Yasmin, janda muda dan cantik harus menerima jadi istri simpanan seorang pria kaya dan sudah beristri. Berawal dari pertemuan tak sengaja Reynald dengan Yasmin yang tak lain adalah karyawannya sendiri di dalam lift perusahaannya. Reynald tertarik pada pandangan pertama dan setelah ditelusuri Yasmin ternyata memiliki pekerjaan sampingan sebagai wanita panggilan.
Reynald merupakan seorang pengusaha di bidang properti dan real estate. Ia memiliki seorang istri cantik dengan segala kegiatannya sebagai sosialita. Hidup bergelimang harta membuat Aurel lupa diri hingga terlibat perselingkuhan dengan pria lain, hal itulah yang membuat Reynald perlahan mencari pelarian untuk melayani hasrat sexnya. Sedangkan Yasmin menerima jadi istri simpanan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.
Apakah pernikahan Yasmin dengan sang BOS bisa terendus? Dan apakah pernikahan mereka berdua murni karena *** semata?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Jayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
BRAAKK!
Regan menggebrak meja, membuat Silvia terlonjak kaget.
"Aku sudah bilang sama kamu untuk tidak ikut campur masalahku! Dan sekarang kamu berani datang hanya untuk membahas masalah ini, hah?"
Reynald sudah hilang kesabaran, beruntung tangannya dia tahan agar tidak mendarat di pipi mulus Silvia.
"Ikut campur masalah kamu? Wajar aku ikut campur karena suamiku ada main dengan perempuan lain, apa aku salah?" lawan Silvia.
"Kamu mengakuiku sekarang? Kemana saja kamu selama ini? Setelah kamu bosan dengan duniamu dan kamu kembali sesuka hatimu, waw hebat sekali kamu!"
"Cukup Reynald! Aku tidak mau membahasnya lagi!"
"Sayangnya aku akan tetap menbahasnya sampai kapanpun. Sampai kamu mengakuinya kalau kamu salah dan menyerah. Aku sedang sibuk, ke luar lah!"
Silvia mengeram marah, Reynald masih belum berubah dan tetap keras kepala. Apapun akan Silvia lakukan demi mempertahankannya.
Dia mengentakkan kakinya meninggalkan ruangan Reynald.
Di luar ruangan ada Romi sedang berbicara dengan Helen, Silvia lantas menarik paksa tangan Romi segera menjauh dari meja sekretarisnya Reynald itu.
"Beri tahu aku siapa selingkuhannya Reynald?" Silvia memaksa Romi.
Romi menggelengkan kepalanya, "Saya tidak tahu, Bu. Setahu saya pak Reynald tidak memiliki selingkuhan."
Ya, apa yang diucapkan Romi memang benar. Reynald tidak memiliki selingkuhan tapi Reynald memiliki istri ke dua.
Silvia tersenyum kecut, "Aku lihat foto kamu ada di antara suamiku dan perempuan itu. Kamu masih mau mengelaknya lagi? Jangan karena kamu adalah orang kepercayaan suamiku, kamu bisa membohongiku juga!" kata Silvia marah.
"Maaf, Bu Silvia. Saya tidak berhak ikut campur masalah rumah tangga anda dan pak Reynald. Karena itu bukan ranah saya. Ada baiknya anda tanyakan langsung kepada yang bersangkutan," ucap Romi bijak.
"Buat apa aku tanya sama kamu kalau suamiku mengakuinya. Cih, kalian sama-sama menyebalkan!" Silvia pergi dengan perasaan membuncah. Kedatangannya ke kantor tidak membuahkan hasil, hanya menambah lukanya semakin menganga.
Perasaannya semakin kalut, dia merasa sia-sia sudah beradu mulut dengan suaminya. Reynald memang pandai berbicara dan Silvia bukan lawannya.
'Kamu tahu Reynald bagaimana perasaanku mengetahui perselingkuhanmu dengan perempuan itu? Kamu tahu bagaimana sakitnya aku? Karena kesalahanku dulu bermain api dengan Martin sampai kamu membenciku. Bahkan kamu kadang tidak pulang dan entah bermalam di mana.' Silvia menangis dalam pilu.
Sepeninggal Silvia, Roni berdiam diri di ruangannya. Seandainya saja waktu berpihak padanya, mungkin saat ini Silvia menjadi miliknya. Bukan Reynald
Andaikan dulu Romi sudah mapan seperti sekarang, mungkin Silvia tidak akan berpaling dan tidak akan menerima ajakan Ambar untuk menikah dengan puteranya.
Kebaikan Reynald karena sudah mempercayainya, dan semua fasilitas karena keloyalitasan pada atasanya itu menjadikan Romi mampu meraih apapun yang dia inginkan. Dan Romi bukanlah tipikal orang yang haus akan harta. Dia hanya menerima seadanya tanpa meminta lebih. Hanya masalah pribadinya saja yang kurang beruntung, terlalu lama memendam perasaan pada Silvia membuatnya kehilangan Silvia dalam sekejap.
***
"Yas, kamu sama pak Rudi nanti ketemuan sama wakilnya Bumi Putera ya. Saya sudah membuat janji dengan mereka sore ini selepas jam kerja," pinta Farah pada Yasmin ketika dia baru saja kembali dari kantin.
"Sore ini, Bu? Berduaan saja sama pak Rudi? Bisa saya ajak Dina atau Sani gak, Bu?" tanyanya, pasalnya Reynald sudah mewanti-wanti agar dia tidak pergi berdua dengan pria lain termasuk sesama karyawan.
Farah mengangguk, "Oke kamu boleh ajak Sani atau Dina, takutnya nanti pacar kamu marah karena jalan berduaan sama pak Rudi."
Farah tersenyum penuh arti, seakan dia ingin menyampaikan sesuatu dari ucapannya itu.
"Oh ya, Yas. Kamu tahu gak sih, ada gosip hangat. Kabarnya pak Reynald punya selingkuhan," bisiknya.
Yasmin diam mematung.
"Ya kalau menurut saya sih sah-sah saja, lagian pak Reynald itu pria kaya pasti banyak perempuan yang mau. Lagian menurut kabar istrinya pak Reynald itu terlalu over mungkin itu sebabnya pak Reynald cari yang baru," sambungnya lagi.
"Saya kurang tahu masalah rumah tangga pak Reynald termasuk selingkuhannya. Lagian itu bukanlah ranah saya, Bu."
"Ck, masa saya harus jelaskan sih. Apa kamu benar-benar tidak tertarik, Yas? Secara pak Reynald kan ganteng."
Yasmin menghela napasnya sejenak, entah apa maksud Farah mengatakan semua itu padanya. Atau Farah sengaja ingin menjebaknya.
Mulai saat ini Yasmin harus ekstra hati-hati bersikap di kantor, terlebih menjaga hubungannya dengan Reynald tetap terjaga.
*
Yasmin menghubungi Romi, menitipkan pesan untuk Reynald kalau dia harus ke luar bersama Rudi dan Sani untuk urusan pekerjaan. Dengan tidak menghubungi Reynald secara langsung akan meminimalisir dugaan kuat gosip perselingkuhannya.
"Kenapa dia tidak menghubungi ponselku?" tanyanya heran.
"Maaf, Pak. Nona Yasmin tidak memberitahukan apa-apa lagi," jawab Romi.
"Oke, kalau begitu suruh orang kita mengikuti mereka kemanapun. Jangan sampai mereka curiga."
"Baik, Pak."
***
Yasmin pulang ke rumah 2 jam lebih telat dari biasanya, setelah urusannya selesai dengan pihak Bumi Putera, dia lekas pulang karena Reynald memberikannya warning untuk pergi ke tempat lain. Dengan terpaksa diapun harus menolak ajakan Rudi dan Sani untuk makan malam sama-sama.
Setelah mandi, diapun santai di sofa. Menyalakan televisi menonton sinetron favoritnya yang sedang tayang.
Tidak ada tanda-tanda Reynald akan datang, diapun tidak mempersiapkan apa-apa jadi dia bisa beristirahat. Pukul 22.00, Yasmin sudah merasakan kantuk sampai tak terasa diapun tidur di depan televisi.
Yasmin merasakan pipinya dingin terasa sesuatu menyentuhnya. Matanya mengerjap tak kala melihat sesosok pria sedang menatapnya. Yasmin langsung bangun, kaget dengan kehadiran Reynald yang tiba-tiba.
"Pak, kapan anda datang?" tanyanya.
"Cukuplah sampai puas mendengar kamu ngorok," jawabnya menyeringai.
"Iiissh siapa juga yang suka ngorok, Pak. Saya tidak pernah ngorok," ucap Yasmin sambil mengerucutkan bibirnya.
"Bercanda, Yas." Reynald mencubit hidung Yasmin gemas sampai terlihat kemerahan.
"Bapak baru pulang dari kantor jam segini?"
"Iya, tadinya saya mau menginap di kantor. Tapi wajah kamu terus terbayang, saya tidak tahan jauh-jauh dari kamu."
Yasmin memutar bola matanya malas, bisa saja suaminya itu mengeluarkan kata-kata gombal demi menyenangkan hatinya.
"Kamu tidak percaya sama saya?" tanyanya serius.
"Percaya-percaya, sudah ah ayo kita ke kamar saja." Yasmin bangkit dari duduknya, meraih tangan suaminya mengajaknya ke lantai atas.
"Sebentar, Yasmin." Reynald menahan pergerakan istrinya.
"Ada apa?" tanyanya.
"Mau ngapain kamu ngajakin saya ke kamar? Kamu sudah tidak tahan ya?" Reynald menyeringai.
"Iiish, apa sih. Kan sudah malam, kita istirahat di kamar. Pasti Bapak sudah lelah kan?"
"Hahaha, kamu lucu. Iya saya memang lelah malam ini. Saya mau mandi dulu, setelah itu kita istirahat ya." Reynald merangkul Yasmin lalu mengajaknya ke kamar.
***
Bersambung...