu menambahkan lipstik agar wajah pucatnya tak kelihatan.

Meksipun hati dan pikiran sedang tak sinkron, lantaran seumur hidup ia baru melihat orang di tembak ya pas tadi, tapi ia tak boleh gegabah untuk memberitahu orang. Ia sungguh takut dengan Reiner saat ini. Pria itu pasti bukanlah polisi seperti dugaannya.

Namun ia benar-benar merasa sangat sulit untuk mengendalikan dirinya. Ia ingin bercerita ke semua orang akan apa yang ia lihat. Tapi ia sangat takut dengan ancaman Reiner tadi.

Pikiran yang gelisah tak terasa mempercepat jarak langkah menuju ruangan Dilan. Ia mengetuk pintu sebelum membukanya. Dilan melempar senyuman begitu melihat Rachel mengucapkan salam.

"Ayo masuk. Ada apa? Katanya kamu pingin ngomong sesuatu ke saya?" kata Dilan sembari membereskan beberapa berkas diatas mejanya.

Disinilah letak rasa sungkan pada Dilan berusaha Rachel tekan ke titik paling dasar. Ia sebenarnya malu dengan Dilan soal urusan uang, apalagi dia mengangumi sosok Dilan sedari dulu.

"Saya, berniat mengajukan pinjaman kalau boleh Kak. Saya akan membayarnya dengan tak mengambil libur salama satu tahun, jika itu di izinkan." kata Rachel ragu-ragu. Tapi ia sungguh tak memiliki pilihan lain.

Dilan menatap kasihan Rachel. "Buat berobat Ayah kamu lagi?" tebaknya.

Meksipun malu, tapi Rachel akhirnya mengangguk. "Terus terang saya tak bisa menjanjikan apapun selain jadwal libur saya yang bakal saya isi, Kak. Saya perlu uang itu!"

Dilan terlihat menimbang-nimbang sebelum akhirnya mengatakan, "Kirim nomor rekening kamu. Kamu butuh berapa?"

Rachel menyebutkan sebuh nominal kepada Dilan. Dilan mengangguk menyetujui. Lagipula, ia bisa menilai bila Rachel merupakan orang jujur.

"Nanti aku kabari kamu kalau sudah aku transfer!"

"Makasih banyak, kak!"

Dilan tersenyum. Rachel pamit undur diri meninggalkan pria ganteng itu. Ia lalu bekerja dengan giat seperti biasanya. Bedanya, hari ini ia sudah merasa sangat lelah sebab sebelum jam tujuh sudah bekerja.

Berkali-kali ia menguap. Alarm alami yang menandakan bila fisiknya perlu di istirahatkan.

Saat waktu pulang tiba, ia terkejut karena Dilan memanggilnya sewaktu di parkiran.

"Kak Dilan?" ucap Rachel begitu Dilan mendatanginya.

"Aku boleh bareng nggak? Sopir aku bilang mobilnya masuk bengkel!" terang Dilan tak bohong.

Maka Rachel seketika mengangguk. "Oh, boleh kak. Kita pulang bareng!"

Dilan meminta Rachel untuk mundur ke belakang agar ia bisa mengambil alih kemudi. Namun tanpa Rachel sadari, Reiner yang kini menurunkan kaca mobilnya terlihat menatap tak suka Rachel yang tampak bahagia kala berbicara dengan seorang pria.

"Ikuti dia Marlon!" titah Reiner dengan wajah tak senang.

"Baik tuan!"

Kesedihan Rachel seolah sirna ketika Dilan dengan suara ramahnya mengajaknya ngobrol di jalan. Meksipun harus mengeraskan suara dan Rachel musti menajamkan pendengaran karena suara angin yang was-wus. Ia tetap senang.

Baru kali ini ia bisa berbarengan dengan Dilan. Keharuman samar yang menguar dari punggung laki-laki kalem di depannya itu membuat cuping hidungnya terbuka. Rachel suka.

Dan Dilan rupanya meminta Rachel untuk menurunkannya di bengkel, dimana supirnya terlihat sudah selesai membetulkan mobilnya. Sepertinya mereka sudah janjian.

"Terimakasih banyak atas tumpangannya!"

"Sama-sama, kak Dilan. Kalau gitu aku duluan!"

Dilan mengangguk sembari melambaikan tangannya. Hanya dengan itu saja hati Rachel sudah terasa menghangat.

Motor kemudian Rachel lajukan kembali. Dan rupanya Reiner masih terus membuntuti. Sampai akhirnya ia melihat Rachel masuk ke sebuah rumah kecil yang ukurannya tak lebih luas dari kandang anjingnya di halaman belakang.

Melihat Rachel sudah masuk, Reiner meminta Marlon menjalankan kembali mobilnya.

***

Semalam, Reiner tak bisa tidur dan terusik hanya karena teringat raut ceria Rachel yang begitu ramah saat berbincang dengan laki-laki kemarin. Sangat berbeda sekali sewaktu berbicara dengannya yang terus menerus menunjukkan muka jutek.

"Transaksi sukses tuan!" ucap Marlon memberikan laporan. Sejenak mengalihkan kesumpekan yang membayangi.

"Hmmm!" jawabnya sembari menghabiskan segelas minuman. Terlihat penat.

"Aku tidak mau di ganggu hari ini. Siapapun yang ingin bertemu denganku kau handle!" kata Reiner.

Marlon membungkuk hormat. Ia jadi ikutan resah karena suasana hati bosnya terlihat kurang baik.

Semula, Reiner sudah mau menelpon Rachel karena hingga jam empat perempuan itu tidak datang. Namun ketukan di pintu pukul empat lewat dua menit membuatnya urung.

CEKLEK!

Ia menatap datar ke arah Rachel yang terlihat ngos-ngosan di mulut pintu. Apakah perempuan itu barusaja berlari?

"Kau telat satu jam dua menit." ucap Reiner sembari melihat jam di pergelangan tangannya. "Kau bilang kau akan tiba pukul tiga jika akan bekerja sore, hm?" Reiner menatap penuh intimidasi.

"Ban motorku bocor!" ucapnya masih mengatur napas.

Reiner beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke arah Rachel. Ia lalu melipat kedua tangannya menatap penuh intimidasi.

"Kenapa, apa motor jelekmu kelebihan muatan karena tadi malam kau gunakan berboncengan?"

Tangan Rachel mengepal kuat menahan kesal akibat di hina. Tapi, tunggu dulu. Darimana Reiner tahu bila semalam dia berboncengan?

"Maaf tuan. Saya sudah lelah, saya mau langsung bekerja dan tak mau berdebat!"

Tapi tangan kekar Reiner langsung menyeret lalu mendorong Rachel hingga punggungnya membentur dinding. Membuat Rachel kembali di serang ketakutan.

"Kau mencoba tak mengindahkan peraturan ku, hah?" Reiner melotot sampai urat merahnya kentara.

Rachel menelan ludah gugup. Pria di depannya itu sungguh menakutkan. Segala yang di tunjukkan sangat sulit ia tebak. Apakah boleh ia menyebutnya tak normal?

"Aku tidak bohong, tuan. Motoku memang bocor tadi!"

"Marlon!" teriak Reiner dengan nada tinggi.

"Marlon!"

Teriakan yang menggema membuat Marlon datang dengan wajah panik. Ia lalu mendekat ke arah Reiner yang kini masih membelenggu posisi Rachel.

"Buang motor perempuan ini dan ganti dengan yang baru, sekarang juga!" teriak Reiner masih menatap tajam Rachel yang ketakutan setengah mati.

Marlon langsung mengangguk kemudian bergegas pergi.

"Apa-apaan kau main buang motorku? Kau menyebutnya jelek dan busuk? Hey, itu hasil kerja kerasku!" ia bahkan lupa tak menggunakan kata-kata sopan seperti yang sempat ia ucapkan.

"Aku tidak peduli. Kau jangan bermain-main denganku!"

Rachel hampir menumpahkan air matanya karena teriakan Reiner tak kunjung mereda. Selain takut, ia benar-benar bingung dengan tempramen Reiner yang sukar di tebak. Melihat Rachel menitikkan air matanya, Reiner langsung pergi sembari membanting pintu kamarnya.

BRAK

Setibanya ia di ruangan lain, Reiner menjambak rambutnya sendiri. Menduga Rachel terlambat dan menghubungkannya dengan lelaki tempo hari sungguh menyulut emosinya. Ia lalu membuka tutup botol minuman di meja kerjanya lalu menuangkan ke gelas sembari meminumnya dengan gusar.

Rachel yang di tinggal seorang diri di kamar terlihat menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ia memilih mulai melakukan tugasnya daripada meratapi nasib. Ia mengambil perlengkapan kebersihan yang tersimpan di sebuah ruangan khusus di kamar Reiner. Meskipun dengan tubuh yang lelah, ia terus menjalan tugasnya. Memvacum sofa, kasur, mengelap kaca jendela, mengepel lantai dan membersihkan toilet serta kamar mandi.

Staminanya bener-bener telah terkikis. Tak mengira jika melakukan pekerjaan ganda bakal semelelahkan seperti saat ini.

Ia melihat ke arah jam dan menunjukkan hampir pukul delapan malam. Ia bersiap-siap untuk pergi namun Reiner tiba-tiba menghadang.

"Hari ini peringatan pertama sekaligus terkahir. Kalau ada kendala segera beritahu. Bukankah aku sudah pernah berkirim pesan padamu?"

Matilah dia. Bahkan nomor Reiner sudah ia hapus karena merasa bukan orang penting dalam hidupnya.

"Kenapa kau diam. Kamarikan ponselmu!"

"Tidak perlu. Aku masih menyimpan nomormu!" kilahnya menyembunyikan ketakutan

"Benarkah, tunjukkan kalau begitu!"

Rachel kebingungan. Dan Reiner yang melihat hal itu menjadi kesal.

"Mana hapemu!" ia berteriak dan membuat Rachel berjingkat.

Dengan takut Rachel menyerahkan ponselnya. Ia melihat chat dan tak mendapati nomornya ada di sana.

"Kau sungguh, menghapus nomorku?" Reiner terlihat marah.

Maka Rachel terpaksa angkat bicara. "Maaf tuan. Memori ponselku penuh. Aku setiap hari harus membersihkan data di ponselku termasuk beberapa pesan!"

Reiner tak menjawab dan sibuk memeriksa pesan yang masuk. Ia makin kesal ketika melihat ada nama 'Kak Dilan ❤️' di ponselnya.

"Siapa Dilan?" tanyanya dengan muka tak suka.

"Bukan siapa-siapa!"

"Bukan siapa-siapa tapi pakai emoticon hati. Wow, bukan siapa-siapa!" entah mengapa Reiner jadi sangat marah.

Rachel kesal dengan kelancangan Reiner. Ia lalu merebut kembali ponselnya dengan kasar.

"Maaf tuan. Saya tahu saya memiliki hutang yang besar pada anda. Tapi bukan berarti anda seenaknya terhadap privasi saya. Saya minta maaf atas kesalahan saya hari ini. Saya tidak akan mengulanginya besok!" sambar Rachel yang harus segera pulang sebab jika ia terlambat Helen pasti akan memukulinya lagi.

Reiner terdiam ketika Rachel berbalik pergi usai mengatakan hal itu. Dan ketika sampai di parkiran, Rachel seketika terkejut sebab motonya benar-benar sudah berganti dengan motor keluaran terbaru.

"Dimana motorku?"

Marlon segera mendatangi Rachel. "Nona. Saya sarankan besok jangan terlambat lagi!"

"Ta-tapi, kemana motor lamaku?"

Marlon menyerahkan sebuah kunci. "Mulai hari ini, ini motor anda!"

1
Yumna
Mom gantunggg… 😭
Yumna
Dasar xena ganjennnnn 🤬🤬
Yumna
Rachel🥹🥹🥹
Yumna
🥹🥹🥹
merry jen
kbur hell bw ppmuu dan wuln ,,kau tau kan nenkk lmpirr itu gk suka SM kmuu ,,dam semlhaa aghata ketauan perbuatan yy
Yumna
Apakah rachel bakalan kabur??
Yumna
Ruwet dah ini.. 🥹
Yumna
Yg sabar yah dillan… smga nnt ada jodoh yg terbaik buat kamu
Yumna
Ngga kebayang gmn modelnya rainer pake baju kyk gitu🤭
Yumna
Ntar klo udah akur , kencannya pake baju couple itu ya kalian🤭🤣
Yumna
Tespek aja hel
Yumna
Si rachel ngga suka bau2 daging tuan mafia.. lagi ngidam orokmu 😏 peka dikit donkk
Yumna
Kencan model apa itu mafiaaa ??🤭🤣
Yumna
Dicipok Biar hilang bekasnya si cewek gatel itu
Yumna
Busettt nih mafia…🤭🤣
Yumna
Yg adem2 aja dlu deh.. gina & marlon
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir
Yumna
Cieeee marlonnnn😁😁😁
Mommy Eng
habis ini ya, habis posyandu 🤪
Yumna
Mom aku tungguin nih🤭
Yumna
Ngidam yg asem2 trnyata🤭.. sok atuh suruh rainer yg beliin kmu makanan hel.. sekalian kerjain tuh mafia gendeng…
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!