Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit Terkesima
Daren memandang ketus para pegawai yang di utus salah satu toko perhiasan, Dua laki-laki dan dua perempuan masing-masing dari mereka menenteng koper dan tas cukup besar, Menggelar perhiasan di ruang utama.
Pak Darwin nampak bersemangat memilih perhiasan untuk Sarah dan tentunya Daren, Pak Darwin meminta emas putih bermatakan berlian, Calon menantunya bukan orang sembarangan jadi untuk Cincin pun harus yang sepesial.
"Pilih salah satu Daren." Titah Pak Darwin sembari menatap ratusan pasang cincin di atas meja.
Daren memutar bola matanya malas, dengan gusar mendekati meja. Begitu serius mencari cincin untuk Sarah. Tapi yang ada dalam pikiran Daren hanya Kinan, kenapa begitu sulit wanita bersuami itu hilang dari lubuk hatinya.
"Kinan akan terlihat cantik jika memakainya." Daren mengambil sepasang cincin bermatakan berlian biru, memandanginya penuh semangat, hal itu mengundang mata Pak Darwin.
"Pilihan yang bagus. Kita ambil yang itu."
Sontak Daren mengalihkan perhatian kepada sang ayah. "Ini untuk Sarah?" Daren menunjuk cincin itu ke Pak Darwin, sebenarnya itu adalah kalimat tanya. Tapi Pak Darwin seolah menganggap itu adalah kebenaran, Daren sudah menentukan pilihan.
"Tolong ukurannya untuk cincin itu." Pinta Pak Darwin kepada para pegawai toko.
Daren kembali menghela napas jengah. Gusar melemparkan cincin ke si pegawai. "Jangan tanya ukurannya padaku." Daren yang merasa muak segera bangkit dan meninggalkan ruang utama menuju kamarnya.
"Sarah, aku harap kamu mempertimbangkan ucap ku tadi."
.
Kediaman Pak Anjas nampak sibuk, beberapa orang berlalu lalang membawa properti untuk acara pertunangan. Mengingat acara di adakan sangat mendadak jadi semua persiapan di kebut agar tepat waktu.
Sarah yang masih terguncang, begitu pasrah ketika orang butik datang dan memintanya untuk mencoba beberapa gaun, beberapa gaun di bawa mencocokkan dengan tema dekorasi, Setelah di konfirmasi Gaun berwarna soft yang di pilih. Gaun berwarna lembut menjadi pilihan, di bagian Dada terdapat aksen kemben dengan taburan payet, menonjolkan keanggunan sesuai dengan karakter Sarah yang senang akan kemewahan.
Sarah terdiam di depan cermin setelah di tinggalkan para pelayan dan orang butik, Wajahnya yang cantik ia tatap penuh rasa hampa, tanpa sadar Sarah menitihkan air mata segera Sarah menghapusnya. "Jangan cengeng, kamu seorang Sarah Narendra,"
Akan tetapi sekuat apapun ia menahan, perasaan di dalam hati yang sulit di ungkapkan membuatnya terisak menumpahkan deraian air mata. "Aku harus gimana? Aku harus gi...manaaaaaa,"
Silakan kalau kamu mau pergi, tapi kamu akan mendengar kabar kematian ayah.
Jangan kamu terima lamaran ku nanti, demi Tuhan Sarah kamu akan menyesal.
Argghhhh.... Sarah mengacak-acak makeup di depannya sampai berhamburan ke lantai. Menangis sejadinya, otaknya menjadi buntu tak bisa berpikir. Dilem dan rasa bimbang menguasai diri.
"Aku ga mau kehilangan Ayah, tapi aku juga ga mau menerima pernikahan ini, Aku harus gimana." Sarah meratapi diri, terperangkap dalam situasi rumit, terlalu bahaya jika salah mengambil keputusan.
"Jika aku harus menderita menikah dengan Daren bukan masalah besar bagi ku, yang penting aku masih bisa melihat ayah sehat. Itu keinginanku," Sarah meringkuk dalam kesedihan, hanya bisa menangis untuk mengeluarkan rasa sesak di dada. Dalam keheningan Sarah tersenyum mengingat ucapan kala Daniel meminta penjelasan ketika ia sudah tertangkap basah menemui Daren di club.
"Sekarang semua menjadi kenyataan, kata-kata ku menjadi nyata."
.
Malam harinya, Pak Anjas segera ke ruang utama di mana acara lamaran akan di adakan di sana. Beberapa kerabat datang dan memberi ucapan Karena akan berbesan dengan Pak Darwin seorang pengusaha sukses.
"Mana Sarah, dia masih belum terlihat?" Tanya salah satu kerabat.
"Dia masih bersiap di kamar." Sahut Pak Anjas.
.
Kamar Sarah nampak berisik dengan suara gelak tawa, Kedua teman dekat Sarah, yakni Jessica dan Nagita datang setelah di beri tahu kabar pertunangan. Awalnya Sarah enggan memberi tahu akan tetapi ini hari bahagia bagaimana pun dirinya harus mengajak kedua teman dekatnya itu untuk datang menemani, setidaknya dengan adanya kedua sahabat Sarah bisa melupakan penderitaan dan tekanan.
"Kamu cantik sekali," Seru Jessica.
Nagita menimpali. "Seperti biasa."
Sarah tertawa kecil. "Makasih ya kalian udah mau datang."
Kedua wanita berparas cantik itu mengangguk, mendekati Sarah yang tengah duduk di depan meja rias.
"Kami pasti datang, ini hari bahagia kamu, ga mungkin dong kami lewatin hari di mana kamu akan menjadi nyonya Daren." Jessica tersenyum penuh kebahagiaan, sedikit mengelus pundak Sarah.
"Ga nyangka ya, kamu pacaran lama sama Daniel, tapi jadinya malah sama Daren," Celetuk Nagita.
"Kamu pasti akan menjadi nyonya Daren yang bahagia, aku dan Nagita tau seperti apa Daren, dia sangat mencintai kamu." Jessica menatap Nagita memberi lirikan, Nagita mengangguk membenarkan, keduanya tak melihat bagaimana wajah Sarah yang murung.
Seandainya kalian tau bagaimana Daren sekarang, kalian pasti akan mengajak ku lari dari sini.
Tok....tok....
"Daren pasti udah datang, Yuk keluar." Nagita kelabakan, segera berlari membuka pintu kamar.
"Nona Sarah di minta turun." Ucap pelayan Mengabarkan.
Nagita mengangguk lalu kembali berlari menghampiri Sarah dan Jessica.
"Yuk turun," Ajak Nagita, bercermin memperbaiki diri.
Sarah dan Jessica tersenyum geli melihat tingkah Nagita yang centil.
"Sebelum turun Poto dulu ya." Jessica menghidupkan ponsel miliknya. Meminta Sarah untuk berpose.
"Aduh engga deh Jes," Sarah menolak keras, terus memberi jawaban tidak mau, tapi Nagita sibuk memintanya bergaya.
"Ayo cepetan Sar, sayang kalau ga di abadi iin," Seru keduanya memaksa Sarah yang mana mengangguk pasrah.
Sarah berusaha tersenyum, mulai berpose memperlihatkan gaya terbaiknya.
"Sempurna, Daren pasti klepek-klepek liat kamu nanti." Seru Jessica, menatap takjub penampilan Sarah yang nampak luar biasa.
Sarah hanya diam membisu. membiarkan kedua temannya membual tentang Daren.
Di ruang utama, Daren dan Pak Darwin sudah duduk manis bersama keluarga, Di sebrang mereka juga sudah terdapat Pak Anjas dan keluarganya, Beberapa tamu undangan yang hadir ikut duduk menunggu Sarah datang, Karena ini acara keluarga jadi tamu yang datang di batasi.
Daren berusaha acuh memperlihatkan wajah gembira, tidak sabaran menunggu Sarah. Hatinya menjadi tak tenang, tiba-tiba saja Daren di landa kepanikan. Kakinya bergetar hebat. Keringat dingin melanda membuat Daren menatap sekitar ruangan, bukan karena pendingin udara akan tetapi kecemasan berlebih penyebab Daren menjadi demikian.
"Wajar kalau kamu gugup, Ayah dulu juga begitu." Bisik Pak Darwin seakan paham situasi yang tengah di rasakan Daren.
Daren melirik sang ayah datar. "Daren hanya bosan saja." Katanya sembari berusaha tenang.
Pak Darwin hanya mengangguk dengan tersenyum geli.
Daren menghela napas beberapa kali, menunggu dengan wajah suntuk, sedangkan Para tamu menikmati suasana yang mulai menegang.
Beberapa menit kemudian, Riuh suara para tamu ketika siluet sosok perempuan melewati pintu ruang utama.
Pak Darwin menepuk paha Daren. "Tuh Sarah?"
Daren yang sedari tadi memilih menunduk, menoleh kearah pintu. Benar saja Sarah tengah berjalan dengan di apit Jessica dan Nagita.
Tanpa sadar Daren mematung, terkesima melihat Sarah yang cantik luar biasa.
Jantungnya berdebar semakin kencang, Hatinya tak terkendali, begitu terguncang melihat Sarah di sana. Daren segera memalingkan wajah, enggan lebih lama menatap Sarah. Jangan sampai ia tertangkap basah karena sudah menatap sebegitunya.
Sarah menunduk malu, berjalan dengan langkah yang gemetar. Duduk berhadapan dengan Daren yang kini menatapnya.
MC mulai membuka acara. Sampai pada akhirnya meminta Daren dan Sarah berdiri.
Jessica datang membawa baki berisi kotak cincin.
Daren dengan cepat mengambil cincin lalu menarik tangan Sarah. "Punya nyali juga kamu." Bisik Daren. Murka ketika Sarah mengatakan menerima Daren menjadi calon suaminya.
Sarah melirik sekilas, ia mengambil cincin dan menarik tangan Daren. "Aku akan membuat kamu mencintai aku lagi."
Daren tersenyum, menatap semua orang memperlihatkan dirinya begitu bahagia.
"Cintaku sudah terkubur untuk mu, Tak tersisa bahkan secuil pun."
Sarah tak menanggapi, keduanya segera bersanding, lalu mengangkat tangan yang mana masing-masing sudah terpasang cincin pengikat cinta mereka.
Sarah dan Daren tersenyum ke arah orang tua, keluarga dan para tamu undangan. Memperlihatkan wajah sumringah penuh rasa bahagia.
Sarah berusaha menahan rasa sakit di hatinya. Ternyata seperti ini di benci orang yang dulu pernah mencintainya begitu besar. Daren seperti sebongkah berlian yang terkubur di kedalaman tanah, ada dua pilihan, menggalinya sampai berhasil menebus berlian, atau berhenti di tengah jalan. Berhenti artinya melihat sang ayah menjadi mayat.
Setelah acara pemasangan cincin. Daren dan Sarah duduk kembali, MC segera menghampiri Pak Darwin setelah tangan laki-laki bule itu melambai memintanya untuk mendekat.
Daren, Sarah dan semua orang memperhatikan pak Darwin yang tengah berbisik di telinga MC.
Daren hanya mampu menghela napas jengah melihat sikap sang ayah. Sudah di pastikan akan ada kekuatan.
"Ok baiklah, Saya baru saja mendapatkan kabar gembira, Pernikahan akan di adakan dua Minggu-
Daren melirik Pak Darwin tak percaya, sedangkan Sarah tertunduk lesu di buatnya.
.
Acara pernikahan yang di hindari keduanya berada di depan mata, Sarah yang sudah menjelma menjadi pengantin wanita duduk di kursi berhias bunga, di sampingnya Daren dengan gagah menjabat tangan Pak Anjas.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Sarah Narendra binti Anjas Narenda dengan mas kawin uang 100 juta rupiah dan emas 500gram di bayar tunai."
"Sah, Sah."
"Alhamdulillah," Ucap Pak Darwin dan Pak Anjas.
Visual Sarah
Visual Daren