Catherine, seorang psikolog berbakat dengan kemampuan membaca pikiran, selalu mengira bahwa bakatnya akan melindunginya dari kebohongan dan manipulasi. Namun, semuanya berubah ketika dia bertemu Leo, seorang pria misterius yang pikirannya bisa dia baca, tetapi perasaannya tetap menjadi teka-teki. Apa yang Catherine tidak tahu, Leo adalah kakak dari mantan kekasihnya—seorang pria yang menyimpan dendam karena kematian adiknya.
Dulunya, adik Leo adalah kekasih Catherine, yang sakit hati dan bunuh diri. Leo, yang mengetahui kemampuan Catherine, bertekad untuk membalas dendam dan menghancurkan hidupnya. Dengan kecerdikannya sebagai mafia, Leo dengan sengaja memanipulasi pikiran Catherine, membuatnya terjebak dalam permainan pikiran yang semakin dalam dan penuh misteri.
Namun, rencana Leo terancam gagal saat ia mulai merasakan cinta yang tulus kepada Catherine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Culas
Selesai melakukan sesi Terapi dengan Catherine, Leo bergegas masuk ke dalam Limosine miliknya yang sudah sedari tadi menunggu di depan Klinik. Didalam sudah menunggu Romero ingin menyampaikan beberapa Informasi yang didapatnya.
“Selamat sore tuan Leo, “ ujar Romero sambil tersenyum
“Sore Romero. Apa informasi yang sudah kau dapat,”
“Saya memastikan, bahwa Adik anda tuan Nicholas, memang pernah dekat dan berpacaran dengan terapis yang ada di klinik itu, Catherine Donovan. Apakah anda sudah bertemu dengannya tuan?”
“Yaaah, baru saja aku melakukan sesi terapi traumatik,” sahut Leo sambil tersenyum sinis.
“Wanita itu, Catherine Donovan memang menarik. Tetapi dia bukan tipeku. Dan dia sepertinya sangat mudah terbawa perasaan. Sungguh sasaran yang mudah untuk ditaklukkan,” ujar Leo sambil menyalakan rokok kegemarannya.
“Apa lagi info yang kau dapatkan? “
“Penyandang dana utama untuk klinik itu, mengalami kesulitan keuangan. Saat ini klinik itu sedang dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan. Walau terlihat ramai, tempat itu hanya klinik kecil. Disekitar sini banyak rumah sakit yang juga menyediakan layanan sejenis.” ujar Romero
“Siapa penyandang dana Klinik itu Romero?”
“Namanya tuan Jakcson, seorang warga kulit hitam yang sudah berumur. Nampaknya dia sudah tiak punya cukup daya upaya untuk mengembangkan Klinik itu lebih jauh. Tetapi Catherine Donovan, bukan orang sembarangan tuan, dia merupakan psikolog yang disegani. Kabar tidak resmi mengatakan dia punya kemampuan membaca pikiran orang. Dan itu menjadi daya tarik bagi dirinya maupun klinik,” jelas Romero
Leo tersenyum sinis, lalu berucap,” Ah begitu pandainya dia baca pikiran orang, sampai dia tidak sadar, bahwa aku sedang memanipulasi dirinya.”
Romero tersenyum lebar dan berkata,” Anda seorang Mafia dan terbiasa dengan kehidupan kelam dan keras tuan. Orang seperti anda, tentu lebih punya banyak jam terbang untuk memahami manusia dari pada Catherine Donovan,”
“Kau harus punya akses ke Mr Jackson Romero, nanti jika kau sudah punya akses, aku akan mengirim Henry, salah seorang anak buahku yang juga punya klinik sejenis untuk menawarkan sejumlah besar uang dan membeli saham Mr Jackson. Saham klinik harus aku kuasai lewat Henry. Baru sisanya bisa aku remas hingga berkeping keping,” ujar Leo sembari menghembuskan Asap rokoknya ke udara.
“Baik Tuan, saya akan usahakan untuk bisa mendekati Mr Jackson selaku pemilik saham terbanyak dan penyandang dana untuk klinik itu Tuan,”
“Bagus Romero, aku suka dengan hasil kerjamu. Aku mohon lakukan dengan rapi, buat wanita brengsek itu tidak tahu apapun dan tidak curiga sedikitpun. Aku hanya akan bermain dibalil layar,” tukas Leo mengakhiri percakapan mereka.
Di sebuah resto italia ternama, Leo menurunkan Romero dengan memberinya sejumlah uang. Lalu Mobilnya melaju membelah malam Kota Manhattan.
****
Catherine masih saja tidak bisa beranjak dari kenangannya akan Leo. Hampir saja mereka berciuman, jika saja Leo tidak menarik diri. Ada perasaan sedikit menyesal dalam diri Catherine, mengapa ciuman itu tidak terjadi. Namun segera dipetisnya perasan itu, dan bermumam dalam hati,” Jangan bodoh Catherine, dia klienmu sekarang.”
Tak berapa lama ponselnya berdering, Mr Jackson menghubunginya. Ah lelaki tua itu selalu tidak tahu waktu,” Hallo Tuan Jackson apa yang bisa saya bantu?”
“Catherine, besok aku ingin mengadakan rapat untuk seluruh pemegang saham dan penyandang dana Klinik. KIta harus membicarakan Strategi untuk meingkatkan jumlah kunjungan klien kita. Maklum seperti yang kau ketahui, banyak Rumah Sakit berdiri disekitar klinik kita berada, dan meraka semua memberikan layanan sejenis dengan kita,” jelas Mr Jackson.
“Baik Tuan Jackson, besok saya agendakan kita rapat pukul 09,00 pagi. Dengan demikian kita bisa membahas masalah ini satu jam sebelum jam buka klinik, Harapannya semua terapis bisa datang rapat dan meberikan masukannya.”
“Baiklah Catherine terimakasih.” KLIK
Dengan menghela nafas panjang, Catherine berangkat mandi dan untuk kemudian segera tidur. Hari ini sungguh melelahkan baginya.
****
Esok pagi seperti yang sudah direncanakan, rapat pemegang saham dan penyandang dana dimulai. Acara itu begitu terasa panas dan sengit. Masing masing pemegang saham ada yng kecewa dengan pendapatan Klinik yang terius merosot, sebagian lagi memaklumi karena banyak pesaing, dan yang lain tidak memiliki pendapat atau opini.
Inti dari rapat siang itu adalah, bahwa mereka butuh dana segar, tanpa melakukan pinjaman pada Bank lagi. Karena sudah ada hutang dan belum lunas. Masing masing pemegang saham, diminta untuk ikut mencari dana segar, syukur bukan pinjaman, tetapi investasi berupa penanaman modal di klinik itu.
Catherine teringat Leo, “ Mungkinkah Leo mau ikut andil dalam saham klinik? Tapi tidak enak juga karena berkesan memanfaatkan posisi Leo yang punya banyak duit. Tetapi Catherine merasa, tidak ada salahnya dicoba.”
Setelah rapat selesai, segera dia menghubungi ponsel Leo dengan mengirimkan pesan singkat, “Hai Leo, apakah kau tidak keberatan jika kita bertemu di Bar Great Manhattan yang ada di pusat kota? Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu,”
Sekitar 5 menit kemudian masuklah pesan singkat dari Leo, “Hai Catherine, ok aku tunggu kau di bar itu pukul 13.00 sampai bertemu,”
Hati Catherine berdegup kencang, dia akan bertemu lagi dengan Leo, tentu ini akan menjadi sebuah peluang yang baik bagi kedekatan mereka sekaligus sebuah upaya untuk mendapatkan dana segar.
Catherine tersenyum sendiri dan tidak sabar untuk segera bertemu dengan Leo siang itu.
Jangan lupa like, Komen dan Vote
semangat