Dendam Istri Yang Sering Dihina

Anin berjalan melangkah masuk kedalam rumah megah yang kini telah menjadi miliknya.

Belum sampai kaki Anin untuk melangkah keatas tangga. Tiba-tiba suara mama mertuanya menghalau langkah kakinya.

"Udah berasa jadi orang kaya beneran iya?"

Mendengar penuturan mama mertuanya. Anin membalikkan tubuh, sekaligus mengarahkan pandangannya kearah wanita paruh baya yang ternyata sudah ada di belakangnya.

"Aku lagi nggak pengen debat." Balas Anin.

"Dari mana aja kamu, dari pagi udah kelayapan. Pulang bawa belanjaan segini banyaknya. Terus penampilan kamu itu... "

Ucapan mertua nya yang membuat Anin rasanya ingin pecah kepalanya. "Mama bisa nggak sih nggak usah ngomel terus. Aku nggak dandan mama ngomel, aku dandan mama ngomel. Terus mama itu mau nya aku ngapain."

"kamu itu nyadar nggak sih. Dengan kamu berfoya-foya sama harta keluarga saya. Sampek merubah penampilan kamu kayak gini, itu udah nunjukkin kalau kamu itu jalang murahan yang hanya mau ngabisin uang keluarga saya." Sahut mama mertua.

Kedua tangan Anin, gadis itu lipat di depan perut rampingnya. Matanya malas menatap kearah mertua yang sama saja dengan ibu dan adik kandungnya.

Melihat pandangan Anin. Membuat mertuanya itu pun langsung melontarkan hinaan pada gadis itu. "Emang kelakuan orang miskin itu kayak kamu yah? Cuman bisa jadi beban untuk orang kaya kayak saya dan keluarga saya."

"Iyah, mama bener. Orang miskin emang kayak gini. Mereka bisa membuat orang kaya kayak mama dan keluarga mama itu, bersimpuh balik di kaki mereka." Serka Anin langsung.

Mata Anin pun mengarah kearah sekitar rumah yang sepertinya tak pernah dibersihkan. Bahkan meja makan yang terlihat masih ada bekas makanan yang tak di bersihkan.

"Dari pada mama ngoceh nggak jelas, mendingan suruh anak gadis mama itu bersihin rumah, sekalian belajar masak. Takutnya nanti dia dapat mertua kayak mama, bisa bunuh diri nanti dia." Imbuh Anin lagi.

Setelah mengatakan hal itu. Anin melangkah pergi kearah kamarnya berada.

"Anin! Berhenti kamu, mama belum selesai bicara. Anin!" Teriakan mertua tak di hiraukan oleh Anin.

Anin tetap melangkah kearah kamarnya.

Cek lekk

Suara pintu kamar Anin ia buka.

Ketika gadis itu hendak beranjak untuk membersihkan tubuhnya. Suara pesan pun masuk dalam ponselnya.

Ting

Tangannya pun meraih ponsel yang berada di dalam tas.

Mata Anin menatap kearah layar ponsel.

Isi pesan Orang suruhan

Orang suruhan : "ini foto yang ingin ibuk Anin saya cari tau."

Gambar

Senyuman pun terukir di kedua sudut bibir Anin.

Dengan cepat Anin membalas chat dari orang suruhan nya.

Balasan isi chat Anin Anin

Anin : "bagus! Tapi saya ingin foto yang lebih intim lagi."

Setelah membalas chat, Anin hendak untuk menuju kearah kamar mandi. Akan tetapi, tiba-tiba....

Brakk

"Anin!" Sentak Adriel.

Sedikit terkejut, akan tetapi tak ada ketakutan dalam diri Anin sekalipun. Dengan santai Anin menjawab. "Kamu pikir aku tuli? Ngomong.... "

Belum sempat Anin melanjutkan ucapannya. Tangan Anin di cekal langsung oleh Adriel.

Dengan kilatan penuh kemarahan. Adriel berkata menggunakan nada tinggi. "Kamu udah gila? Kamu belanja apa aja ha? Sampek ngehabisin uang ratusan juta."

Merasa sakit akibat pegangan tangan Adriel. Sentak kan Anin pun ia berikan. "Lepasin! Kamu itu emang kasar yah, sama kayak keluarga kamu itu.

"Jaga ucapan kamu itu."

"Kenapa? Nggak boleh aku ngomong kayak gitu?" Bentak Anin.

Tangan Adriel hendak melayang kearah pipi Anin.

Tapi dengan cepat Anin malah menberikan pipinya untuk di tampar oleh suaminya itu. "Tampar aku! Ayok, tampar aku. Biar kamu puas." Ucap Anin, dengan kemarahan yang begitu bergejolak tak karuan.

"Cuman perkara uang kecil yang baru aku gunakan untuk diriku sendiri aja, kamu udah berlagak kayak aku habisin uang kamu Triliuanan itu. Lalu uang yang kamu berikan untuk pacar kamu selama ini, apa pernah aku ungkit?"Imbuh Anin.

Sedikit terkejut, akan penuturan Anin. Pasalnya ia memang memberi kan jessica kado karna menyambut kedatangan nya ke Indonesia dan menjadi sekertaris barunya. Dengan kado yang menurut nya kecil yaitu mobil Lamborghini.

Tapi kenapa Anin tau? Dari mana istrinya itu tau?

Melihat suaminya yang hanya diam. Tak seperti tadi yang berlagak seakan pria yang paling bijak mengenai keuangan.

Senyuman remeh pun Anin tunjukkan. "Kenapa? Kaget? Kaget lihat aku tau semuanya. Mobil Lamborghini itu harganya berapa sih mas? Cobak beritahu, gadis miskin ini. Berapa harganya? Jawab aku berapa harganya?"

"Itu cuman kado kecil, lagian bukan sering aku beliin itu."

"Kecil kamu bilang? Aku yang hanya beli keperluan ku sendiri, kamu ngamuk nggak jelas. Dan mobil itu kamu beli untuk selingkuhan kamu, dengan bangga kamu bilang kecil?"

Dengan penuh keberanian Anin mendorong tubuh Adriel. "Kamu itu laki-laki brengsek yang pernah aku temuin. Hal terburuk dalam hidup aku adalah menikah dengan kamu."

Air mata keluar dari pelupuk mata indahnya. Deru nafas yang semakin tak karuan, ia tak mampu untuk menahan lagi gejolak dalam diri, yang selama ini ingin ia keluarkan.

"Aku bersyukur tidak pernah hamil anak mu. Karna jika itu terjadi, aku mungkin akan membunuh anak yang berada di dalam perut ku itu." Imbuh Anin.

Adriel terdiam.

"Keluar kamu sekarang, aku bilang keluar!" Teriak Anin, terlihat orang yang terkena depresi berat.

Seakan ada rasa iba dalam diri Adriel. Pria itu pun beranjak pergi dari kamar.

Brakk

Suara pintu Anin tutup dengan kasar.

Gadis itu menangis pilu di balik pintu kamar nya.

"Aaaaaa.... " Teriak Anin, tangisannya tak mampu untuk lagi ia pendam.

Merasa kalau harta yang ia dapat, membuatnya dengan mudah membalas dendam. Akan tetapi semua itu salah. Kini hidup Anin masih saja terasa sakit, bahkan lebih sakit dengan orang yang sama pula.

"Eyang! Anin capek, apa yang harus Anin lakuin? Semua harta Eyang nggak mampu untuk buat Anik kuat. Mereka terlalu banyak, sedangkan aku. Sedangkan aku sendiri. Aku bener-bener sendiri." Ucap Anin.

"Hiks hiks hiks..... Aaaahhh.... " Anin menangis tersedu-sedu mengingat setiap rentetan kejadian yang terjadi sejak tadi pagi.

Keluarganya sendiri yang memperlakukan nya dengan buruk. Bahkan keluarga suaminya sendiri. Dan sekarang suaminya yang selalu saja menambah luka yang teramat dalam di dirinya.

Merasa frustasi. Tiba-tiba rasa mual Anin rasakan.

Anin langsung berlari di kamar mandi.

Memuntahkan makanan yang tadi siang ia makan. Perutnya masih mual, dan terasa tak enak. Dengan lemas Anin terduduk lemas di lantai kamar mandi.

Dengan mata terpejam. Tiba-tiba Anin mengingat sesuatu, ia telah telat datang bulan. Dan terakhir kemarin ia berhubungan dengan Adriel setelah sekian lamanya. Lebih tepatnya saat suaminya itu memperkosa dirinya.

"Nggak! Aku nggak mungkin hamil." Ucap Anin.

Bersambung.