Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalut
"Harya," ucapnya sambil menatap Retania yang tampak shock karena ulahnya dengan santai. Telponnya sudah tersambung dengan pengawal pribadi kepercayaannya.
Dia beneran menelpon pengawalnya? Debaran dadanya semakin keras. Ini di luar perkiraannya. Laki laki ini ternyata orang yang sangat nekad.
"Kamu bilang apa waktu ngasih bunga ke dokter Retania Utami kemarin sore?"
Devandra sengaja menekan tombol speakernya hingga orang orang yang ada di ruangan bisa mendengar langsung jawaban pengawalnya
"Ngasih tau buket bunganya dari tuan muda."
Wajah Retania pias, dia lupa dan sama sekali ngga ingat apa yang sudah diucapkan waktu si satpam ngasih buket mawar padanya. Dia terlalu bingung dan gugup waktu ditodong seperti tadi.
Retania hanya ingin menberikan jawaban yang aman aja. Tadi dia langsung ngeblank karena todongan mendadak si nyonya dan calon mantunya itu. Beneran ngga ingat kalo laki laki yang dia kira satpam hanya mengatakan nama pengirim bunganya saja.
Retania ngga mau istri pemilik rumah sakit sampai mempunyai prasangka buruk terhadapnya, hingga akan membuat dia gagal di program internshipnya.
Ketakutan ketakutan yang berjejalan di dalam kepalanya membuat dia ngga bisa berpikir jernih. Dia terjebak dalam situasi
yang sangat mengintimidasinya.
"Ada ucapan yang lain?"
"Itu saja, tuan muda. Soalnya bu dokter lagi buru buru. Barusan juga gitu, tuan muda."
Wadidaw.....
Pengawalnya polos sekali. Kenapa harus cerita yang tadi pagi juga.
Retania makin merasa keadaannya sudah semakin bahaya saat tatapan penuh kemarahan di layangkan calon istri pengirim bunga ini.
Sementara itu maminya juga nampak kaget mendengar pengakuan pengawal putranya.
Lagi?
Nyonya Ivi Oktavia menatap dokter magang ini lebih seksama.
Ngga ada kelebihan yang bisa dibandingkan dengan gadis yang sudah dirinya pilihkan buat putra bungsunya sebagai calon istri.
Kenapa dokter magang ini bisa menarik perhatian putra bungsunya Devandra?
Putranya sengaja menantangnya?
"Oke. Thank's." Devandra mengakhiri.sambungan telponnya.
"Buket itu lebih dari ucapan terima kasih, nona," senyum Devandra Arkatama penuh kemenangan.
Retania speechless. Tidak bisa membela diri lagi.
"Devan, kamu kenapa, sih. Sama dokter ini juga baru kenal, kan? Ngga mungkin langsung suka. Kamu jangan becanda," marah Anya Josephine.
Kenapa Devandra selalu menolak jadi suaminya. Padahal selama ini hubungan mereka baik baik saja. Laki laki idamannya itu mulai berubah sikap saat kedua orang tua mereka membicarakan pernikahan.
Benar benar berubah. Dari hangat menjadi dingin, dan selalu mengacuhkannya.
"Kamu pernah dengar cinta pada pandangan pertama? Itu yang terjadi sama aku," jawab Devandra lugas
Perut Retania mendadak mulas. Dia sama sekali ngga tersanjung mendengarnya.
"Mami, kalo memang aku harus menikah, aku hanya akan menikah dengan dokter Retania," tegas Devandra lantang, membuat yang mendengarnya langsung tercekat.
Jantung Retania seakan melompat keluar dari dalam rongga dadanya. Kakinya terpaku. Matanya pun terbelalak.
Apa apaan ini. Kenapa seenaknya saja menyeretnya ke dalam masalah mereka?
"Devan!" Tubuh Nyonya Ivi Oktavia sampai bergetar hebat. Emosinya sudah sampai ke ubun ubun. Suaranya penuh tekanan.
"Kamu jangan macam macam!"
"Aku cuma mau satu macam saja, Mami."
Retania yang merasa terjebak di tempat yang bukan seharusnya, beralih menatap Lingga. Memohon agar rekannya membawanya keluar dari ruangan hampa udara ini. Oksigen semakin sulit da hirup, mungkin bentar lagi dia akan pingsan jika masih stay di sini.
"Saya menolak. Saya sudah punya kekasih. Saya permisi," ucapnya berani.
Retania pun menarik tangan Lingga agar ikut dengannya pergi meninggalkan ruangan yang bisa membuatnya gila.
"Maaf, kami permisi, bu." Lingga masih sempat berpamitan sebelum ikut keluar karena tangannya sudah ditarik Retania dengan cukup kuat.
"Maaf, aku ngga bisa ikut kamu visit ke ruangan lain." Tanpa menunggu jawaban Lingga, Retania melepaskan pegangannya dan berjalan sangat cepat menyusuri lorong rumah sakit. Ngga tau mau kemana. Yang penting menjauh dari semua orang.
"Dokter Retania......!"
Retania terpaksa menghentikan langkahnya saat mendengar seruan dokter senior di depanya.
Dokter bedah Astuty, wanita berusia tiga puluh tahunan itu melambaikan tangannya agar dia terpaksa mendekat.
"Ayo, bantu saya, ada pasien yang mau operasi usus bantu."
Ya Tuhan, jeritnya frustasi dalam hati.
Dia lagi butuh ketenangan, bisakah dokter ini melepasnya pergi.....! sambungnya lagi.
"Tap... Tapi dokter.....," bantahnya terbata. Dia takut melakukan kesalahan. Apalagi perasaannya saat ini sangat campur aduk. Nyawa pasien bisa dalam keadaan bahaya, jika ada campur tangannya yang sedang gemetar ini ikut memegang alat alat bedah yang terkenal tajam.
"Saya tau kamu ngga berniat ambil spesialis bedah. Tapi saya termasuk dokter yang akan memberi kamu nilai loh," canda dokter Astuti ringan tapi mengandung ancamam.
Retania terpaksa tersenyum agak lebar seolah candaan itu cukup pantas untuk diapresiasikan.
"Saya takut dengan pisau berah, dokter," tolaknya asal.
"Nanti saya ajak kenalan, biar cepat akrab," senyum dokter Astuti membuat darah Retania seakan meluber dari pembuluhnya.
Waduh, gimana ini, batinnya kalut.
Tenang. Kamu harus tenang Reta, ucapnya berulang ulang dalam hati.
Dia memang butuh banyak nilai positif untuk bisa meluluskannya. Tapi kalo kasus buket bunga itu ngga selesai dan terus diperpanjang, dia sudah bisa dipastikan gagal.
Nyonya Ivi Oktavia sebagai istri pemilik rumah sakit pasti mudah saja mempengaruhi suaminya agar dia tidak diloloskan atau bahkan dikeluarkan karena dianggap sudah melanggar peraturan.
Alasan apa pun pasti bisa dia katakan. Karena Nyonya itu sangat berkuasa. Dirinya kembali diingatkan hanya sebagai remahan rengginang.
Untunglah saat operasi berlangsung, dokter Astuty hanya memintanya untuk memperhatikan saja apa yang dia lakukan.
Setelah operasi selesai, dokter senior itu sudah tidak lagi memiliki alasan untuk menahannya pergi.
Sekarang Retania berakhir di sudut kantin rumah sakit bersama dengan sebagian besar keluarga pasien.
Sepasang matanya memanas. Ternyata dia ngga akan bisa meraih mimpinya sebagai dokter spesialis mata.
Apa yang akan dikatakannya pada mas Pradiptanya besok saat bertemu dengannya.
Kakak laki lakinya sampai harus meninggalkannya berbulan bulan demi bisa mengkuliahkannya di fakultas kedokteran.
Tapi dia mengecewakannya. Padahal tinggal beberapa langkah lagi.
Retania mengusap air matanya yang akan tumpah dengan punggung tangannya. Dadanya terasa remuk dan hancur.
Ngga jauh dari tempatnya berada, Lingga sedang memperhatikan Retania. Laki laki itu baru sampai ke kantin dan menyadari keberadaan rekannya yang meninggalkannya tadi.
Tampa sadar Lingga menghela nafas panjang. Dia pun berjalan pelan mendekat, menghampiri meja Retania.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan