Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya berubah semenjak kematian sang ayah, membuat dirinya berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Siang itu adikku baru pulang sekolah, bertepatan dengan itu pula, mamah sudah selesai masak, setelah mengganti baju, adikku ikut berkumpul bersama kami untuk makan siang.
Suasana hari itu sedikit canggung, tidak biasanya ayah sedikit lebih mengacuhkanku.
" Yah nasinya segini cukup?", tanya mamahku kepada ayah, " Cukup bu,kalau kurang gampang nanti bisa tambah", jawab ayahku kemudian.
" A gimana hari ini disekolah??", tanya ayahku kepada adikku.
"Ya gitu aja yah seperti biasa, tadi ada ulangan disekolah, untung aku udah bisa jadi gampang ngerjainnya", jawab adikku sambil mengunyah makanannya.
" Ya baguslah, kamu harus sekolah yang rajin sebentar lagi kelulusan bukan?", tanya ayahku lagi.
" Iya yah, hmm yah sepatu aa udah jebol boleh gak aa minta dibeliin sepatu baru??", pinta adikku sambil terbata-bata kala mengucapkannya.
Adikku ragu untuk meminta kepada ayah, karena iapun tahu penghasilan ayah hanya mengandalkan dari kerjanya saja, dan uang yang beliau hasilkan pun tidak banyak, hanya cukup untuk makan sehari-hari, belum lagi harus bayar kontrakan rumah dan biaya sekolahnya adikku.
Aku yang mendengar itu hanya terdiam sambil menundukan wajah, selama ini aku dan adikku memang tidak terlalu dekat apalagi mengobrol, terlebih karena kala itu adikku sudah kelas 3 SMP, lebih banyak belajar bersama teman-temannya dan jarang dirumah, sedangkan aku sudah bekerja, jadi waktu yang dihabiskan untuk kami berinteraksi tidak banyak karena terkadang seperti hari libur saja aku bangun siang dan tidur lebih cepat karena harus bangun pagi lagi untuk memulai kerja besok.
"Iya nanti kalau ayah punya uang kita beli ya, doakan saja bulan depan ayah ada uang lebih dan bisa belikan kamu sepatu baru", jawab ayahku.
Lalu adikku pun tersenyum sambil menjawab, " Iya makasih yah".
Aku termenung disela-sela makanku, betapa bodohnya aku mengingat semua yang terjadi, aku lebih banyak menghabiskan uang gajiku untuk seorang pria modus, sedangkan disini adikku sepatunya sudah jebol, aku justru tidak tahu, mengapa aku bodoh sekali gumamku dalam hati.
Puteri memprioritaskan orang lain tanpa menyadari bahwa orang-orang terdekatnya membutuhkannya, padahal mereka lah yang selalu ada untuk Puteri dan mereka jugalah yang memprioritaskan Puteri dibandingkan yang lainnya.
Puteri pun tersadar dari lamunannya ketika ayah bertanya padanya, " Gimana dengan Rahman teh? apa dia ada memberi penjelasan dengan kejadian semalam?", tanya ayahku sambil memasukan makanan kedalam mulutnya.
"Teteh udah putus yah sama Rahman, semalam teteh putuskan Rahman lewat sms dan sudah memblokirnya!!", jawabku sambil menundukan wajah, tak berani aku menatap wajah ayahku.
" Hmm jika menurutmu itu yang terbaik, ayah mendukung, karena ayah tahu putri ayah itu cerdas, dia pasti berpikir dulu sebelum mengambil sebuah keputusan".
Mendengar kata-kata ayah barusan, aku seperti tersentil, pasalnya ketika aku memutuskan untuk berpacaran dengan Rahman dulu, aku begitu gegabah dan tidak berpikir bahwa pria itu hanya memanfaatkan uangku saja, dan tentunya keluargaku tidak pernah tahu soal itu.
Sesak rasanya menahan air mata ini agar tidak lolos dari mataku, menahan gemuruh yang ada di dada, cinta yang membuatku buta hingga mengabaikan mereka, orang-orang yang ada dihadapanku ini.
Mereka yang dengan tulus memberiku kasih sayang, mereka yang tanpa pamrih memberiku rasa nyaman, dan ya.. aku benar.. keputusanku kali ini benar, aku tidak menyesal karena sudah memutuskan Rahman dan lebih memilih kembali pada keluargaku.
"Iya yah, teteh pengen fokus kerja dulu, teteh juga pengen lebih ngabisin waktu sama keluarga lagi, kayaknya balik seperti dulu lebih menyenangkan", lirihku..
Semenjak berpacaran dengan Rahman, Puteri jarang ada waktu dengan keluarga, dihari libur kerja pun ia selalu pergi hangout dengan Rahman dan teman-teman maupun saudarinya.
Puteri memang bertemu dengan orang-orang baru, tapi satu hal yang selalu Puteri tutupi, ia tidak pernah merasa nyaman dengan lingkungan hedon itu, ia merasa tidak nyaman berada ditengah orang-orang yang selalu menghambur-hamburkan uang orang tua mereka, berbeda dengan Puteri yang sudah menghasilkan uang sendri ditambah karena ia terlahir dari keluarga sederhana, hingga ia terbiasa hidup hemat.
Lelah nya bekerja membuat Puteri semakin bijak mengeluarkan pundi-pundi rupiah hasil kerja kerasnya tersebut, namun karena cinta buta nya kepada Rahman, hasil kerja keras 1 bulan bisa habis hanya dalam 1 minggu.
"Baguslah kalau begitu, ayah lebih suka kalau kamu fokus pada pekerjaanmu dulu, daripada berhubungan dengan pria yang tidak baik seperti itu".
Seketika aku terkejut mendengarkan perkataan ayah barusan, apa yang ayah katakan memang benar, dan apakah sebenarnya maksud perkataan ayah? apa ayah tau tentang apa yang terjadi antara aku dan Rahman?? tahu jika selama ini aku mengeluarkan uang untuk menyokong pria itu??
Dengan susah payah aku menelan makananku yang hampir tersedak, karena terkejut mendengar ucapan ayah.
"Nih minum dulu, pelan-pelan makannya teh", mamahku menyodorkanku minum sambil menepuk2kan punggungku. Kemudian aku meminum air yang diberikan mamah dan menaruh gelas itu disamping piringku.
Setelah selesai makan, aku membantu mamah mencuci piring kotor, kemudian mengambil hp ku yang ku simpan dikamar seharian ini, ada banyak panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak dikenal, membuatku mengerutkan dahi bertanya-tanya, siapa yang menelponku sebanyak ini dengan no baru??
Memang aku selalu mengaktifkan mode silent bila sedang dirumah karena aku tidak mau waktuku beristirahat dan bersantai dengan orang rumah terganggu.
Tanpa ambil pusing ku abaikan panggilan tak terjawab tadi karena dipikirku mungkin yang menelponku berkali-kali itu adalah Rahman, karena no nya sudah aku blokir sehingga dia tidak bisa menghubungiku, lalu mencoba menggunakan nomor yg lain..
Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, dan rencananya malam ini kami ingin makan nasi goreng saja di pedagang keliling langganan kami.
Aku berinisiatif mentraktir keluargaku, karena rasanya sudah lama aku tidak menyenangkan mereka walau hanya dengan membuat perut mereka kenyang.
Setelah makan malam berlalu, aku memutuskan menyiapkan pakaian kerjaku untuk ku pakai besok pagi, karena kebetulan besok aku masuk shift pagi..
Aku siap2 naik ke ranjangku, dan ketika aku hendak mencharge hp ku, ku lihat ada notifikasi masuk, 3 panggilan tak terjawab dan 2 pesan dari nomor yang tidak dikenal tersebut..
Karena penasaran lalu ku buka isi pesan itu.. Dan benar saja ternyata Rahman yang berusaha menghubungiku dengan nomor baru, dia tidak terima aku memutuskannya begitu saja dan memblokir nomor hpnya.
"Yank ini Rahman, kamu kenapa blokir nomor aku sih?? aku minta maaf , waktu itu gak jadi jemput kamu karena aku lagi ada acara dan gak bisa ninggalin acaranya gitu aja, kamu jangan marah maafin aku.. Angkat telponnya aku ingin bicara". Begitu isi pesan yang pertama.
"Yank aku gak mau kita putus, aku cinta sama kamu yank maafin aku, aku janji gak bakalan ingkar janji lagi, tolong angkat telpon aku yank atau minimal kamu balas sms ini, aku gak mau kehilangan kamu yank". Begitu isi pesan yang kedua.
Aku adalah orang yang paling benci ketika orang yang aku percaya ingkar berkali-kali..sekali dua kali aku masih bisa memaafkan, tapi yang terakhir kemarin sudah benar-benar keterlaluan.
Kemudian aku men-setting panggilan di hp ku agar nomor tidak dikenal ataupun sms dari no yang tidak aku kenal bisa aku blokir.. Aku memang masih menyimpan rasa terhadap Rahman, tapi aku juga tidak ingin melakukan hal bodoh lagi, sudah cukup selama ini kesabaranku menghadapi sikapnya yang semaunya sendiri.. Kini lebih baik aku fokus pada pekerjaanku, dan fokus pada keluargaku saja..
Sekarang sudah jam 9 malam, waktunya aku tidur agar besok pagi badanku berasa lebih segar untuk memulai aktivitasku seperti hari-hari sebelumnya. Setelah aku mencharge hp,kemudian aku berbaring menuju alam mimpi tidak lupa berdoa terlebih dahulu..
Keesokan harinya saat ditempat kerja, Rahman menyusulku kesana, ia meminta izin untuk berbicara sebentar denganku.
Saat itu aku hanya menengok ke teh Wulan, dan teteh mengangguk seraya mengizinkan. Kamipun keluar karena tidak ingin percakapan kami didengar oleh teman-temanku.
Rahman meminta maaf dan ia ingin kembali lagi kepadaku, sayangnya aku sudah tidak peduli, dan mau bagaimanapun ia memohon aku sungguh tidak akan pernah kembali kepadanya.
Kemudian akupun mengatakan 1 hal kepadanya yang akhirnya membuatnya diam dan pergi, aku mengatakan jika aku sudah memiliki kekasih baru, yang lebih baik darinya, dan yang pasti tidak memanfaatkannya seperti Rahman.
Mendengar hal itu Rahman hanya terdiam dan pergi, pastinya ia merasa tersentil dengan ucapan Puteri, sehingga ia pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Puteri kembali ke tempat kerjanya, Wulan sudah menunggunya dengan gelisah, Wulan takut jika Puteri luluh dan kembali lagi kepada Rahman. Namun Puteri mengatakan yang sebenarnya, termasuk kebohongannya yang mengatakan jika ia mempunyai kekasih baru adalah agar Rahman kecewa, jika Puteri sudah mendapatkan yang jauh lebih baik.