Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -21- Keramas
Suasana begitu canggung saat Arzian sampai di ruang makan, di sana hanya ada Sarita dan ketiga cucu kandungnya serta cicitnya. Tidak ada Yumna di sana.
"Ayo, Arzian duduk. Jangan malu-malu, kita ini kan sudah jadi keluarga," ajak Sarita kepada suami Yumna itu. Saat Arzian hendak duduk, Yumna baru datang.
"Maaf, saya terlambat," katanya lalu duduk di sebelah sang suami.
"Pada keramas ya pagi-pagi," ledek Arveeta pada pasangan pengantin baru itu. Tanpa Arzian dan Yumna sadar, rambut keduanya memang terlihat agak basah. Makanya Arveeta bisa tahu hal itu.
"Iyalah, janda karatan dan gatel kayak dia mah mana kuat nahan lama. Maklum udah jadi janda taunan," timpal Serra sengaja untuk mempermalukan Yumna dan Arzian.
Sarita melotot tak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut cucunya, sengaja sekali meledek Yumna."Arveeta, Serra kalian jangan keterlaluan ya! Ucapan kalian itu harus dijaga, apalagi ada anak kecil. Ada Meyza di sini, nggak pantes tau," omelnya.
"Maaf, Oma." Keduanya terdiam dan merasa bersama pada sang Oma, bukan pada Arzian atau Yumna.
"Oma, maafkan. Tapi jangan diulangi lagi, ayo kita sarapan saja. Oma sudah lapar," ajaknya. Demi berlaku seperti istri yang baik, Yumna mengambilkan nasi serta lauknya untuk Arzian. Walau sudah berusaha biasa saja, tetapi rasa canggung tentu tidak bisa hilang.
"Yumna itu lauknya kamu taro semua ke piring Arzian? Apa Arzian suka semuanya?" tanya Sarita bingung.
"Suamiku suka kok, Oma. Iya, kan sayang," jawab Yumna berusaha mesra.
"Iya, sayang. Aku akan makan semua makanan yang kamu ambilkan." Sesuai kontrak, tentu Arzian harus ikut berakting mesra di depan semua keluarga. Untungnya semua lauknya tidak ada yang tidak Arzian suka, atau bisa membuatnya alergi. Jadi ia bisa memakannya tanpa rasa terpaksa.
Mereka semua yang ada ruang makan, mulai memakanan makanan yang ada di piring mereka. Sampai makanan sudah habis, tetapi semuanya belum ada yang beranjak dari meja makan.
"Om Arzian kan sudah menikah sama Tante Yumna, jadi Om sekarang udah jadi Omnya aku dong?" tanya Meyza dengan polosnya.
"Iya, Om Arzian sudah menjadi Omnya Meyza sekarang. Senang nggak Meyza punya Om selain Om Darren." Yumna berbicara dengan lembut pada keponakannya itu.
"Mulai sekarang kamu jangan dekat-dekat sama Om Arzian atau Tante Yumna ya," titah Serra tiba-tiba.
"Kenapa gitu, Ma? Kan Om Arzian dan Tante Yumna, Om sama Tantenya Meyza," protesnya bingung. Bagaimana tidak protes, sejak dulu Meyza memang sudah dekat dengan Yumna. Sekarang malah dilarang oleh sang Mama, kan tidak bisa seperti itu harusnya.
"Mereka itu orang jahat! Jadi Meyza nggak boleh dekat-dekat sama mereka. Oke." Serra tetap berusaha membujuk sang anak, agar mau mengikuti maunya.
Sarita menggeleng tak percaya, lagi-lagi ia harus dibuat tercengang dengan kelakuan Serra. "Serra jangan keterlaluan ya, kamu. Yumna itu juga Kakak kamu, sedangkan Arzian adalah suami Yumna. Harusnya kamu menghormati mereka, jangan menghasut anak kamu macam-macam."
"Oma belain aja terus cucu kesayangan Oma. Padahal Yumna itu bukan siapa-siapa. Dia cuma perempuan jahat yang sudah merebut seluruh harta keluarga kita, yang seharusnya bukan jatuh ke tangan dia. Tapi tangan kita, karena memang." Sarita yang semakin kesal dibuatnya, langsung menampar sang cucu. "Kenapa kamu semakin terlaluan sih, Serra?"
"Oma yang keterlaluan. Oma tega sekali menampar aku di depan banyak orang." Setelah mengucapkan hal itu, Serra yang menangis langsung pergi dari ruang makan. Arveeta sendiri segera menyusul sang Kakak.
"Maafkan perkataan Serra ya, Yumna. Oma enggak tahu, kenapa Serra bisa berubah jadi seperti ini," ujar Sarita merasa tidak enak pada sang Cucu. Memang Yumna bukanlah cucu kandung Sarita, tetapi Sarita tidak pernah membedakkan antara Yumna dan cucunya yang lain.
"Enggak papa, Oma. Aku ngerti kok," jawab Yumna datar. Bertahun-tahun mengenal Serra, jelas wanita itu sudah lumayan mengenal karakter Serra. Bukan hanya Serra, tetapi Arveeta dan Darren juga.
Sarita kini beralih menatap sang cicit yang ketakutan, karena tadi melihat perdebatannya dengan cucunya yang tidak lain Ibu kandung dari Meyza itu. "Meyza sayang, jangan takut dong. Oma buyut nggak akan marahin Meyza kok. Tadi Oma buyut marah sampai nampar Mamanya Meyza, karena Mamanya nakal. Kalau Meyza enggak nakal, enggak akan dipukul kok."
"Gitu ya, Oma, buyut," balasnya.
"Iya, sayang. Dengerin Oma ya, jangan dengerin Mama yang melarang Meyza dekat-dekat Tante Yumna dan Om Arzian, mereka itu Tante sama Omnya Meyza. Jadi nggak papa kalau Meyza mau dekat, mereka kan orang baik bukan orang jahat seperti yang Mama bilang. Selama ini Tante Yumna kan baik sama Meyza kan? Sayang sama Meyza kan? Sedangkan Om Arzian malah sudah menyelamatkan Meyza saat mau di culik kan?" Sarita berusaha menasehati buyutnya dengan sangat lembut, agar Meyza dengan mudah mengerti.
Merasa jam semakin berjalan, Yumn bangkit dari kursinya. Ia harus segera pergi ke kantor bersama Arzian tentunya.
"Oma, Yumna berangkat kerja dulu ya sama Arzian," pamitnya lalu mencium tangan sang Oma.
"Serius kalian mau langsung kerja? Kalian baru kemarin menikah loh? Harusnya kalian terutama kamu bisa cuti dulu, Yumna. Atau kalian bisa cuti beberapa hari untuk pergi bulan madu." Ucapan Sarita malah membuat pasangan itu saling pandang.
"Lagi banyak pekerjaan, Oma. Jadi nggak bisa cuti dulu, paling nanti aja cutinya kalau sudah agak senggang" bohongnya sengaja. Sarita malah tersenyum mendengar jawaban Yumna. "Mau banyak pekerjaan atau enggak, kamu kan bosnya Yumna. Jadi kalau kamu mau cuti, bebas dong. Memang siapa yang akan melarang kamu ambil cuti?"
Yumna jadi salah tingkah, ia kini malah bingung sekali bagaimana menghadapi sang Oma.
"Nyonya Yumna, Tuan Arzian mobil yang akan dipakai ke kantor sudah siap," ujar Alien yang tiba-tiba. Yumna tersenyum, untungnya ada Alien. Jadi bisa terbebas dari pertanyaan Omanya.
"Sudah dulu ya, Oma ngobrolnya. Aku sama Arzian harus segera ke kantor, mobil juga sudah siap," pamitnya sekali lagi.
"Tunggu dulu, Yumna," cegahnya. Yumna menghela nafas, ada apa lagi sang Oma menyuruhnya menunggu lagi. Yumna menampilkan senyuman manisnya. "Iya, ada apa Oma?"
"Memang kamu sama Arzian itu seumuran, tetapi sekarang Arzian itu suami kamu. Kamu harusnya tidak boleh memanggilnya dengan nama saja, Yumna. Itu tidak sopan." Yumna mengangguk paham.
"Iya, Oma. Yumna minta maaf. Mas Arzian. Oke, Yumna akan memanggilnya seperti itu."
"Bagus itu." Yumna mencium tangan Sarita lagi diikuti Arzian, mereka berdua segera berangkat ke kantor. Sebelum Sarita meminta aneh-aneh lagi.
Alien membukakan pintu mobil untuk kedua majikannya, Yumna masuk duluan lalu diikuti oleh Arzian. Setelah memastikan Yumna dan Arzian, serta Amara masuk mobil Alien baru masuk mobil. Kali ini menang Alienlah yang menyetir mobilnya, bukan sopir Yumna yang biasanya.
"Kita langsung ke kantor kan, Nyonya, Tuan?" tanyanya dengan sopan.
"Iya, langsung ke kantor kok." Alien mulai mengemudi mobilnya. Saat perjalanan, tidak ada percakapan sama sekali. Arzian yang duduk di kursi tengah, di samping Yumna merasakan sebuah kecanggungan.
Tak butuh waktu lama, mereka sampai juga di kantor. Kavendra Group lebih tepatnya, Alien membukakan pintu kembali untuk Yumna dan Arzian. Arzian cukup senang dirinya kini diperlakukan bak raja oleh Alien. Belum yang lainnya, bawahan Yumna ataupun para pelayan yang bekerja di mansion Kavendra.