Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.
Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.
Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.
Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi, supranatural.
mohon tinggalkan jejak ya, beri like atau komen agar author semangat upload.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
30 menit sebelumnya, Evan masih duduk di rumah pak RT yang sedang menghitung uang yang Evan berikan untuk melunasi iuran yang tertunggak,
“Yak pas, makasih ya Van,” ujar pak RT.
“Iya pak sama sama, trus saya mau nanya nih pak, boleh kan ya ?” tanya Evan.
“Oh mau nanya apa ?” tanya pak RT.
“Gini pak, saya ada rencana mau pindah ke tempat mama saya di ibukota, kalau membiayai dua rumah kan berat pak, makanya saya ada rencana mau jual rumah nenek saya, uang nya juga bisa saya pakai untuk hidup saya di sana,” jawab Evan.
Pak RT terdiam, dia terlihat berpikir, kemudian dia kembali menatap Evan di depan nya yang menunggu tanggapan dari dirinya,
“Hmm gitu ya, coba deh saya tanyain ya, kebetulan kan saya ada teman pemborong, kali saja dia minat, soal surat surat biar saja dia yang urus, kamu mau jual berapa memangnya ?” tanya pak RT.
“Justru itu pak, saya kurang tau harga rumah di daerah sini,” jawab Evan.
“Coba deh sekalian saya tanyain sekalian,” balas pak RT.
[Gerard : oi, langsung saja pasang harga, bilang bukanya 700 juta karena di dalam gang dan tidak masuk mobil.]
“Um...saya ada kepikiran harganya sih pak, saya mau bukanya di kisaran 700 juta, gimana pak ?” tanya Evan.
“Hmm segitu ya, masih nego kan ?” tanya pak RT.
[Gerard : masih bisa nego tapi bilang kamu mau terima bersih 500 juta dan ga mau bayar pajak.]
“Um masih sih pak, saya mau terima bersih 500 juta dan kalau bisa ga usah bayar pajak,” ujar Evan.
“Ok, saya sampaikan ya, tapi ada kan komisi buat saya kalau terjual ?” tanya pak RT.
[Gerard : huh dasar, pak RT di dunia mana saja sama, bilang 5%, biar nafsu dia.]
“Ada pak, saya niatnya kasih 5%,” jawab Evan.
“Wow gede amat, ya udah ntar saya cariin pembeli ya, sekalian minta dia yang urus surat surat dan pajak,” balas pak RT nafsu.
“Baik pak, terima kasih pak,” ujar Evan.
[Gerard : sekarang cepet pergi ke pertokoan di depan sekolah kamu, istri mu dalam bahaya.]
“Hah Bella kenapa ?” tanya Evan kaget.
[Gerard : sudah cepet, pake nanya lagi.]
“I..iya,” balas Evan di kepalanya.
Evan langsung pamit kepada pak RT, kemudian dia berlari keluar dari gang, dia menoleh melihat sekitarnya, karena agak sepi dia langsung berlari kencang dan berlari meniti dinding untuk naik ke sebuah ruko, setelah itu dia melompat dari ruko ke ruko dan sesekali ke tiang listrik.
******
Kembali ke masa kini, Evan berbalik dan berdiri di depan Bella, dia merentangkan sebelah tangannya untuk melindungi Bella.
“Hmm lo Evan kan ?” tanya Kevin.
“Iya, apa kabar Vin ?” tanya Evan.
“Kemana aja lo tiga minggu, gue pikir lo udah di keluarin gara gara ga sanggup bayar sekolah,” ujar Kevin meledek.
“Yoi, bentar lagi juga gue beneran keluar, lo mau apa ama Bella hah ?” tanya Evan.
“Ah sori sori, gue hanya menyatakan cinta gue ama dia, emang lo siapa Van ? lo berdua emang pacaran ? rasanya di kelas lo berdua cuek cuekan deh,” jawab Kevin.
“Iye dia pacar gue, ada masalah buat lo ?” tanya Evan.
“Jelas ada, lo mending putusin dia, sebab gue sayang ama dia, kalo ga lo mati di sini,” jawab Kevin.
“Hah lo ngomong apaan ? ga jelas tau ga,” teriak Bella.
“Hehe sabar ya sayang, abis gue beresin si cupu itu, lo ga akan berpaling lagi dari gue,” ujar Kevin.
“Sriiing,” Evan dan Bella kaget karena kedua lengan Kevin menjadi pedang seperti pedang darah dan kulitnya berubah menjadi pucat pasi berwarna abu abu.
“Oi makhluk apa lo ?” tanya Evan.
“Haha ini maksud lo ?” tanya Kevin sambil mengangkat pedangnya.
“Hati hati Bel,” ujar Evan.
“Iya, Van,” balas Bella.
“Gue sendiri ga tau, tapi beberapa hari lalu, gue sadar kalau gue punya kekuatan dan rasanya nikmat sekali hahahaha,” ujar Kevin tertawa.
“Klek,” Evan mendorong Bella mundur dan mencabut pipa yang di sandingkan nya di punggung,
“Tolong minggir dulu Bel, (melihat Kevin) maju lo,” ujar Evan.
“Gyaaaah haha,”
Kevin menerjang maju dengan kecepatan tinggi dan langsung mengayunkan pedangnya, dia menusukkan kedua pedangnya, “traaang,” Bella yang berdiri di belakang Evan kaget karena yang dipegang oleh Evan bukan lagi pipa besi yang berat, melainkan sebuah katana hitam berselimutkan api berwarna ungu, Evan menangkis serangan Kevin, kakinya menyabet ke kanan, gelombang sinar berwujud bulan sabit yang terbakar api ungu kecil melesat menuju ke perut Kevin.
Dengan susah payah Kevin menarik pedangnya dan menyilangkan nya menangkis sinar berwujud bulan sabit yang terbakar api ungu, “blaar,” Kevin terpental ke belakang namun tidak terluka.
“Hooo ternyata lo juga nyimpen kekuatan ya, padahal di kelas lo diem diem aja,” ujar Kevin dengan suara mengerikan.
Wajahnya berubah menjadi mengerikan, kerutan seperti urat yang berbentuk seperti ulat berjalan muncul di pipinya dan taringnya memanjang mencuat keluar.
“Huh...jadi ini yang di maksud sir,” ujar Evan.
“Tap,” Evan melesat maju dengan cepat dia langsung menyabetkan pedang dari atas ke bawah kemudian dari kanan ke kiri kepada Kevin yang menangkisnya, kemudian dia melompat, “wuk...wuk...wuk,” Evan menendang tiga kali di titik yang sama dan kakinya mengeluarkan api berwarna ungu. Tendangan pertama bisa di tangkis namun tendangan kedua “prak,” kedua pedang Kevin patah dan tangannya terbuka lebar, tendangan ketiga bersarang di dada Kevin dan membuatnya limbung.
“Tap,” Evan melompat menginjak udara dan langsung bersalto, sebuah sinar bulan sabit besar di bakar api ungu melesat ke bawah, Kevin yang masih limbung, panik melihat sinar bulan sabit terbakar api ungu berukuran besar mengarah kepada dirinya.
“Aaaaaaaaaah,”
Tubuh Kevin langsung terbelah dua dari atas ke bawah dan terbakar oleh api ungu sampai menjadi debu. “Klontang,” Evan yang mendarat langsung berlutut karena kelelahan, katana nya terlepas kemudian jatuh dan nafasnya terengah engah dengan keringat membasahi seluruh tubuhnya.
“Evan,” teriak Bella yang langsung menghampiri Evan.
Bella jongkok di sebelah Evan dan langsung mengusap punggungnya, Evan menoleh dan tersenyum melihat Bella,
“Aku ga apa apa, lain kali kamu hati hati ya,” ujar Evan.
“Iya...maafkan aku, tapi si Kevin itu makhluk apa ? kayak vampir...dia bukan orang ?” ujar Bella.
“Nanti ku jelasin, ini alasannya kenapa aku ingin ke ibukota,” ujar Evan.
“Iya aku tahu, ayo kita pulang Van, makasih dan sori sekali lagi ya, aku bener bener sayang kamu,” ujar Bella yang memeluk Evan dari samping.
Evan mengangkat tangannya dan merangkul pinggul Bella, namun wajahnya menoleh melihat abu sisa sisa tubuh Kevin,
“Kak, bos, sir, boleh ga aku cerita sama Bella soal makhluk ini ?” tanya Evan di kepalanya.
[Pria bersuara parau : silahkan saja, Li Tian, Gerard dan Clyde sedang sibuk dengan para istri mereka, seperti nya mereka sedang mendiskusikan sesuatu.]
“Huh...siapa ?” tanya Evan.
[Pria bersuara parau : Dimitri Vostox, aku salah satu guru mu, nanti kita belajar hal hal di luar nalar manusia dan alam yang menempel di sebelah alam kehidupan.]
“Hah...ha..hantu ?” tanya Evan
[Dimitri : ya, setelah Clyde, aku akan mengajari mu.]
“Um...aku panggil apa ?” tanya Evan.
[Dimitri : prof.]
“Ok prof, trus prof ga sama istri juga ?” tanya Evan.
[Dimitri : dia di sebelah ku, namanya Julie Vostox.]
[Julie : salam kenal Evan.]
“Salam kenal bu guru,” ujar Evan.
[Li Tian, Gerard, Clyde : oi Dimitri, jangan seenak nya, di larang bawa istri ke sini !]
[Qing Yun, Cassey, Sasha : hah apa ? coba bilang sekali lagi ? ]
[Li Tian, Gerard, Clyde : enggak, maaf.]
“Sebenarnya ada apa sih di sana, berisik banget ? bukannya nonton muridnya menang malah rame sendiri,” tanya Evan dalam hati karena mendengar keramaian di kepalanya.