Pertemuan antara lelaki bernama Saddam dengan perempuan bernama Ifah yang ternyata ibu kosnya Ifah adalah gurunya Saddam disaat SMA.
Ingin tau cerita lengkapnya, yuk simak novelnya Hani_Hany, menarik loh... jangan lupa like, komen, dan ajak para readers yang lain untuk membaca. yuks
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
"AlhamduLillah sampai juga dikos, waktunya istirahat, tidur dulu deh!" gumamnya pelan lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur meski masih berpakaian kampus.
"Ternyata tidak enak baring masih pakai seragam kampus gerah!" lalu beranjak mengganti pakaian menggunakan pakaian rumahan atau baju tidur lengan panjang.
"Enak begini lebih sejuk!" lanjut baring².
Ting ting ting
"Assalamu'alaikum de, dimana ki? Sibuk kah?" tanya bunda Amma beruntun melalui telfon pribadi.
"Waalaikumsalam bun, aku di kos ini baru tiba juga. Ada apa bun?".
"De, sibuk ki nanti sore? Kalau tidak sibuk ke rumah ki de, mau datang ke rumah bunda Mita".
"Oh iye bun, insya Allah nanti ku usahakan bun".
"Iye pale de. Assalamu'alaikum".
"Waalaikumsalam bun".
"Tidur dulu deh nanti malam saja lanjut revisi Tesis", gumamnya seraya merebahkan tubuhnya dikasur.
"Bismika Allah humma ahya wa bismika amuut".
***
Masih di bulan November 2017, di Kos al-Mubarakah.
"Assalamu'alaikum".
"Waalaikum salam Nca kamu baru pulang?", tanya Ifah masih dengan wajah ngantuknya.
"Iya, mau k pergi lagi nanti Tapak Suci ba'da ashar".
"Ya udah sana ganti baju kemudian makan, masih ada nasi dan lauk. Nanti sore saya juga mau pergi ke rumah bunda Amma".
"Iya". Jawabnya singkat sambil menyendokkan nasi ke piringnya.
***
"Mandi dulu deh baru shalat, untung masih kosong kamar mandi di atas", gumamnya langsung mandi dengan gerakan cepat.
"Wah seru nih pada nobar (nonton bareng)", celetuk Ifah pada teman kosnya.
"Seru kak, tapi tuh yang lain pada tepar (tidur) depan tivi, ini tivi yang nonton orang", gerutunya karena tinggal nonton sendirian.
"Hahaha bener²... Tapi kurang asyik tayangannya karena sinetron", ujar Ifah.
"Iya, ada tadi seru kak tapi sudah habis," jawab Ismi mahasiswi S1 semester 3.
"Ok lah, saya mau ganti baju dulu de".
"Iye kak".
***
Setelah bersiap Ifah mengambil tas yang berisi hp dan dompet. Lalu melangkahkan kaki ke luar kos untuk mencari mobil angkutan umum dipinggir jalan raya.
"Semoga nanti pulangnya tidak kesorean," gumamnya dalam hati.
"Untung cepat ada mobil", lanjutnya dalam hati.
"Di depan SMA 2 ya pak!" mengintruksikan kepada sopir mobil.
"Iya," jawabnya singkat.
***
"Eh itu Ifah, kebetulan sudah datang!" ucap bunda Mita yang akan naik motor, beliau sudah berada di depan rumah bunda Amma.
"Iya cocok mi bu", sambung bunda Amma.
"Emang mau kemana bun?" tanya Ifah pada bunda Amma penasaran. "Padahal bunda Amma nyuruh kesini, na ini mau kemana?" tanyanya dalam hati.
"Mau jalan sekarang, sini miki saya bonceng," ucap bunda Mita.
"Situ miki de, biar saya diantar suami", kata bunda Amma menginterupsi.
"Iye bun," apa hendak dikata ya hanya bisa nurut mau dibawa kemana.
***
"Lah ini dimana ya? Kayaknya saya pernah lewat daerah sini!" gumam Ifah dalam hati.
"Sudah sampai mi nak, turun miki," ucap bunda Mita.
"Eh, iya bun, maaf!" masih bingung dan penuh tanda tanya. Mau bertanya sekarang pun bukan waktu yang tepat, jadi solusinya ya ikuti saja.
"Ayo masuk, Assalamu'alaikum bu Setya," ajak bunda Mita langsung masuk ke dalam rumah. Ifah dan bunda Amma mengikut dibelakang bunda Mita sopan.
"Waalaikumsalam bu Mita, Masuk mari, rumah saya kecil dan sempit".
"Alhamdulillah ini sama dengan di rumah, kalau perumahan memang seperti ini bu Setya", ujar bunda Mita ramah.
"Perkenalkan bu Setya ini Amma teman saya dan ini Ifah temannya Amma," memperkenalkan seraya menunjuk Ifah dan bunda Amma.
"Ini yang pernah saya bilang, kan kita mau dicarikan calon isteri untuk anak ta, jadi ini mi, perkenalan saja dulu kalau cocok bisa lanjut dan kalau tidak bisa berteman. Jodohkan sudah Allah yang mengatur kita ini manusia hanya bisa berencana". Ucapnya bijaksana.
"AlhamduLillah bu Mita, saya jadi tidak enak begini. Ayo diminum dulu, silahkan Ifah dan Amma", kata bu Setya.
"Terima kasih", jawab Ifah dan bunda Amma bersamaan.
"Ini teman saya di S1 bu, baik ini anak, sabar, ramah, lemah lembut juga", ucap bunda Amma Promosi.
"Masya Allah bunda Amma berlebihan", gumam Ifah pelan sambil tersenyum.
"Mana pale Saddam bu, apa masih kerja?" tanya bunda Mita penasaran.
"Ada di kamar, baru juga pulang itu, tunggu saya panggilkan bu".
*
"Saddam kamu sudah siap?, keluar mi nak, ada tamumu ini!" panggil bu Setya.
"Iya bu sebentar dulu", jawabnya.
*
"Kalau yang cewek mana bu Setya?", tanya bunda Mita.
"Ada di kamarnya bu, pemalu itu apalagi sama orang baru".
"Sudah kelas berapa itu bu?"
"Kelas 12 bu, disini di SMA 2 sekolahnya".
"Oh dekat ji bu".
"Iya bu, pemalu bagaimana mau jauh² dari orang tuanya", ujar bu Setya pelan namun masih didengar bu Mita.
"Tidak apa² bu dekat dengan orang tua apalagi dia anak cewek satu satunya ya?"
"Benar bu, dia bungsu dan cewek sendiri, kakaknya 2 laki²", jelas bu Setya.
"Siapa namanya bu?"
"Namanya Novi bu".
*
"Maaf baru keluar, saya Saddam", bersalaman seraya memperkenalkan diri.
"Saya bunda Mita, Saddam. Masih ingat?"
"Iya bun," jawabnya sambil tersenyum ramah.
"Ini Amma teman saya dan temannya Nurul, itu Nurul yang mau diperkenalkan sama kamu!" lanjutnya seraya tersenyum.
"Oh Iya bun", jawab Saddam singkat.
**
Saat bersalaman Ifah malu², dia tidak menyangka bahwa akan dibawa kesini.
"Tangannya dingin dan lembut, kayak tidak pernah kerja nih laki" gumam Ifah dalam hati.
"Kok bunda Mita manggil aku Nurul, hhmm ya udah deh terserah, kan sama saja namaku juga", lanjut bergumam dalam hati.
**
"Bagaimana Saddam, tertarik?" canda bunda Mita, akhirnya semua tertawa, apalagi Ifah sungguh merona wajahnya karena malu.
"Saya sih tidak masalah bunda, bisa berteman dulu!" jawabnya tegas.
Menikmati minum dan cemilan sambil berbincang ringan.
"Ok pale, sudah makin sore, kami pamit pulang dulu", ajak bunda Mita.
"Terima kasih banyak bu," ucap bu Setya.
"Sama², semangat Saddam, ini nomor hpnya, tugas saya hanya sampai disini, ke depannya tinggal kalian lanjutkan saja bagaimana baiknya, tapi jangan karena terpaksa semua kalian yang jalani, kami hanya sebagai jembatan saja. Ok Saddam dan Nurul", nasehatnya bijak.
"Siap bun".
"Benar bun".
Ucap Saddam dan Ifah bersamaan.
"Kami pulang, Assalamu'alaikum wr wb". Ucap bunda Mita, bunda Amma dan Ifah bersamaan.
"Waalaikumsalam wr wb". Jawab Saddam dan bu Setya.
***
"Kami jalan saja bun, dekat kok biar sehat", kata bunda Amma.
"Benar nih tidak perlu diantar?"
"Tidak apa² bunda Mita, kami duluan".
"Iya kalau begitu saya singgah di rumah keluarga saya dulu disini".
***
Bunda Amma dan Ifah berjalan keluar lorong di jalan Merpati menuju jalan Garuda.
"Ifah, kalau saya lihat² itu de, ibunya Saddam baik, sabar, penyayang juga, bagus kalau jadi mertua ta. Eh, tapi tidak tahu bagaimana kalau bapaknya, jalani saja dulu, kalau cocok lanjut ki, jangan miki juga terpaksa lanjut, jangan sampai karena tidak enak na kita lanjutkan. Kalau memang cocok tidak masalah, kalau tidak cocok jadi pasangan kan masih bisa berteman".
"Benar bun, makasih ya bun sarannya, tapi jujur malu k tadi ternyata diajak k pale ke rumahnya", malunya Ifah, kembali memerah wajahnya.
"Saya juga tidak nyangka de, na ajak tiba² tadi itu sama bunda Mita, tapi bagus juga supaya tidak lama² penasaran ki," ucapnya sambil ketawa.
"Ok pale bun, langsung pulang maka, itu ada angkutan umum bun".
"Iya hati² de".
"By bunda", melambaikan tangan setelah berjabat tangan dan salam.
...****************...
Bersambung ☆☆☆