Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 Darah Tinggi
"Kenapa semua ini menjadi sangat sulit bagiku," ucapnya dengan menghela nafas berat.
"Baiklah Trisya, kamu sudah terlanjur masuk kedalam situasi ini. Jadi kamu harus menyelesaikan semuanya. Jika sudah terlanjur masuk. Jadi harus bertanggung jawab," ucapnya lagi yang memberi semangat untuk diri sendiri.
Wajar saja Trisya sedikit shock dengan apa yang terjadi. Ini bukan dunia yang biasa dia jalani dan hal itu hal yang lumrah.
Dia adalah cucu dari pemilik Perusahaan Royale. Tetapi identitasnya harus disembunyikan sementara sampai dia bisa mendapatkan jabatan yang layak dan juga sampai Perusahaan Royale jatuh padanya.
Bahkan saat interview tadi, namanya juga dipanggil tanpa embel-embel belakang Brawijaya. Trisya benar-benar tidak menduga jika hidupnya akan seberat ini.
**
Trisya hari ini akan memulai pekerjaannya dan dia sudah mendapatkan meja kerjanya yang duduk di bangku kerja itu dan juga banyak karyawan yang sudah memulai pekerjaan sama seperti dirinya. Yang pasti di bagiannya hanya dia saja karyawan baru dan mungkin di bagian lain karyawan yang tadi dia temui di saat interview ditempatkan di tempat lain.
Trisya menghela nafas dan membuka komputer yang yang di penuhi abu di depannya. Dia terlihat begitu geli saat melihat abu yang membuatnya harus mengambil tisu sangat banyak dan langsung melap komputer tersebut sembari menutup mulut yang takut abu itu masuk.
"Apa tidak penyakitan orang-orang yang bekerja di sini!" protesnya dengan kesal.
"Kamu karyawan baru ya!" tiba-tiba seorang wanita bertanya kepada Trisya dan nada bertanya itu seolah sangat tidak menyukai Trisya dengan nada julid.
"Iya," jawab Trisya dengan datar dan bahkan sembari tangannya melanjutkan pekerjaan nya.
"Kamu belum sampai 24 jam berada di Perusahaan. Jadi kamu harus menghargai orang-orang yang sudah lama berada di sini," ucap wanita itu.
Trisya langsung menoleh ke arah wanita tersebut dan melihat tanda pengenal yang dikalungkan di lehernya namanya Amel.
"Apa dia pikir ini adalah sekolahan yang harus ada senior dan Junior," batin Trisya kesal.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Kamu sangat tidak menyukai dengan apa yang aku katakan?" tanya wanita itu yang tampak begitu tersinggung.
Dia memang seperti ingin mempertegas, kan bahwa dia adalah senior. Wajahnya juga di pasang begitu Judas dan dia pikir Trisya takut. Justru tidak.
"Aku sama sekali tidak memikirkan apapun," jawab Trisya dengan santai.
"Hmmmm, kalau kamu belum mulai pekerjaan kamu. Kamu tolong fotokopi ini!" Wanita itu yang langsung memberikan pekerjaan kepada Trisya yang membuat Trisya mengerutkan dahi.
"Aku harus mengerjakan ini?" tanya Trisya.
"Hanya berjalan beberapa meter saja dan apa susahnya," sahut wanita itu.
Mulut Trisya yang terlihat ingin protes kembali. Tetapi hal itu tidak jadi dan dia menarik nafas panjang yang membuang perlahan ke depan dan mau tidak mau mengambil dokumen tersebut lalu berdiri dari tempat duduknya.
Trisya sama sekali tidak boleh melakukan kesalahan fatal yang membuat orang-orang tahu bahwa dia adalah cucu dari Haryanto dan hal itu akan membuat Haryanto marah yang bahkan tidak memberikan kesempatan apa-apa kepada Trisya. Jadi mau tidak mau dia terpaksa melakukan semua itu.
Trisya yang sekarang berada di depan mesin fotocopy dengan penuh kekesalan dan emosi yang menunggu beberapa lembaran yang tadi katanya hanya sedikit dan ternyata begitu banyak sekali.
"Kak Trisya!" tiba-tiba saja Trisya ditegur seorang pria yang membuat Trisya menoleh. Melihat pria tersebut membuat Trisya hanya menghela nafas berat.
"Aku pikir apa yang dikatakan Tante Lena tidak benar dan ternyata memang benar. Bahwa Kakak akan memulai dari nol bekerja di Perusahaan ini. Itu sama sekali tidak masalah dan aku juga begitu. Ya. Keluarga memang benar-benar sangat lucu," sahut pria itu dengan tersenyum geleng-geleng kepala.
"Lalu kau sangat membanggakan dirimu yang sekarang ini?" tanya Trisya dengan kesal dan wajahnya tampak judes sekali.
"Aku harus bangga bukan dengan aku yang memulai dari nol dan sekarang aku sudah memiliki jabatan di Perusahaan ini," jawabnya dengan santai.
"Apa yang kau banggakan hah! kau sudah 3 tahun berada di Perusahaan ini dan baru bulan kemarin kau mendapatkan jabatan yang kau pegang sekarang dan kau merasa bangga dengan semua itu. Kau itu bergerak sangat lambat dan pantas saja Ibuku menyuruhku pulang dari Amerika untuk semua hal bodoh ini!" umpat Trisya dengan kesal yang mulutnya merocos panjang seperti rel kereta api.
Pria yang bernama Rangga yang tak lain adalah adik sepupunya itu garuk-garuk kepala menggunakan jarinya, mendengarkan ocehan itu dan mungkin saja Rangga menjadi pelampiasan kemarahan Trisya hari ini. Senyum Rangga juga sudah hilang seketika begitu saja.
"Jika kau terus saja bodoh dan hanya bertindak seperti ini yang sangat lambat sekali maju. Kau lama-lama akan kembali turun ke bawah dan mungkin bisa menjadi security di depan sana!" tegas Trisya yang kalau berbicara memang mulutnya sangat pedas.
"Hey Kak. Kau berbicara terlalu banyak. Aku sama sekali tidak memburu apapun dan tidak terobsesi dengan apapun. Aku hanya menjalani segala sesuatu dengan pelan-pelan dan menikmati prosesnya. Aku bukan pria yang ambisius," sahut Rangga dengan santai.
"Kalau begitu nikmati prosesnya sampai usiamu 70 tahun!" kesal Trisya. Rangga yang terlihat menelan ludah yang sudah mendapatkan sumpah serapah itu.
"Kau enyah dari hadapanku. Jangan pernah sekalipun menggangguku. Aku bisa-bisa menghancurkanmu!" tegas Trisya dengan kesal.
"Iya-iya!" pria itu yang sepertinya sangat takut pada Trisya dan mau tidak mau langsung pergi saja dan daripada dia akan disembur lagi
"Huhhh, benar-benar orang-orang di perusahaan ini sangat gila dan sama saja dengan keluargaku," umpat Trisya yang semakin emosi tingkat dewa. Belum lagi melihat fotokopian itu yang tidak selesai sejak tadi.
Bagaimana dia tidak mengamuk, dia adalah cucu dari Perusahaan Royale dan sudah diperlakukan seperti babu.
"Kamu memiliki wajah yang cantik!" tiba-tiba saja Trisya menoleh ke sebelah kirinya saat dia ditegur dan pria itu tak lain adalah Devan.
"Jadi wajar saja dia mengajakmu berbicara seperti. Mungkin karena kecantikan yang kamu miliki mampu memikat hatinya," ucap Devan dengan santai sembari kedua tangannya berada di saku celananya.
"Apalagi maksud dia," batin Trisya yang lama-lama bisa darah tinggi.
"Tapi aku harus memberitahu kepadamu. Dia sudah memiliki keluarga. Dia memiliki anak dari istrinya. Mungkin keahlian yang dia miliki hanya sebagai cucu dari pemilik Perusahaan ini. Tetapi keahliannya tidak ada apa-apanya dibandingkan aku yang sebagai manajer Perusahaan ini," ucap Devan yang malah promosi.
"Apa aku ada bertanya padanya," batin Trisya.
"Saya sudah bekerja 10 tahun di Perusahaan ini. Saya lulusan Universitas Singapura. Ya, itu pasti sangat mengejutkan bagi kamu. Tetapi, aku memiliki kepintaran yang sangat luar biasa dan membuatku masuk Universitas. Saya juga langsung diterima di anak Perusahaan yang berada di Singapura dan aku kuliah sambil bekerja. Lalu setelah saya lulus kuliah, saya ditempatkan di Perusahaan ini dan aku sudah menjadi Manager keuangan kurang lebih 6 tahun. Jadi total perjalananku mengabdi pada Perusahaan ini 10 tahun!" jelas Devan yang malah semakin panjang menceritakan biografi tentang dirinya.
Bersambung......
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi