Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 4. AMP
“Gak boleh!”
“Kenapa sih gak boleh, Mas? Semuanya teman-teman aku!” desis Gema kesal.
Gema menghentakkan kaki ke lantai marmer, sedangkan Dewa masih cuek saja menyibukkan diri dengan mobil kesayangannya. Tak di hiraukan oleh Dewa, Gema pun masuk ke dalam rumah kesal kemudian terduduk di sudut sofa sembari mendengkus dingin. Sungguhan Dewa membuat istrinya seperti berada di dalam penjara.
Setelah Dewa selesai membersihkan mobil. Dia juga masuk ke dalam rumah. Pria itu mendapati Gema tengah meringkuk di sofa. Tak tega melihat Gema merasa sedih akhirnya Dewa akhirnya merubah keputusannya.
“Iya, boleh tetapi sama Mas Dewa, ya kesananya,” ujar Dewa sambil membelai rambut panjang hitam milik Gema sembari mengecup puncak rambutnya dari belakang.
Rona wajah Gema sektika berubah menjadi ceria. Dia membalikkan tatapannya sembari tersenyum lebar. “Beneran boleh Mas?” tanyanya.
Gema melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Dewa. Seperti anak kecil yang akan menagih janji bila tidak ditepati. Begitulah wanita sikapnya akan berubah manja jika bersama dengan pria yang di cintai dan membuatnya nyaman. Dia akan bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus menjadi orang lain untuk di akui ataupun di sayangi. Meskipun begitu, wanita juga mempunyai sikap mandiri dan tegas. Dia juga butuh bahu untuk bersandar di saat lelah dan perasaan ingin di lindungi sebagai fitrahnya seorang wanita.
“Iya, sayang, Mas janji akan mengantarmu ke sana,” balas Dewa manis seperti madu yang meleleh ke mulut saat di kecap. “Sudah jangan sedih lagi, ya, jadi jelek kan wajahnya seperti gak mandi satu tahun,” ledek Dewa seraya mengacak-ngacak rambut Gema.
“Ah …, Mas biarpun Gema belum mandi ‘kan tetap masih kelihatan cantik,” bela Gema sembari mencubit kecil pinggang Dewa.
Dewa begitu posesif dengan Gema lantaran tak ingin rumah tangganya berakhir seperti kedua orang tuanya. Berakhir di atas meja perceraian.
“Mas, keluar sebentar, ya? Ke supermarket beli rokok.”
“Hu um, Mas, hati-hati jangan lupa belikan coklat untuk istri tercantikmu ini,” sambung Gema sambil tersenyum lebar.
Setelah berpamitan Gema bergegas pergi mengendarai sepeda motor, karena jarak antara supermarket dan rumah tidak begitu jauh.
Sepuluh menit telah berlalu Gema belum juga kembali. Sementara Gema merasa tubuhnya kurang enak badan. Kepala Dayana pusing juga merasa mual.
Gema menghela napas sembari memegang perut. “Bik Sumi, tolong bantu ke kamar mandi,” pinta Gema pada Bik Sumi yang sedang mengepel lantai.
“Baik, Nyonya,” sahut Bik Sumi seketik meninggalkan alat pel. Dia segera membantu majikannya yang tengah merasa kesakitan dan tampak pucat.
Bik Sumi memapah lengan majikannya berjalan menuju kamar mandi. “Rasanya pengen muntah, Bik,” celetuk Gema seraya ingin memuntahkan isi di dalam perutnya.
“Nyonya, apakah hamil?” celetuk Bik Sumi sembari mengurut tengkuk leher Gema.
“Tidak tau, Bik,” ucap Gema pelan, kemudian melangkahkan kaki pelan keluar dari kamar mandi. Kemudian berbaring di ranjang dan meluruskan kaki karena perutnya terasa kram.
Gema kepikiran dengan ucapan Bik Sumi. Dia mengambil kalender di atas nakas. Dia menghitung tanggal terakhir haid, yang di beri tanda lingkaran dengan pulpen. “Bik, kalau sudah ketemu minyak kayu putihnya, tolong dibalurin ke perut Gema, ya,” pinta Gema sembari mengamati kalender.
“Baik Nyonya.” Bik Sumi mengoles minyak kayu putih ke perut Gema pelan. “Bagaimana, Nyonya apa sebaiknya ke dokter saja.”
Gema terdiam sebentar. Setelah menghitung, tanpa disadari dia sudah terlambat tiga minggu. Dia juga mencari informasi di media sosial ciri-ciri awal kehamilan yang sama persis dia rasakan, seperti mual, pusing, telat haid dan kelelahan.
“Bik, tolong ambilkan alat tes kehamilan di dalam kotak p3k.”
"Dadaku rasanya berdebar. Apakah yang aku rasakan sama dengan pikiranku saat ini? Semoga aku mengandung hasil buah cintaku dengan Mas Dema," batin Gema
“Ini Nyonya,” ucap Bik Sumi sembari menyodorkan alat tes kehamilan.
Gema masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamar. Dia mencoba mengetes sesuai dengan petunjuk yang tertera di bagian belakang kertas.
Jadi buang terlebih dahulu pancaran awal urine, kemudian tampung urine tengah dan buang pancaran urine terakhir. Secara umum, alat uji tes kehamilan ini dilakukan dengan cara mencelupkan alat tes ke dalam urine selama 5–10 detik.
Gema menggunakan alat tes kehamilan dengan merek terbaik, sehingga bisa langsung keluar hasil. Setelah menunggu, keluarlah hasilnya garis dua yang berarti positif hamil. Dia keluar dengan sangat girang seraya melompat kecil.
Kebahagiaan setelah menikah, ketika hadirnya sang buah hati di tengah-tengah keluarga. Suara rengekan sikecil yang minta susu. Tangisan yang memecah keheningan malam karena ngompol minta ganti popok, belum lagi minta di gendong sampai tertidur di dekapan sang Bunda ataupun Ayah. Hati ini rasanya seperti mendapat kado terindah dari Tuhan.
“Bik Sumi, jangan bilang sama Bapak, ya, kalau saya hamil. Saya ingin beri kejutan untuk Bapak setelah pulang,” ucap Gema sembari memegang ke dua tangan Bik Sumi. Gema bukanlah majikan yang sombong sikapnya selalu baik terhadap siapapun tanpa membeda-bedakan.
“Baik nyonya.”
“Mas Dewa pasti bahagia mendengar kehamilanku,” ujarnya sendiri sembari tiduran di atas ranjang dengan memegang alat tes kehamilan.
Sepulang dari supermarket Dewa mencari keberadaan istrinya. Akan tetapi dia tidak menemukannya di dapur. Pria itu keluar lagi dari rumah mencari di samping rumah dengan panik.
“Di mana dia?”
***
“Rupanya kamu ada di kamar. Tadi aku mencarimu di dapur tapi gak ada, Nih coklatnya,” ujar Dewa menyodorkan sepuluh batang coklat.
Wajah Gema terpancar kebahagiaan di ikuti dengan terbitnya senyum lebar di bibirnya.
“Terima kasih Mas,” sambung Gema. “Ini kado buat Mas Dewa,” tambah Gema.
“Kado apa sayang.”
Hari ini, bukanlah tanggal kelahiran Dewa. Akan tetapi, Gema memberikan bingkisan kado yang membuat suaminya bertanya di dalam lubuk hatinya.
“Apa isinya,” batin Dewa.
Dadanya mulai berdegup tak beraturan, pikiran Dewa mulai berkecamuk teringat masa kecilnya dulu.
Di belakang rumah Dewa melihat Sania memberikan kado pada Roky ponsel keluaran terbaru tepat di tanggal dan bulan kelahiran Dewa. Saat itu Dewa mengintip dari balik pintu lantaran penasaran dengan sebuah kado di tangan Mamanya. Dewa berfikir bahwa kado itu untuknya, tetapi ternyata salah. Sania melewati Dewa dengan begitu saja saat berpapasan padahal dirinya sangat berharap bahwa di hari ulang tahunnya dapat kado dari Mamanya.
Pupus sudah harapannya. Dewa hanya mendapat kado mainan mobil remot control dari Papanya dan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun Mamanya hanya mengucapkan maaf tanpa membelikan kado.
“Mas,” panggil Gema seraya masih menyodorkan kado itu.
"Aku harus bisa melupakan masa lalu. Dihadapan aku saat ini adalah Gema. Dia tidak mungkin berselingkuh di belakangku," batin Dewa seraya memegang bungkusan berwarna coklat.
Dewa berusaha berpikir positif mengendalikan pikirannya. Dia mulai membuka kado sembari tersenyum kecil meskipun hatinya terasa perih bak pisau yang menancap. Pelan dia mengamati isinya. Dia menatap alat tes kehamilan.
“Sayang, ini? Kamu sedang hamil?” tanya Dewa dengan nada terkejut.
“Iya, Mas,” lanjut Gema sembari menganggukkan kepala.
Dewa seketika memeluk Gema. Sesuatu yang di khawatirkan berubah menjadi rasa bahagia yang tak ternilai harganya.
“Terima kasih, sayang,” ucap Dewa seraya menatap wajah istrinya.
To be continued 👉